Berdasarkan permasalahan yang telah di kemukakan, maka tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor penyebab, modus operandi dan dampak dari
kejahatan perdagangan orang human trafficking. 2.
Untuk mengetahui dasar hukum yang berkaitan dengan tindak pidana perdagangan orang human trafficking.
3. Untuk mengetahui peran kepolisian di wilayah hukum kota medan terhadap
tindak pidana perdagangan orang human trafficking b. Manfaat penulisan
1 Secara teoritis Hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan kajian lebih lanjut
untuk melahirkan konsep ilmiah yang di harapkan dapat, memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum di Indonesia.
2 Secara praktis hasil penelitan ini dapat di gunakan untuk :
a Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah, peradilan dan peraktisi
hukum dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah untuk memutus dan menyelesiakan perkara-perkara yang sedang dihadapi
b Sebagai informasi bagi masyarakat terhadap pelarangan tindakan kejahatan
perdagangan orang atau trafficking.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini merupakan karya tulis yang asli. Belum ada penulis yang menulis skripsi tentang hal yang sama, Khususnya untuk yang terdapat di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Penulisan skripsi ini merupakan ide, gagasan pemikiran dan usaha penulis sendiri bukan merupakan hasil ciptaan atau
Universitas Sumatera Utara
hasil penggandaan dari karya tulis orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu.
Dengan ini penulis dapat bertanggung jawab atas keaslian penulisan skripsi ini, belum pernah ada judul yang sama demikian juga dengan pembahasan yang
diuraikan. Dalam hal mendukung penulisan ini dipakai pendapat-pendapat para sarjana yang diambil atau dikutip berdasarkan daftar referensi dari buku para
sarjana yang ada hubungannya dengan masalah dan pembahasan yang disajikan, baik berupa karya ilmiah maupun pasal-pasal dalam KUHAP dan Peraturan
Perundang-Undangan
E. Tinjauan kepustakaan 1. Pengertian kejahatan dan tindak pidana.
a. Pengertian Kejahatan. Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk menilai
perbuatan-perbuatan tertentu sebagi perbuatan jahat. Dengan demikian maka si pelaku di sebut sebagai penjahat.pengertian tersebut bersumber dari dari alam nilai,
maka ia memiliki pengertian yang sangat relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu, jadi apa yang disebut kejahatan oleh seseorang
belum tentu di akui oleh pihak lain sebagai suatu kejahatan pula.
3
3
Syahruddin Husein, Kejahatan dalam Masyarakat dan Upaya penanggulangannya,
Kalaupun misalnya semua golongan dapat menerima sesuatu itu merupakan kejahatan tapi
berat ringannya perbuatan itu masih menimbulkan perbedaan pendapat tentang defenisi dari kejahatan itu sendiri tidak terdapat kesatuan pendapat di antara para
sarjana.
http:library.usu.ac.idmodules.php?op=modloadname=Downloadfile=indexreq=getit lid=480,diakses tanggal 20 April 2012
Universitas Sumatera Utara
R.soesilo membedakan pengertian kejahatan secara yuridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari segi yuridis pengertian kejahatan adalah
adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Ditinjau dari segi sosiolgis, maka yang di maksud dengan kejahatan adalah
perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseinbangan, ketentraman dan
ketertiban.
4
J.M Bemmelem memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti social yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam
masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, negara harus menjatuhkan hukuman kepada penjahat.
5
M.A.Eliot mengatakan bahwa kejahatan adalah suatu problem dalam masyarakat modern atau tingkah laku yang gagal dan melanggar hukum dapat di
jatuhi hukuman penjara, hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya.
6
W.A Bonger mengatakan bahwa kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti social yang memperoleh tantangan dengan sadar dari negara berupa pemberian
penderitaan.
7
Paul Moedikdo Moeliyono kejatan adalah perbuatan pelanggaran norma hukum yang di tafsirkan atau patut di tafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang
merugikan,menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan negara bertindak.
8
J.E Sahetapy dan B.Marjono Reksodiputro kejahatan mengandung konotasi tertentu, merupakan suatu pengertian dan penamaan yang relative, mengandung
4
Ibid
5
ibid
6
Ibid
7
Ibid
8
Ibid
Universitas Sumatera Utara
fariabilitas dan dinamik serta bertalian dengan perbuatan atau tingkah laku baik aktif maupun pasif, yang dinilai sebagian mayoritas atau minoritas masyarakat
suatu perbuatan anti sosial, suatu perkosaan terhadap skala nilai sosial dan atau perasaan hukum yang hidup dalam masyarakat sesuai dengan ruang dan waktu.
9
Edwin H. Shuterland menyebutkan 7 unsur kejahatan yang saling bergantungan dan saling mempengaruhi suatu perbuatan tidak akan di sebut
kejahatan kecuali apabila memuat semua 7 unsur tersebut.
10
1. Harus terdapat akibat-akibat tertentu yang nyata atau kerugian.
Unsur- unsur tersebut adalah :
2. Kerugian tersebut harus dilarang oleh Undang-Undang, harus dikemukakan
dengan jelas dalam hukum pidana. 3.
Harus ada perbuatan atau sikap membiarkan sesuatu perbuatan yang disengaja atau sembrono yang menimbulkan akibat-akibat yang merugikan.
4. Harus ada maksud jahat mens rea
5. Harus ada hubungan kesatuan atau kesesuaian persamaan suatu hubungan
kejadian diantara maksud jahat dengan perbuatan. 6.
Harus ada hubungan sebab-akibat diantara kerugian yang dilarang Undang- undang dengan perbuatan yang disengaja atas keinginan sendiri.
7. Harus ada hukuman yang di tetapkan oleh undang-undang.
Selanjutnya dapat diuraikan tentang pengertian kejahatan menurut penggunaannya masing-masing:
11
a. Pengertian secara praktis : Kita mengenal adanya beberapa jenis norma
dalam masyarakat antara lain norma agama, kebiasaan, kesusilaan dan
9
J.E Sahetapy dan B.Marjono Reksodiputro,Paradoks dalam Kriminologi,Buku Obor,Jakarta, 1995,halaman 14
10
Edwin H,Sutherland,Principles of Criminology,Nova, Jakarta, 1989,halaman 189
11
Syahruddin Husein,Op.cit,halaman 2
Universitas Sumatera Utara
norma yang berasal dari adat istiadat. Pelanggaran atas norma tersebut dapat menyebabkan timbulnya suatu reaksi, baik berupa hukuman, cemooh dan
pengucilan. Norma itu merupakan suatu garis untuk membedakan perbuatan terpuji atau perbuatan yang wajar pada suatu pihak, sedang pada pihak lain
adalah suatu perbuatan tercela. Perbuatan yang wajar pada sisi garis tersebut dengan kebaikan dan kebalikkannya yang diseberang garis disebut dengan
kejahatan. b.
Pengertian secara religious : mengidentikkan arti kejahatan dengan dosa. Setiap dosa diancam dengan hukuman api neraka terhadap jiwa yang
berdosa. c.
Pengertian dalam arti juridis : Misalnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP. Walaupun KUHP sendiri tidak membedakan
dengan tegas antara kejahatan dan pelanggaran, tetapi KUHP memisahkan kejahatan dan pelanggaran dalam dua buku yang berbeda. Menurut Memorie
Van Toelichting, sebagai dasar dari perbedaan antara kejahatan dan pelanggaran adalah membedakan antara rechtsdeedcten delik hukum dan
wetsdelicten, yaitu peristiwa-peristiwa yang untuk kepentingan umum dinyatakan oleh undang-undang sebagai suatu hak yang terlarang. Misalnya
mengendarai sepeda motor pada malam hari tanpa lampu merupakan suatu delik undang-undang karena Undang-undang menyatakannya sebagai
perbuatan yang dilarang sedangkan kejahatan termasuk dalam rehtsdelicten delik hukum yaitu peristiwa-peristiwa yang berlawanan atau bertentangan
dengan asas-asas hukum yang hidup dalam keyakinan manusia dan terlepas dari undang-undang. Contohnya adalah pembunuhan dan pencurian.
walaupun perbuatan itu misalnya belum diatur dalam undang-undang tapi
Universitas Sumatera Utara
perbuatan itu sangat bertentangan dengan hati nurani manusia, sehingga dianggap sebagai suatu kejahatan.
b. Pengertian Tindak Pidana Sekalipun hukum pidana memberikan perhatian utama pada tingkah laku
atau perbuatan manusia. Khususnya karena perbuatan manusia merupakan penyebab terjadinya pelanggaran atas tertib hukum, pembuatan undang-undang
Belanda berbeda dengan pembuat undang-undang di Jerman, yaitu mereka tidak memilih istilah “perbuatan”, “tindak”handeling melainkan “fakta” feit-tindak
pidana. Alasan pilihan ini dapat kita baca dalam notulasi komisi dewal. Dalam catatan-catatan komisi tersebut pengertian feit mencakup omne quod fit, jadi
keseluruhan kejadian perbuatan, termasuk kelalaian serta situasi dan kondisi lannya yang relevan.
12
Untuk dapat menghukum seseorang sekaligus memenuhi tuntutan keadilan dan kemanusiaan harus ada suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang
yang dapat dipersalahkan kepada pelakunya. Tambahan pada syarat-syarat ini adalah bahwa pelaku yang bersangkutan harus merupakan seseorang yang dapat
dimintai pertanggung jawaban toerekeningsvatbaar atau schuldfahig.
13
Untuk itu tindak pidana sebaiknya dimengerti sebagai perilaku manusia gedragingen: yang mencakup dalam hal ini berbuat atau tidak berbuat yang
diperbuat dalam situasi dan kondisi yang dirumuskan di dalamnya perilaku mana Dengan
cara diatas dapat merangkum pengertian tindak pidana sebagaimana dimengerti dalam sistem hukum pidana Belanda kita, dapat mengembangkan penjelasan yang
ada.
12
Jan Remmelink,Hukum Pidana,Gramedia,Jakarta,2003, halaman 85
13
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dilarang oleh undang-undang yang diancam dengan sanksi pidana. Beranjak dari sini kita akan dapat mengabstraksikan syarat-syrat umum, yaitu sifat melawan
hukum wederrechtelijkheit kesalahan schuld dan kemampuan bertanggung jawab menurut hukum pidana toerekeningsvatbaal.
Berkenaan dengan ini dapat dilihat bahwa heit reeglement pada suatu masa mengakui bahwa kesalahan dalam arti ketercelaan tindakkan tertentu merupakan
unsur utama dan dipersyaratkan untuk menetapkan apakah seseorang terdakwa dapat dipidana atau tidak. Dengan cara sama, HR Heit Reeglement tidak lagi
membatasi penentuan ukuran dapat dipidananya suatu perbuatan hanya berdasarkan undang-undang, melainkan menghendaki agar hal itu dinilai berdasarkan hukum,
sekalipun ada beda pendapat tentang apa yang dimaksudkan dengan hukum.Namun dalam hal ini pun pada prinsipnya berlaku persyaratan bahwa agar suatu perbuatan
dapat dipidana,unsur melawan hukum harus terkandung didalamnya.
2. Pengertian tindak pidana perdagangan orang human trafficking
a. Perdagangan orang human trafficking Belum ada rumusan yang memadai tentang human trafficking atau kejahatan
human trafficking, penggunaan yang paling mungkin untuk menunjukkan bahwa tindak pidana perdagangan manusia tersebut adalah sebuah kejahatan tersebut
tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan, misalnya KUHP, Undang- Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang Buruh Migran, dan lain-lain. Upaya
memasukkan jenis kejahatan ini kedalam perundang-undangan di Indonesia adalah langkah yang positif .
14
14
www.Elsam.or.id,Perdagangan Manusia Dalam Rancangan KUHP, diakses tanggal 20 April 2012
Universitas Sumatera Utara
Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang rumusan tentang kejahatan
trafficking, atau perdagangan orang human trafficking yang terdapat dalam undang-undang ini menjadi rujukan utama. Pasal 1 angka 1 menyebutkan :“Human
trafficking atau tindak pidana perdagangan orang adalah tindak perekrutan, pengangkutan, penampungan pengiriman pemindahan atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
uang atau member bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di
dalam negara maupun antar negara, dengan tujuan eksploitasi ”. b. Tindak Pidana Perdagangan Orang
Sebelum lahirnya UU ini pengertian human trafficking atau tindak pidana perdagangan orang yang umumnya paling banyak di pakai adalah pengertian yang
diambil dari protocol PBB untuk mencegah, menekan dan menghukum pelaku trafficking terhadap manusia, khususnya perempuan dan anak protocol trafficking
Dalam tindak pidana perdagangan orang atau human trafficking dikenal juga human trafficking victim protection ACT-TVPA yang menyebutkan tentang pidana
human trafficking berat atau tindak pidana perdagangan orang yang berat, yang meliputi
15
a. Perdagangan seks dimana tindakan seks komersil diberlakukan secara paksa
dengan penipuan atau kebohongan atau dimana seseorang dimintai secara :
15
www.google.comsearch?q=cache:slnwf214mjcJ:Indonesiaacts.com0023Fp3 d7+mafia+perdagangan+incar+daerah+miskinct=clnkcd=1gl=id,diakses tanggal 18 April
2012
Universitas Sumatera Utara
paksa melakukan suatu tindakan sedemikian,belum mencapai usia 18 tahun; atau
b. Merekrut, menampung, menyangkut, menyediakan atau mendapatkan
seseorang untuk bekerja atau memberikan pelayanan melalui paksaan, penipuan atau kekerasan untuk tujuan penghambaan, penjeratan utang atau
perbudakan. Revolusi majelis umum PBB Nomor 49166 mendefenisikan istilah “human
trafficking”
16
16
Chairul Bariah Mozasa, Aturan-aturan Hukum Trafficking,USU press,Medan, 2005,halaman 9
: ”Human trafficking is the illcit and clandestine movement of persons across
national and international borders, largerly from developing countries and some counties with economies in transition,with the end goal of forcing women and girl
children into sexually or economically oppressive and explotative situation for the profit of recruiters, trafficker, and crime syndicates, as well as other illegal activise
related to trafficking,such forced domestic labour,false marriages, clandestine employment and false doption”.
Perdagangan orang adalah suatu perkumpulan gelap oleh beberapa orang di lintas nasional dan perbatasan internasional, sebagian besar berasal dari negara-
negara yang berkembang dengan perubahan ekonominya dengan tujuan akhir memaksa wanita dan anak-anak perempuan bekerja dibidang seksual dan
penindasan ekonomis dan dalam keaadaan eksploitasi untuk kepentingan agen, penyalur dan sindikat kejahatan, sebagaimana kegiatan illegal lainnya yang
berhubungan dengan perdagangan seperti pembantu rumah tangga perkawinan palsu, pekerjaan gelap, dan adopsi.
Universitas Sumatera Utara
Global Alliance Against Traffick In Women GAATW mendefenisikan istilah perdagangan trafficking : “Semua usaha atau tindakan yang berkitan
dengan perekrutan, pembelian, penjualan, transfer, pengiriman, atau peneriman seseorang dengan menggunakan penipuan atau tekanan termasuk penggunaan
ancaman kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan atau lilitan hutang dengan tujuan untuk mendapatkan atau menahan orang tersebut baik di bayar atau tidak,
untuk kerja yang tidak di inginkan domestik seksual atau reproduktif dalam kerja paksa atau dalam kondisi perbudakan dalam suatu lingkungan lain dari tempat
dimana orang itu tinggal pada waktu penipuan, tekanan atau lilitan hutang pertama kali.”
17
Sesuai dengan defenisi tersebut diatas bahwa istilah ”perdagangan orang” human trafficking mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
18
a. Rekrutmen dan transportasi manusia,
b. Di peruntukkan bekerja atau jasa melayani
c. Untuk keuntungan pihak yang memperdagangkan.
Pengertian human trafficking dari protokol PBB pada Desember tahun 2000 yaitu untuk mencegah, menekan, dan menghukum pelaku terhadap manusia
khususnya perempuan dan anak. Pemerintah Indonesia telah menandatangani protokol ini.
Kegiatan mencari mengirim, memindahkan, menampung, atau menerima tenaga kerja degan ancaman, kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lainnya,
dengan cara menipu, memperdaya termasuk membujuk dan mengiming-imingi korban menyalahgunakan kekuasaanwewenang atau memanfaatkan ketidaktahuan,
keingintahuan, kepolosan, ketidakberdayaan dan tidak adanya perlindungan
17
Ibid,
18
Ibid,halaman10
Universitas Sumatera Utara
terhadap korban, atau dengan memberikan, atau menerima pembayaran atau imbalan untuk mendapatkan ijinpersetujuan dari orang tua, wali, atau orang lain
yang mempunyai wewenang atas diri korban dengan tujuan untuk mengisap atau memeras tenaga mengeksploitasi korban.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan : a.
Pengertian human trafficking mencakup kegiatan pengiriman tenaga kerja,yaitu kegiatan, memindahkan atau mengeluarkan seseorang dari
lingkungan tempat tinggalnya atau sanak keluarga. Tetapi pengiriman yang dimaksud disini tidak harus atau tidak selalu berarti pengiriman keluar negeri.
b. Mekipun human trafficking dilakukan atas izin tenaga kerja yang
bersangkutan, izin tersebut sama sekali tidak menjadi relevan tidak dapat di gunakan sebagai alasan untuk membenarkan trafficking tersebut apabila
terjadi penyalahgunaan atau apabila korban berada dalam posisi tidak berdaya misalnya karena terjerat hutang, terdesak oleh kebutuhan ekonomi misalnya
membiayai orang tua yang sakit, dibuat percaya bahwa dirinya tidak mempunyai pilihan pekerjaan lain ditipu atau diperdaya.
c. Tujuan human trafficking adalah eksplotasi, terutama eksploitasi tenagakerja
dengan memeras habis-habisan tenaga kerja yang di pekerjakan dan eksploitasi seksual dengan memanfaatkan atau menjual kemudaan
kemolekan tubuh serba daya tarik seks yang dimiliki tenaga kerja yng bersangkutan dalam transaksi seks.
c. Pengerian sindikat perdagangan manusia Pengertian sindikat perdagangan manusia Humang Trafficking menurut
Rebecca surtees dan Martha Wijaya adalah “sindikat kriminal” yaitu merupakan perkumpulan dari sejumlah orang yang terbentuk untuk melakukan aktivitas
Universitas Sumatera Utara
kriminal. Dari pengertian diatas, sindikat kriminal itu perbuatannya harus dilakukan lebih dari satu orang dan telah melakukan perbuatan tindak pidana dalam
pelaksanaannya. Dalam aktivitas sindikat perdagangan perempuan dan anak ini kegiatannya selalu dilakukan secara terorganisir.
19
Pengertian terorganisir menurut pendapat para sarjana adalah sebagai berikut
20
a. Donal Cresey : Kejahatan terorganisir adalah suatu kejahatan yang
mempercayakan penyelenggaraannya pada seorang yang mana dalam mendirikan pembagian kerjanya yang sedikit, didalamnya terdapat seorang
penaksir, pengumpul, dan pemaksa. :
b. Michael Maltz : Kejahatan terorganisir adalah suatu kejahatan yang dilakukan
lebih dari satu orang yang memiliki kesetiaan terhadap perkumpulannya untuk menyelenggarakan kejahatan. Ruang lingkup dari kejahatan ini meliputi
kekejaman, pencurian, korupsi monopoli, ekonomi, penipuan, dan menimbulkan korban.
Trafficking manusia untuk berbagai tujuan telah berlangsung cukup lama,sejak dahulu kala hingga abad 21 ini, dari kerajaan jawa yang membentuk
landasan bagi perkembangan perempuan dengan meletakkan mereka sebagai barang dagangan untuk memenuhi nafsu lelaki dengan menunjukkan adanya kekuasaan dan
kemakmuran. Kegiatan ini berkembang menjadi lebih terorganisir pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Bahkan kini, dalam kemerdekaan dan dalam era
globalisasi, kegiatan tersebut tidak semakin menyurut justru semakin marak.
19
Rosenberg,Ruth, PerdaganganPerempuandanAnakdiIndonesia,InternationalCatholic Migration Commission ICMC dan American Center for International Labor
SolidarityACILS,2003,halaman 18
20
Chairul Bariah Mozasa,Op.Cit, halaman 11
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Tindak Pidana perdagangan Orang Human trafficking di Indonesia ialah perdagangan antar daerah pulau dan antar negara. Indonesia adalah negara
kepulauan yang mempunyai ribuan pulau-pulau dan bermacam suku-suku, sehingga sangat memudahkan terjadinya trafficking dalam lingkup domestik, dari beberapa
propinsi dimana kasus trafficking domestik terjadi,tempat-tempat wisata yang berbatasan dengan negara lain, seperti Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat,
Sulawesi Utara, Jakarta, Bali, dan Jawa Timur merupakan daerah tujuan.
3. Kebijakan penangulangan kejahatan perdagangan manusia.
Kebijakan penanggulangangan kejahatan atau yang bisa disebut dengan istilah “politik kriminal” dapat meliputi ruang lingkup yang cukup luas. Menurut
G.Peter Hoefnagless upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan :
21
a. Penerapan hukum pidana criminal application
b. Pencagahan tanpa pidana prenfension without punisman
c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan
lewat masmedia influencing views of society on crime on punishmanp masmedia
Dengan demikian upaya penangulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur penal hukum pidana dan lewat jalur non penal
bukandi luar hukum pidana. Dalam pembagian GP.Hoefnagels tersebut diatas upaya-upaya yang disebut
dalam b dan c dapat dimasukkan dalam kelompok upaya non penal. Secara kasar dapatlah di bedakan bahwa upaya penangulangan kejahatan lewat jalur penal lebih
menitik beratkan pada sifat represif sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non
21
http:www.google.comsearch?q=cache:Igjwww.traffickinginpersons.com+Hoefn agels+peter=idct=clnkcd=3gl=id, diakses tanggal 18 April 2012
Universitas Sumatera Utara
penal lebih menitik beratkan pada sifat preventif sebelum kejahatan terjadi. Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan represif pada hakikatnya
juga dapat di lihat sebagai tindakan refentif dalam arti luas. Mengingat upaya penangulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat akan pencegahan
untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menagani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor kondusif itu antara lain berpusat
pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan. Beberapa aspek
sosial yang diindetifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan khusus nya dalam masalah”urban crime”
22
a. Kemiskinan, pengangguran, kebuta hurufan kebodohan, ketiadaan
kekurangan perumahan yang layak dari system pendidikan serta latihan yang tidak cocokserasi,;
, antara lain :
b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek harapan
karena proses integrasi sosial,juga karena memburuknya ketimpangan- ketimpangan sosial;
c. Mengendurnya ikatan social dan keluarga;
d. Keadaankondisi yang menyelipkan bagi orang-orang yang beremigrasi ke
kota-kota atau ke negara-negara lain; e.
Rusaknya atau hancurnya identitas budaya asli,yang bersamaan dengan adanya rasisme dan diskriminasi menyebabkan kerugiankelemahan di
bidang sosial, kesejahteraan, dan lingkungan pekerjaan;
22
Kongres ke-8 PBB tahun 1990 di Havana,cuba
Universitas Sumatera Utara
f. Menurun atau mundurnya kualitas lingkungan perkotaan yang mendorong
peningkatan kejahatan dan berkurangnya pelayanan bagi tempat-tempat fasilitas lingkunganbertetangga;
g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern untuk
berintegrasi sebagaimana mestinya di dalam lingkungan masyrakatnya, keluarganya, tempat kerjanya, atau lingkungan sekolahnya;
h. Penyalah gunaan alkohol, obat bius dan lain-lain yang pemakainya juga di
perlukan karena faktor yang disebut diatas; i.
Meluasnya aktifitas kejahatan terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius dan penadahan barang-barang curian;
j. Dorongan-dorongan khusunya oleh mas media mengenai ide-ide dan
sikap-sikap yang mengarah kepada tindakan kekerasan, ketidaksamaan hak atau sikap-sikap tidak toleransi.
Beberapa masalah dan kondisi sosial yang dapat merupakan faktor kondusif penyebab timbulanya kejahatan jelas merupakan masalah yang tidak dapat diatasi
semata-mata dengan “penal”. Disinilah keterbatasan jalur penal dan oleh karena itu harus ditunjang oleh jalur non penal. Salah satu jalur non penal untuk mengatasi
masalah-maslah sosial seperti yang dikemukakan di atas adalah lewat jalur kebijakan sosial. Kebijakan sosial pada dasarnya adalah kebijakan atau upaya-upaya
rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Jadi identik dengan kebijakan atau perencanaan pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek yang cukup
luas dari pembangunan. Penanganan atau kebijakan berbagai aspek pembangunan ini sangat penting
karena disinyalir dalam berbagai kongres PBB, bahwa pembangunan itu sendiri dapat bersifat kriminogen apabila pembangunan itu :
Universitas Sumatera Utara
a. Tidak direncanakan secara rasional, atau direncanakkan secara timpang, tidak
memadaitidak seimbang; b.
Mengabaikan nilai-nilai kultural dan moral; c.
Tidak mencakup strategi perlindungan masyarakat yang menyeluruh integrasi .
Salah satu aspek kebijakan sosial yang kiranya patut mendapat perhatian ialah penggarapan masalah kesehatan jiwa, baik secara individual sebagai anggota
masyarakat maupun kesehatankesejahteraan keluarga termasuk masalah kese- jahteraan anak dan remaja serta masyarakat luas pada umumnya.
Soedarto pernah juga mengemukakan bahwa kegiatan karang taruna dan kegiatan pramuka dan penggarapan kesehatan jiwa masyarakat dengan pendidikan
agama merupakan upaya-upaya non penal dalam mencegah dan menanggulangi kejahatan.
23
Pembinaan dan penggarapan kesehatan jiwa masyarakat memang tidak berarti semata-kesehatan rohanimental, tetapi juga kesehatan budaya dan nilai-nilai
pndangan hidup kemasyrakatan ini berarti penggarapan kesehatan masyarakat atau lingkungan sosial yang sehat tidak harus berorientasi pada pendekatan religius juga
berorientasi pada pendekatan identitas budaya nasional.Disamping upaya-upaya non Pendidikan agama dan berbagai bentuk media penyuluhan keagamaan
adalah sangat penting dalam memperkuat kembali keyakinan dan kemampuan manusia untuk mengikuti jalan kebenaran dan kebaikan.denagan pendidikan dan
penyuluhan agama yang efektif tidak hanya di harapkan terbinanya pribadi manusia yang sehat jiwarohaninya tetapi juga terbinanya keluarga yang sehat dan
lingkungan sosial yang sehat.
23
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,penerbit Alumni,Bandung, 1986,halaman 27
Universitas Sumatera Utara
penal dapat ditempuh dengan menyehatkan masyarakat lewat kebijakan sosial dan dengan menggali berbagai potensi yang ada dalam masyarakat itu sendiri,dapat pula
upaya non penal itu digali dari berbagai sumber lainya yang juga mempunyai potensi efek preventif .
Sumber lain itu misalnya media persmedia masa,pemanfaatan kemajuan teknologidikenal dengan istilah tegnoprefentiondan pemanfaatan potensi efek
prefentif dari aparat penegak hukum.Mengenai yang terakhir ini Soedarto menyatakan bahwa kegiatan patroli dari polisi yang dilakukan secara continue
termasuk upaya non penal yang mempunyai pengaruh preventis bagi penjahatpelanggar hukum.
Sehubungan dengan hal ini,kegiatan raziaoperasi yang dilakukan pihak kepolisian di beberapa tempat tertentu dan kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan masyrakat atau kegiatan komunikatif-edukatif dengan masyarakat perlu diefektifkan.Kegiatan operasi-operasi untuk pemberantasan kejahatan bukan
merupakan hal yang baru di kepolisian,misalnya operasirazia kepemilikan senjata api gelap, opersi penembakan kejahatanresidifis dan lain-lain.
Kegiatan ini mempunyai tujuan ganda yakni pertama sebagai upaya jangka pendek untuk dalam waktu singkat menekan peningkatan angka kejahatan dan
kedua menciptakan pemenuhan kebutuhan warga masyarakat atas rasa aman.Kegiatan itu sering kali juga memperlihatkan tanggapan kelembagaan aparat
keamanan atas kecemasan bahkan rasa takut atas kejahatan fear of crime yang diyakini dalam proses pengendalian sosial.
Keberhasilan dan efektifitas langkah-langkah operasional polisi tidak hanya dapat dicapai dengan dukungan kedua aspek lain yaitu lingkungan tempat polisi
bekerja dan faktor intern polisi.Dalam hubungan itu maka hubungan polisi dengan
Universitas Sumatera Utara
mayarakat harus senantiasa diperhitungkan kedalam rencana-rencana operasi dan dikonkritkan dalam bentuk tim kerja ini memerlukan syarat telah berjalannya
pengembangan gagasan mengenai tanggung jawab bersama atas mayarakat. Faktor intern polisi yang menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas serta
efektifitasnya,yakni pembandingan rasional antara sumber daya yang dicapai.Persyaratan lainnya terletak pada unsur operasional,seperti stabilitas patroli
dalam wilayah-wilayah geografis yang rawan serta interaksi maksimal dengan masyrakat dan unsur-unsur organisasi nasional seperti kesatuan supervisiordan
peningkatan profesionalisme. Penghukuman yang merupakan pencegahan dari segi represif juga tidak
boleh mengabaikan segi pembinaan dengan dasar pemikiran bahwa perilaku hanya mungkin melalui interaksi maksimal dengan kehidupan masyarakat dan
pelaksanaan yang dipisahkan dari strategi-strategi perencanaan sosial yang lebih luas perlu juga kiranya penyuluhan hukum bagi masyarakat yang bertujuan untuk
sedikit demi sedikit mengurangi proses stigmatisasi atau proses pemberian cap terhadap pelanggaran hukum dan bekas narapidana.
Kejahatan adalah suatu suatu persoalan yang selalu melekat dimana masyrakat itu tidak ada.Kejahatan selalu akan ada seperti penyakit dan kematian
yang selalu berulang seperti hal dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ketahun.Segala upaya dalam menghadapi kejahatan hanya dapat menekan atau
mengurangi meningkatnya kejahatan dan memperbaiki penjahat agar dapat kembali sebagai warga negara yang baik.
Masalah pencegahan dan penanggulangan kejahatan, tidak sekedar menghadapi kejahatan yang sedang terjadi dalam lingkungan masyarakat,tetapi
harus diperhatikan pula,atau harus dimulai dari kondisi yang menguntungkan bagi
Universitas Sumatera Utara
kehidupan kemanusiaan.Perlu digali, dikembangkan dan dimanfaatkan seluruh potensi dukungan dan partisipasi masyarakat dalam upaya menanggulangi
kejahatan.Hal itu menjadi tugas dari setiap kita,karena kita adalah bagian dari masyarakat.
F.Metode Penulisan
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian yuridis normatif.Metode penelitian yuridis normatif disebut juga
penelitian hukum doktrinal.Pada penelitian ini seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan law in book atau
hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan prilaku manusia yang dianggap pantas
24
2. Jenis Data
.
Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder dan data primer.Data sekunder diperoleh dari :
a. Bahkan Hukum Primer,yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan
ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang,yakni berupa Undang- Undang,Peraturan Pemerintah dan sebagainya.
b. Bahan Hukum sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan informasi
atau hasil kajian tentang tindak pidana perdagangan orang seperti seminar hukum,majalah-majalah,karya tulis ilmiah yang terkait dengan tindak pidana
perdagangan orang dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini.
24
Amiruddin,Zainal Asikin,Pengantar Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo Persada,Jakarta,2004,halaman 118.
Universitas Sumatera Utara
c. Bahan Hukum Tersier
Semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti
kamus,ensiklopedia,dan lain-lain. Sedangkan data primer diperoleh dari penelitian lapangan dengan
melakukan wawancara. 3.
Metode pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini dipergunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut : a.
Penelitian Kepustakaan Library Research
Yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan,yang berasal dari buku- buku,makalah-makalah,situs internet maupun peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan judul skripsi ini. b.
Penelitian lapanagan Field Research
Yaitu dengan melakukan penelitian langsung kelapangan.Dalam hal ini penulis langsung mengadakan penelitian ke Poltabes Medan dengan teknik
wawancara dengan Kanit PPA Poltabes Medan. 4.
Analisis Data Data sekunder dan primer yang diperoleh kemudian dianalisis secara
kualitatif untuk menjawab permasalahan skripsi ini,yaitu dengan apa yangdiperoleh dari penelitian dilapangan yang kemudian dipelajari secara utuh dan menyeluruh
untuk memperoleh jawaban permasalahan dalam skripsi ini.
G.Sistematika Penulisan
Universitas Sumatera Utara
Dalam Bab pertama ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, permasalahan,tujuan dan manfaat penelitian,Tinjauan kepustakaan,metode
penelitian,serta sistematika penulisan. Bab kedua membahas tentang karakteristik Tindak Pidana Perdagangan
Orang atau Human trafficking ini akan dibahas mengenai faktor-faktor penyebab Human Trafficking.Modus operandi dan Tindak Pidana Human Trafficking.
Selanjutnya bab ketiga akan memaparkan tentang peraturan-peraturan yang berkaitan terhadap tindak pidana perdagangan orang atau Human Trafficking yang
meliputi Human Trafficking dalam Instrumen Internasional,Human Trafficking menurut KUHP,dan Human Trafficking menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2007. Selanjutnya bab keempat akan diuraikan mengenai hasil wawancara
terhadap pihak kepolisian mengenai peran dan tanggung jawab yang dihadapi Polisi sebagai penyidik dalam menangani dan menanggulangi Kasus Tindak Pidana
Perdagangan Orang atau Human Trafficking diwilayah hukum Kota Madya Medan dan faktor-faktor penghambat yang dihadapi kepolisian dalam menangani tindak
pidana perdagangan orang atau Human Trafficking tersebut. Selanjutnya Bab kelima diberikan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh
dari hasil penulisan skripsi ini dan hasil dari studi lapangan.Kesimpulan ini diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada,selain itu dalam
bab ini juga akan diberikan saran-saran yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan atau paling tidak diharapkan mengurangi masalah-masalah yang
dibahas dalam skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG. A. Faktor Kemiskinan .
Kemiskinan merupakan faktor utama penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan orang. Menurut data Badan Pusat Statistik BPS adanya kecenderungan
jumlah penduduk miskin terus bertambah dari 11,3 pada tahun 1996 menjadi 23,4 pada tahun 1999, walaupun berangsur-angsur telah turun kembali menjadi 17,6pada
tahun 2002. Dari hasil pengamatan Komnas Anak dibeberapa kota,aktor-aktor pada
umumnya yang terlibat dalam perdagangan anak adalah orang tua, kakak, adik, tetangga,sahabat, calo tenaga kerja, sindikat terorganisir didalam negeri, aparat negara
tingkat lokal maupun nasional, agen penyalur tenaga kerja dalam dan luar negeri, serta kalangan bisbis hiburan. Keterlibatan aparat pada umunya antara lain berkaitan dengan
pembuatan akte lahir atau identitas asli tapi palsu bagi sikorban.
25
Latar belakang korban pada umumnya anak-anak yang berasal dari keluarga miskin di pedesaan atau dikawasan kumuh perkotaan, anak-anak putus sekolah, korban
kekerasan rumah tangga baik fisik,psikis dan seksual termasuk perkosaan,para pencari kerja, anak jalanan perempuan,korban penculikan,janda cerai akibat kawin muda, dan
dorongan kuat untuk bekerja dari orang tua atau lingkungannya.Disamping itu, anak- anak yang direkrut pada umunya berpendidikan rendah, tidak berpengalaman, masih
polos, tetapi cantik, setidak-tidaknya berkulit bersih. Sedangkan modus operandi
25
www.humanrights.go.idindex_HAM.asp3Fmenu3Dnews26id3D3404+Perda gangan+orang+menurut+Komnas+HAMhl=idct=3gl=id,diakses tanggal 22 april 2012
Universitas Sumatera Utara
rekrutmen yang digunakan para agen atau calo biasanya menggunakan berbagai bentuk rayuan, menjanjikan berbagai kesenangan dan kemewahan,menipu,
menjebak,mengancam, menyalahgunakan wewenang, menjerat dengan hutang, mengawini atau memacari, menculik menyekap atau memperkosa, menawarkan
pekerjaan dan mengadopsi.Para agen atau calo ini padaumunya bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 3-4 orang dan menyatu sebagai remaja yang sedang
bersenang-senang .
26
Modus perdagangan orang human trafficking yang dikatakan canggih dan yang sering muncul adalah eksploitasi seksual prostitusi, eksploitasi tenaga gaji
rendah dan adopsi illegal penjualan bayi. Modus operandinya yang semakin Anak-anak yang direkrut kemudian dibawa ketempat transit atau ketempat
tujuan dalam bentuk rombongan,dengan menggunakan pesawat terbang atau kendaraaan lain, tergantung tujuannya. Biasanya agen atau calo menyertai mereka
dalam perjalanan dan menanggung biaya perjalanan sepenuhnya. Untuk keluar negeri, mereka pada umunya dilengkapi dengan visa turis tetapi
seluruh dokumen dipegang oleh agen termasuk masalah keuangan. Seringkali perjalanan dibuat memutar untuk memberikesan bahwa perjalanan yang ditempuh
sangat jauh sehingga sulit untuk kembali. Bila muncul keinginan korban untuk kembali pulang,mereka seringkali ditakut-takuti atau diancam.
Ditempat tujuan, anak-anak sebelum dipekerjakan ditempatkan dirumah penampungan lebih dulu untuk beberapa minggu.Mula-mula anak-anak dipekerjakan
di bar, restoran, pub, salon kecantikan, rumah bordil dan rumah hiburan lain. Setelah beberapa hari, barulah mulai dilibatkan dalam kegiatan prostitusi.
26
http:www.iworkd.orgindex.php?action=news.detailid_news=73judul=Bisnis 20haram20perdagangan20manusia, diakses tanggal 22 april 2012
Universitas Sumatera Utara
canggih, akan dengan mudah memperangkap calon korban khususnya segmen penduduk muda yang biasanya mudah tergiur oleh bujuk rayu dan janji manis, iming-
iming bekerja ditempat yang baik dengan gaji menggiurkan dan sebagainya. Dalam keadaan yang seperti ini perempuanlah yang sangat sering terjerat oleh
para sindikat perdagangan orang.Usia mereka rata-rata dibawah 20 tahun dan mereka dipaksa melayani lelaki hidung belang agar mendapat segala biaya selama perjalanan
keberbagai lokasi pelacuran di Singapura dan Malaysia.Termasuk biaya germo, living cost, dan segala kebutuhan hidupnya dijamin sindikat perdagangan orang ini.
Selain itu, modus trafficking lainnya adalah dengan cara menjual organ tubuh para korban. Para korban dioperasi, selanjutnya ginjal maupun organ tubuh lainnya
diambil untuk diperdagangkan kepada jaringan sindikat trafficking. “Modus penjualan organ tubuh ini telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Yang menarik dari
modus operandi perdagangan manusia adalah bahwa proses pengangkutan terhadap korban tidak selalu dilakukan secara illegal. Bisa saja proses pengiriman dilakukan
secara legal tetapi tujuannya adalah eksploitasi. Dalam kepustakaan, terdapat perbedaan yang cukup tajam antara “trafficking in
persons” dengan “smuggling”.
27
B. Ketenagakerjaan
Smuggling lebih ,menekankan pada pengiriman secara illegal orang dari suatu negara ke negara lain,yang menghasilkan keuntungan bagi
“smuggler”. Dalam pengertian “smuggling” tidak terkandung adanya eksploitasi terhadap orang.Inti dari pengertian smuggling adalah adanya pengiriman orang secara
illegal dari satu negara ke negara lain.”Trafficking” memiliki target khusus, yaitu orang yang dikirim merupakan objek eksploitasi.
27
http;www.lfip.orglaw822docsperdagangan20manusiasentraHAMfeb28.pdf, diakses tanggal 24 April 2012.
Universitas Sumatera Utara
Sejak krisis ekonomi tahun 1998 angka partisipasi anak bekerja cenderung pula terus meningkat dari 1,8 juta pada akhir tahun 1999 menjadi 17,6 pada tahun 2000
hal ini mengakibatkan semakin semakin sempitnya lapangan pekerjaan. Ditengah makin langkanya kesempatan kerja yang tersedia di desa dan tekanan
situasi krisis, memang tidak banyak pilihan yang dapat dikembangkan perempuan dan penduduk miskin didesa. Seorang calo yang sudah berpengalaman niscaya sudah tahu
persis bagaimana menghadapi orang-orang yang kehidupan sehari-harinya sengsara seperti mereka.Tawaran gaji besar,godaan gaya hidup kota yang sangat gemerlap, dan
setumpuk iming-iming yang memabukkan,bagi perempuan dan keluarga miskin dipedesaan adalah hal yang terlampau mewah untuk ditinggalkan begitu saja.Bisa
dibayangkan, hati siapa yang tidak tertarik jika seorang calo menawarkan kerja diluar negeri dalam tempo 2-3 tahun sudah akan membuat perempuan miskin bisa membawa
pulang uang puluhan dan bahkan seratus juta rupiah lebih.Seorang calo yang sudah terbiasa mencari korban-korban trafficking baru, mereka biasanya bekerja sebagai
pengijon atau tengkulak. Adapun cara kerja modus operandi yang biasanya dipergunakan pelaku untuk menjerat korbannya yaitu :
a Modus Menawarkan Pekerjaan
Modus menawarkan dan membujuk korban agar tertarik mencari kerja dikota besar atau diluar negeri, salah satu yang manjur adalah menyandera perasaan psikologi
korban. Didalam menawarkan pekerjaan kepada sikorban, sindikat-sindikat trafficking ini mempunyai maksud yang tersembunyi dan jahat dibelakannya. Sindikat-sindikat
trafficking ini merusak dan menyandera psikologis korban dengan lilitan hutang,bujuk rayu, dan iming-iming gaji besar adalah kombinasi strategi yang biasanya
dikembangkan para calo untuk menundukkan hati korban agar menerima tawaran pekerjaan yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
Seorang perempuan yang berasal dari keluarga miskin dan kemudian terjerat hutang yang menumpuk, tentu tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali
nekat mencari kerja dan menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh sindikat traffickingyang dirasa bakal menguntungkan. Pada akhirnya melalui cara atau modus
menawarkan pekerjaan ini, para calo berhasil menipu banyak perempuan yang tergiur dengan berbagai pekerjaan dengan janji gaji dan pembayaran yang sangat
memuaskan.
28
b Modus Penipuan dan Penculikan
Perempuan-perempuan ini bukan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapannya, melainkan mereka dijadikan sebagai bahan eksploitasi seksual diberbagai
tempat pelacuran atau lokalisasi, dan sangat sulit sekali bagi mereka untuk dapat lari, keluar ataupun kembali lagi ke daerah asalnya, karena kuatnya jaringan dan rantai serta
rencana dari sindikat-sindikat perdagangan orang tersebut.
Modus lain yang biasa dikembangkan pihak sindikat untuk mencari korban trafficking baru adalah melalui pendekatan khusus yang lebih cenderung kepada
penipuan dan penculikan. Pada dasarnya dalam menerapkan modus ini, para sindikat trafficking ini
menggunakan tipu daya atau penipuan melalui kata-kata ataupun tindakan kepada korbannya yang kemudian nantinya dibawa pergi atau diculik. Dan dalam hal ini yang
biasanya menjadi korban adalah kebanyakan perempuan yang menjadi korban penipuan dari sindikat-sindikat yang bersembunyi atau menyamar sebagai seorang
laki-laki yang baik dan memacari perempuan tersebut dengan kata-kata manis, dan sebagian besar korban dari modus ini dalam hal penculikan adalah anak-anak yang
28
http:www.google.comserch?q=cache:b4XCI9hHS7UJ:groups.yahoo.comgroupb eritalingkunganmessage6799+Modus+menawarkan+pekerjaan+dalam+perdagangan+orang
hl=idct=clinkgl=id, diakses tanggal 26 April 2012.
Universitas Sumatera Utara
diculik langsung dari rumah, sekolah, jalan-jalan ataupun anak-anak yang menjadi korban tindak kekerasan dirumahnya, entah korban child abuse, niscaya akan sangat
mudah terperdaya oleh rayuan para calo. Dalam hal modus penipuan terhadap perempuan yang melalui pendekatan
khusus dengan mengandalkan seorang laki-laki,biasanya sangat diandalkan peran laki- laki muda yang cukup gagah. Mula-mula korban akan didekati dan diajak berpacaran.
Modus ini dari segi waktu memang lebih membutuhkan ketelatenan tersendiri. Pada satu titik dimana pelaku sudah mulai dipercaya oleh keluarga korban, maka
biasanya baru pada saat itu serangan mulai dilancarkan. Jika korban termasuk mudah diperdaya, maka dengan cepat korban akan nurut-nurut saja ketika diajak pelaku pergi
keluar desa untuk mencari pekerjaan di kota besar. Sementara itu,untuk korban yang agak sulit dirayu modus yang dikembangkan pelaku biasanya dengan cara memacari
korban dan merayu korban hingga mau melakukan hubungan intim semacam tindakan dating rape.
Perempuan atau anak perempuan yang sudah kehilangan kegadisannya, karena direngut pelaku biasanya pilihannya tidak lagi banyak.
29
29
Kejadian semacam ini biasanya banyak dialami korban trafficking yang dipekerjakan ditempat-tempat
hiburan dan lokalisasi. Anak perempuan yang sudah tidak lagi perawan, maka perasaan dan ketergantungan kepada pelaku akan sangat besar, sehingga apapun akan mereka
lakukan agar sipelaku tidak meninggalkan dirinya. Perempuan dan anak perempuan yang menjadi korban rayuan gombal pelaku trafficking seperti ini biasanya baru
menyadari kekeliruannya ketika sudah berhasil dibawa keluar desa oleh sang pacar yang penipu itu, karena begitu tiba dikota biasanya mereka akan dijual kemucikari atau
www.komnaspa.or.idpdfBEBERAPA2520HUKUM25202520KEJAHATAN2520 PERDAGANGAN2520ORANG.pdf+Modus+penipuan+dan+penculikan+dalam+perdagangan+
oranghl=idct=clnkcd=3gl=id, diakses tanggal 18 juli 2011
Universitas Sumatera Utara
pengelola tempat hiburan lainnya. Dikota besar yang jauh dari desa sang pacar yang semula penuh dengan rayuan, jangan kaget kalau tiba-tiba berubah kasar, dan keluar
sifat aslinya karena apa yang ia lakukan selama ini memang hanya kamuflase untuk menipu korban agar dapat diajak keluar desa dan kemudian diperdagangkan.
c Modus Adopsi
Dalam modus ini para sindikat-sindikat perdagangan orang perempuan dan anak ini biasanya berperan kepada dua profesi yaitu babysister atau penjaga dan
perawat anak dan yang kedua adalah menjadi orang tua asuh. Sebagai babysister atau penjaga dan perawat anak, para sindikat trafiicking atau calo-calo ini melihat keadaaan
atau situasi dari suatu keluarga yang bisa mereka masuki untuk mengurus anak-anak ketika kedua orang tua sianak sibuk mengurus pekerjaan atau kegiatan diluar.
Dalam hal sebagai babysister, sicalo untuk beberapa hari bekerja layaknya sebagai seorang perawat anak, tetapi pada akhirnya sicalo akan mencuri dan melarikan
sianak untuk kemudian dijual atau didagangkan. Dalam situasi lain para calo-calo ini juga dapat berperan sebagai orang tua asuh untuk mengelabui rumah-rumah yayasan
atau yatim piatu. Para calo ini menyamar sepasang suami istri yang hendak mengadopsi anak dari suatu rumah yayasan atau yatim piatu, yang kemudian anak-
anak yang mereka adopsi itu nantinya dilarikan dan kemudian dijual atau didagangkan pada orang-orang yang ingin membelinya atau bahkan dikirim keluar negeri untuk
dipekerjakan disana. Perdagangan orangdapat mengambil korban dari siapapun orang-orang dewasa
dan anak-anak,laki-laki maupun perempuan yang pada umumnya berada dalam kondisi rentan, seperti misalnya laki-laki,perempuan dan anak-anak dari keluarga miskin yang
berasal dari pedesaan atau daerah kumuh perkotaan; mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan terbatas; yang terlibat masalah ekonomi,politik dan sosial yang serius ;
Universitas Sumatera Utara
anggota keluarga yang menghadapi krisis ekonomi seperti hilangnya pendapatan suami orang tua, suamiatau orang tua sakit keras atau meninggal dunia ; anak-anak putus
sekolah ; korban kekerasan fisik , psikis, seksual; para pencari kerja termasuk buruh migran ; perempuan dan anak jalanan; korban penculikan ; janda cerai akibat
pernikahan dini; mereka yang mendapat tekanan dari orang tua atau lingkungan untuk bekerja; bahkan pekerja seks yang menganggap bahwa bekerja diluar negri
menjanjikan pendapatan lebih. Agen dan calo perdagangan orang mendekati korbannya dirumah-rumah
pedesaan, dikeramaian pesta-pesta pantai,mall,café, atau direstoran.Para agen atau calo ini bekerja dalam kelompok dan seringkali menyatu sebagai remaja yang sedang
bersenang-senang atau sebagai agen pencari tenaga kerja.Korban yang direkrut dibawa ketempat transit atau ketempat tujuan sendiri-sendiri atau dalam rombongan,
menggunakan pesawat terbang, kapal atau mobil tergantung pada tujuannya.Biasanya agen atau calo menyertai mereka dan menanggung biaya perjalanan. Untuk keluar
negri, mereka dilengkapi dengan visa turis, tetapi seluruh dokumen dipegang oleh agen termasuk dalam penanganan masalah keuangan.Seringkali perjalanan dibuat memutar
untuk memberi kesan bahwa perjalanan yang ditempuh sangat jauh sehingga sulit untuk kembali. Bila muncul keinginan korban untuk kembali pulang,mereka ditakut-
takuti atau diancam. Di tempat tujuan, mereka tinggal ditempat penampungan untuk beberapa
minggu menunggu penempatan kerja yang dijajanjikan. Tetapi kemudian mereka dibawa ke bar, pub, salon kecantikan, rumah bordil dan rumah hiburan lain, dan mulai
dilibatkan dalam kegiatan prostitusi.Mereka diminta menandatangani kontrak yang mereka tidak mengerti isinya. Jika menolak, korban diminta membayar kembali biaya
Universitas Sumatera Utara
perjalanan dan “tebusan” dari agen atau calo yang membawanya. Jumlah yang biasanya membengkak itu menjadi hutang yang harus ditanggung oleh korban.
Di dunia internasional, Indonesia dikenal sebagai daerah sumber dalam perdagangan orang.Berdasarkan berbagai studi, ditengarai bahwa ada beberapa
propinsi di Indonesia yang utamanya merupakan daearah sumber namun ada beberapa kabupatenkota di provinsi itu yang juga diketahui sebagai daerah penerima atau yang
berfungsi sebagai daerah transit
30
Dari kasus-kasus yang diperoleh, perdagangan,manusia sebagian besar bertujuan menjadikan korbannya sebagai pekerja domestik pembantu rumah tangga
dan pekerja seksual.Sejak sekitar tahun 1980-an banyak tenaga kerja yang pergi keluar .
Berdasarkan kasus-kasus yang ditemui, tujuan perdagangan manusia di Indoneisa adalah daerah-daerah di dalam dan luar negri.Meski secara umum daerah
primadona tujuan perdagangan untuk dalam negri meliputi kota-kota besar dan kota- kota atau pulau tujuan wisata. Sementara di luar negeri kasus yang menonjol didapati
di Malasya dan Timur tengah.Meski demikian kasus-kasus dibeberapa negara lain seperti Hongkong dan Jepang juga ditemui.
Tujuan Lokal Meliputi : Riau, Batam, Belawan, Tanjung Balaikarimun, Dumai, Palembang, Solo, Bandar Baru,
Sibolangit, Deliserdang, Tanjung Baru, Surabaya, Jogjakarta, Denpasar. Tujuan Luar Negeri Meliputi :
Malaysia Kuala Lumpur dan Serawak, Perbatasan Brunai Darussalam, Hongkong, Taiwan, Jepang, dan Australia
30
Rachmad Syafaat,dkk , .Dagang Manusia ,Lapera,Yogyakarta,2003,halaman 72
Universitas Sumatera Utara
negeri ataupun kekota-kota besar untuk menjadi pembantu rumah tangga, untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Banyak dari mereka pekerja-pekerja tersebut tergiur dengan cerita sukses bagi yang belum mempunyai pengalaman rekan-rekan mereka yang telah bekerja
diluar negeri.Besarnya uang yang dibayangkan akan diperoleh sehingga mampu membantu keluarga didesa membuat mereka rela meninggalkan kampungnya. Bahkan
para ibu rela meninggalkan anak dan suaminya di kampung. Salah satu kisah sedih yang dialami TKW yaitu ketika pulang ke Indonesia menjumpai suaminya telah
menikah dengan wanita lain dengan menggunakan uang yang selama ini dikirimnya dari Singapura bahkan sampai membangun rumah, sedangkan anak mereka
ditelantarkan di rumah neneknya. Para perempuan yang akhirnya menjadi pekerja domestik pada awalnya diiming-imingi janji, selanjutnya dipekerjakan sebagai
pembantu adalah fenomena berlangsung sejak lama. Dalam kasus pengiriman tenaga kerja wanita asal Indonesia, banyak terjadi
penipuan dimana awalnya mereka ditawari pekerjaan sebagai buruh pabrik, pelayan restoran dan sebagainya,namun kenyataannya mereka kemudian dijadikan pembantu
rumah tangga atau pekerja seksual. Hal itu terjadi karena umumnya TKI Indonesia berpendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan khusus sehingga pekerjaan
yang dilakukan biasanya menjadi buruh diperkebunan dan pembantu rumah tangga. Dalam kenyataan banyak TKW asal Indonesia ditipu dan akhirnya dipaksa
menjadi pelacur di Tawau, Malaysia Timur. Sebuah penelitian di Sumatera Utara menemukan kasus anak-anak yang menjadi pengungsi Aceh yang ada di Medan.
Banyak calo yang mencari anak dilokasi pengungsi dengan kedok akan mengadopsi anak padahal mereka menjualnya kekeluarga yang membutuhkan pembantu rumah
Universitas Sumatera Utara
tangga. Lokasi pengungsian yang kondisinya sangat memprihatinkan dan tidak seriusnya penanganan pihak aparat menyebabkan para orang tua rela menyerahkan
anaknya pada orang lain yang tidak dikenal untuk diadopsi.
31
Dalam upaya penegakan hukum terhadap kasus perdagangan remaja ini terdapat beberapa kendala yang didapati oleh aparat. Faktor usia menjadi faktor
penentu. Aturan hukum hanya membatasi batasan usia anak sampai dengan 18 tahun Penjualan perempuan-
perempuan muda untuk tujuan eksploitasi seksual menjadi tujuan utama dalam hal perdagangan manusia yang korbannya adalah remaja. Gadis-gadis muda antara 13
hingga 18 tahun menjadi sasaran para pelaku penjualan perempuan ini. Modus operandi yang digunakan untuk menjerat korban bermacam-macam.Mulai dari
penjualan yang dilakukan oleh orang tua atau saudaranya karena alasan ekonomi sebagaimana beberapa kasus yang terjadi di Jawa Timur, Penculikan atau janji-janji
yang dilakukan oleh para calo ini diantaranya adalah ibu-ibu muda yang banyak beroperasi dipusat-pusat perdagangan,tempat para remaja ini biasa menghabiskan
waktunya. Banyak cerita tragis tentang nasib mereka yang sudah menjadi korban. Anak-
anak yang dieksploitasi, ternyata ada sebagian dari mereka yang kemudian menikmati profesi ini. Hal ini terjadi dalam kasus perdagangan domestik. Namun berbeda dalam
hal korban perdagangan manusia di luar Indonesia. Ada yang dijerat hutang yang tidak terselesaikan,disekap dihotel-hotel di Serawak dimana mereka harus melayani puluhan
pelanggan setiap malamnya.Untuk melarikan diri adalah suatu pekerjaan dengan resiko berat karena disinyalir adanya kerjasama antara pelaku dan aparat.
31
Komnas Perempuan,Peta kekerasan perempuan di Indonesia,Jakarta,2005,halaman 142
Universitas Sumatera Utara
padahal kasus-kasus penjualan remaja yang banyak terjadi justru berkisar antara usia 18-20 tahun yang menurut hukum pidana Indonesia merupakan usia dewasa.
Menurut hukum pidana Indonesia hal tersebut menyebabkan kurangnya upaya penanggulangan perdagangan remaja dan lemahnya penegakan hukum terhadap para
pelaku disebabkan oleh kurangnya penegakan hukum masyarakat dan penegak hukum tentang berbagai peraturan perdagangan perempuan. Meskipun belum terdapat suatu
defenisi pasti mengenai perdagangan manusia dan rumusan resmi berkaitan dengan hal tersebut,bukanlah suatu alasan bagi aparat penegak hukum untuk membiarkan kasus
perdagangan perempuan, karena perbuatan itu merupakan suatu tindak pidana. Sebagai contoh rumusan dalam Pasal 297 KUHP mengatur bahwa tindakan memperdagangkan
perempuan dan anak laki-laki diancam dengan pidana selamanya 6 tahun, yang dapat menjadi suatu sarana guna menjerat perbuatan tersebut diatas.
C. Sosial Budaya