Populasi Penelitian Menghitung skor rata-rata Menghitung Simpangan Baku Uji Normalitas Data

diisi sebelum diberikan perlakuan pretest. Sesuai dengan perlakuan yang akan diberikan, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan diberikan perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang akan diberikan pada kelompok eksperimen adalah berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD, dan perlakuan yang akan diberikan pada kelompok kontrol adalah dengan model pembelajaran konvensional. Lalu, kedua kelompok diberikan angket berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai empati untuk diisi setelah diberikan perlakuan posttest. Setelah melakukan treatment, semua data yang telah di peroleh dari hasil pretest dan postest diolah dan dianalisis dengan stategi penelitian yang telah direncanakan sebelumnya kemudian diujikan. Setelah semua data dianalisis, peneliti membahas hasil analisis data penelitian. Dari pembahasan tersembut peneliti dapat membuat simpulan hasil penelitian sehingga dapat diketahui apa hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

B. Lokasi Penelitian

Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan metodologi penelitian adalah tempat lokasi penelitian.Menurut Sukardi 2003: 53 “Yang dimaksud dengan tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.”. Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak, Sukabumi. Dimana tempat yang lebih banyak digunakan untuk penelitian adalah lapang serbaguna Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cibadak.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam setiap penelitian adalah batasan yang berkaitan dengan populasi penelitian. Populasi menurut Babbie 1983 dalam sukardi 2003: 53 adalah “elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian. ”. Selain Babbie, Sugiyono 2013: 117 menuturkan “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertetu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. ”. Jadi, populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Dari pemaparan diatas, populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Menengah atas Negeri 1 Cibadak khususnya kelas XI IPA. yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No 72, Cibadak-Sukabumi.

2. Sampel

Sering kali terjadi bahwa peneliti tidak dapat melakukan studi terhadap semua anggota kelompok yang menjadi interes penelitian. Dan mereka hanya mampu mengambil sebagian dari jumlah populasi yang ada. Sebagian dari jumlah populasi yang ada tersebut diambil datanya. Sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut disebut sampel atau cuplikan. Menurut sugiono 2013: 118 “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. ”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk sampel sendiri yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif mewakili. Menurut penjelasan diatas, sampel dalam penelitian ini adalah siswa- siswa kelas XI IPA Sekolah Menengah atas Negeri 1 Cibadak. Terdapat dua kelompok sampel yang diambil dalam penelitian ini, yaitu satu sampel kelompok eksperimen dan satu sampel kelompok kontrol. Untuk menentukan kelas atau kelompok yang akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, Kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini adalah : 1. Siswa yang masih aktif mengikuti KBM disekolah ataupun anggota ekstrakurikuler. 2. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. 3. Keterampilan setiap siswa disamaratakan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel acak atau random sampling. Pada teknik ini, secara teoritis semua anggota dalam populasi mempunyai probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Cara random sampling yang peneliti gunakan adalah cara tradisional. Dimana langkah penentuan kelompoknya adalah 1 Mendata populasi yang akan ditemui. Populasi disini adalah kelas XI IPA yang memiliki 4 kelas, 2 Menuliskan dalam kertas kelompok atau kelas XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. setelahnya digulung dan dimasukan kedalam gelas, 3 Lalu dikocok hingga kertas keluar dari gelas, 4 kelas yang tertera di kertas adalah kelas XI IPA 2 dan kelas XI IPA 3. Tabel 3.1 Sampel Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol KELAS JUMLAH JENIS KLAMIN PUTRI PUTRA Eksperimen 28 19 9 Kontrol 28 20 8 Setelah proses penentuan, kelompok eksperimen yang akan mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan rasa empati, yaitu kelas XI IPA 2 sebanyak 28 orang, dan kelas kontrol yang akan diberikan pembelajaran secara konvensional, yaitu kelas XI IPA 3 sebanyak 28 orang.

D. Desain Penelitian

Untuk memperlancar proses penelitian maka perlu dilakukan langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Desain penelitian yang dibuat secara cermat akan memberikan gambaran yang lebih jelas pada kaitannya dengan penyusunan hipotesis dengan tindakan yang akan diambil dalam proses penelitian selanjutnya. Desain penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan setiap langkah-langkah penelitian yang akan diambil agar proses penelitian berjalan sesuai dengan prosedur yang benar. dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Desain penenlitiannya sebagai berikut: Bagan 3.1 Desain Penelitian R = Responden O1 = Kelompok Eksperimen penerapan perrmainan pretest O2 = Kelompok Eksperimen penerapan permainan posttest O3 = Kelompok kontrol pretest O4 = Kelompok kontrol prosttest X = Perlakuan

E. Program Perlakuan

Dalam penelitian, sampel yang terpilih telah dibagi menjadi dua kelompok yang akan diberikan perlakuan berbeda. Kelompok yang terpilih sebagai kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang terpilih sebgai kelompok kontrol akan diberikan pembelajaran seperti biasa dengan model pembelajaran konvensional. Dalam program perlakuan kooperatif tipe STAD yang diterapkan, setiap perlakuan memenuhi lima elemen penting yang telah dijelaskan Metzler 1999 yaitu presentasi kelas, pembentukan tim belajar, mengadakan kuis secara individu atau kelompok,pemberian skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. R O 1 X O 2 R O 3 O 4 Tidak hanya penerapan model pembelajaran saja, pemberian pengalaman pembelajaran sosial berupa empati. Guru harus memberikan pengalaman yang menggugah empati anak setiap pertemuan. Dalam program perlakuan ini, guru menerapkan delapan komponen yang dapat menanamkan empati, yaitu mengenali perasaan diri sendiri, menyediakan waktu menyendiri untuk berpikir apa yang telah terjadi, memandang masalah dari sudut pandang orang lain, menjadi pendengar yang baik, menghayati fenomena berbagai hal yang kita jumpai setiap hari, mengatur dan mengatasi gejolak emosi dalam menghadapi reaksi positif maupun negatif, dan berkorban untuk kepentingan orang lain. Program perlakuan ini terdiri dari pra-pengajaran, pengajaran, dan pasca- pengajaran. Pada saat pra-pengajaran, guru melakukan persiapan diri untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, guru juga memahaman konsep empati pada pembelajaran pendidikan jasmani yang akan diajarkan dan pemahaman pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif . Setelah proses pra-pengajaran selesai, guru melakuakan treatment pada setiap kelompoknya. pada proses pengajaran, guru memposisikan pemahaman konsep empati pada alam pikir, selain itu guru juga memposisikan pemahaman pelaksanaan pembelajaran menggunakan indikator model pembelajaran kooperatif. Setelah itu guru merangkai kegiatan sesuai konsep dan indikator empati yang telah ditetapkan, merangkai kegiatan sesuai dengan pola pembelajaran dengan indikator model pembelajaran kooperatif yang telah ditetapkan dan mengkoordinasikan pembelajaran pendidikan jasmani dengan indikator empati dan indikator model pembelajaran kooperatif. Pada pertemuan pertama guru menyebarkan angket skala empati agar diisi oleh kelompok eksperimen dan kontrol untuk pengambilan data awal sebelum diberikan perlakuan pretest. Pertemuan kedua dan ketiga guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran sepak bola. Guru menyisipkan pengalaman belajar pada setiap permainan. Pada pertemuan ini guru lebih mengingatkan kepada siswa agar siswa peduli kepada siswa lainnya pada setiap pembelajaran. Pertemuan keempat dan kelima guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran atletik lari sambung. Pada pertemuan ini guru mengajak anak untuk berempati tidak hanya kepada teman-temannya tetapi kepada lingkungan sekitarnya. Pertemuan keenam dan ketujuh guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran senam lantai. Pada pertemuan ini guru lebih tegas kepada siswa yang masih tidak peduli kepada siswa lainnya. Guru lebih gencar membantu siswa agar menumbuhkan rasa empati pada diri siswa. Pertemuan kedelapan dan kesembilan guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran senam irama. Pada pertemuan kali ini guru melepas siswa agar mampu berempati tanpa instruksi guru. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengexplore kemampuan berinteraksi dari masing-masing individu. Pertemuan kesepuluh dan kesebelas guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran pola hidup sehat. Pada pertemuan ini guru kembali mengingatkan akan berempati kepada siswa dan lingkungan lainnya. Pertemuan kedua belas dan ketiga belas guru memberikan perlakuan berupa permainan pada pembelajaran luar sekolah. Pada pertemuan ini pengalaman belajar dan berinteraksi pada pembelajaran sebelumnya sangat berpengaruh pada keberhasilan setiap kelompoknya. Dan pertemuan keempat belas guru kembali menyebarkan angket skala empati agar diisi oleh kelompok eksperimen dan kontrol untuk pengambilan data akhir setelah diberikan perlakuan posttest. Selesai proses pengajaran guru memberikan refleksi kepada siswa berupa diskusi antar kelompok dan memberi masukan dengan cara yang baik dan tidak mencemooh orang lain, diskusi pemahaman materi secara psikomotor, kognitif dan rasa empati, dan penekanan pentingnya kerjasama kelompok untuk mengembangkan rasa empati siswa

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Instrumen penelitian sendiri adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sugiyono,2013:148 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasa empati anak terhadap model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada penelitian ini. Adapun instrument yang digunakan penulis untuk memperoleh data saat penelitian adalah Instrumen Skala. Instrumen skala yang dibuat adalah tes skala empati yang akan dibagikan dan isi oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol saat peneliti belum menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD dan model pembelajaran konvensional atau disebut juga dengan pretest dan setelah diberikan perlakuan yang disebut dengan posttest. Tes ini diberikan untuk mengetahui rasa empati siswa. Pemberian skor tes skala ini, menggunakan skala likert yang ada pada buku Sugiono 2013:134. Instrumen skala yang peneliti gunakan adalah skala empati yang telah Ibu Sri Winarni uji coba dan digunakan pada penelitian beliau untuk menyelesaikan tugas akhir jenjang S3 di Sekolah Pasca Sarjana Universitas pendidikan Indonesia. Berikut kisi-kisi skala rasa empati dalam tabel 3.2 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Rasa Empati Siswa Variabel Komponen Indikator Butir Soal Positif Butir Soal Negatif Empati Davis 193 dalam abnes 2009 secara global ada dua komponen dalam empati, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif yang masing- masing mempunyai dua Kognitif Memahami perasaan orang lain Kemapuan mengambil perspektif orang lain 15,21,23,24,26,28, 29,34. 1,11,13,14,22,35, 38,40. 6,8,12,16,18,20, 23,32. 2,9. aspek yaitu: komponen kognitif terdiri dari Perspective taking PT, dan Fantacy FS, sedangkan komponen afektif meliputi Empathic Concern EC dan Personal Distress PD. http:repository.usu.ac.id bitstream1234567891453 8109E00951.pdf Afektif Respon emosional terhadap emosi orang lain 3,27,37,39 4,5,7,10,17,19,25, 31,33 Pemberian skor untuk tes skala ini menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Maka dari itu pemberian skor tes skala ini dapat dilihat pada tabel 3.2 Tabel 3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif Selalu 5 1 Sering 4 2 Kadang-kadang 3 3 Jarang 2 4 Tidak Pernah 1 5

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, peneliti melakukan persiapan kegiatan meliputi: a. penyusunan proposal penelitian. b. Mengkaji teori-teori yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif STAD, model pembelajaran konvensional dan rasa empati siswa. c. Observasi lokasi penelitian, sarana-prasarana yang diperlukan saat penelitian, dan alat bantu untuk menunjang pelaksanaan penelitian. d. Penentuan instrumen penelitian yang akan digunakan. Peneliti menggunakan skala yang sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya. e. Melakukan perizinan penggunaan instrumen penelitian. Dan f. Perizinan mengadakan penelitian ditempat yang dituju. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pelaksanaan kegiatan meliputi: a. Diskusi program penelitian dan jadwal penelitian kepada pihak sekolah yang diwakili oleh Wakasek Kurikulum dan Guru Pendidikan Jasmani di SMA Negeri 1 Cibadak. b. Melakukan pemilihan sampel untuk penelitian. c. siswa diberikan skala untuk diisi sejujur-jujurnya untuk pengambilan data awal atau pretest. d. Melaksanakan treatment kepada kelompok eksperimen dan kontrol, dimana kelompok eksperimen di treatment dengan model pembelajaran kooperatif STAD, dan kelompok kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Selain penerapan model pembelajaran, peneliti juga membedakan panduan pengajaran dan panduan belajar kelompok belajar kooperatif dengan pengajaran konvensional. Ini dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5. Tabel 3.4 Perbedaan Panduan Mengajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Pengajaran Kelompok Konvensional. PENGAJARAN SECARA KOOPERATIF PENGAJARAN SECARA KONVENSIONAL 1. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa. 1.Guru mengajarkan siswa secara klasikal. 2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 2.Guru menyajikan materi dengan metode ceramah. 3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 3.Guru membentuk kelompok belajar secara homogen. 4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas mereka. 4.Guru membiarkan siswa belajar menyelesaikan tugas bersama kelompoknya. 5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 5.Guru menekankan kepada penyelesaian tugas yang terpusat pada guru. 6. Guru mencari cara-cara untuk mengahargai baik upaya maupun hasil belajar individu kelompok. 6.Guru tidak merefleksi atas hasil yang telah dicapai oleh siswa. Tabel 3.5 Perbedaan Panduan Belajar Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Konvensional. PADUAN BELAJAR KOOPERATIF PANDUAN BELAJAR KONVENSIONAL 1. Murid menyimak tujuan pembelajaran, informasi yang diperlukan dan motivasi untuk pembelajaran 1. Murid menyimak tujuan belajar, dan informasi yang diperlukan. 2. Murid berkelompok dengan cara transisi yang telah dijelaskan oleh guru secara efisien. 2. Murid belajar pada satu kelompok besar. 3. Murid mengerjakan tugas mereka dengan bantuan bimbingan guru. 3. Murid mengerjakan tugas mereka tanpa bimbingan guru. 4. Murid mempresentasikan hasil kerjanya dan mengevaluasinya bersama teman dan guru. 4. Murid menyerahkan hasil belajar mereka kepada guru, dan guru yang akan mengevaluasinya. 5. Murid menghargai baik upaya dan hasil yang telah dicapai oleh individu, teman dan kelompok. 5. Murid hanya terfokus pada hasil belajarnya. e. Setelah di treatment, anak diberikan skala yang sebelumnya telah diberikan untuk diisi kembali posttest. 3. Tahap Penyusunan Laporan Pada tahap penyususnan laporan, peneliti melakukan kegiatan meliputi: a. semua data yang telah di peroleh dari hasil pretest dan postest diolah dan dianalisis dengan stategi penelitian yang telah direncanakan sebelumnya kemudian diujikan. b. Bahasan hasil analisis data penelitian. c. Simpulan hasil penelitian sehingga dapat diketahui apa hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

H. Prosedur Pengolahan Data

1. Menghitung skor rata-rata

Menghitung skor rata-rata tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok dengan rumus : Keterangan : = skor rata-rata = skor mentah = jumlah = banyanknya sampel

2. Menghitung Simpangan Baku

Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut : S= Keterangan : S = simpangan baku yang dicari n = jumlah sampel ∑x- ² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Uji Normalitas Data

Dalam pengujiannya peneliti menggunakan uji normalitas Liliefors, yaitu peneliti menggunakan acuan dari langkah langkah pengujian normalitas yang dikemukakan oleh Abduljabar, dkk 2010:256, beberapa langkah dalam uji distribusi normal yaitu sebagai berikut : a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku. b. Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi. c. Mencari luas Zi pada tabel Z. d. Pada kolom FZi, untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 – luas daerah, sedangkan untuk luas daerah negatif maka 0,5 + luas daerah. e. SZi, adalah urutan n dibagi jumlah n. f. Hasil pengurangan FZi – S Zi tempatkan pada kolom FZi – SZi. g. Mencari data atau nilai yang tertinggi, tanpa melihat - atau + , sebagai nilai Lo. h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakkan hipotesis: 1 Jika L ≥ L tabel tolak H dan H 1 diterima artinya data tidak berdistribusi normal. 2 Jika L ≤ L tabel, terima H artinya data berdistribusi normal. i. Mencari nilai L tabel , membandingkan L dengan Lt. j. Membuat kesimpulan.

4. Pengujian Uji Homogenitas Dua Variansi

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOUR

0 1 15

Implementasi Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP SIKAP SPORTIVITAS SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI

0 2 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Teams Achivement Division (STAD) TERHADAP PENINGKATAN HASIL PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA

0 4 218