Tes Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Debi Rahmawati Nastiti, 2014 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HAS IL BELAJAR S IS WA PADA S TANDAR KOMPETENS I PROS EDUR ADMINIS TRAS I : S tudi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di S MK Bina Warga Lemahabang Cirebon Tahun Ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.4.1 Tes

Dalam Suharsimi Arikunto 2013:266 “instrumen yang berupa tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi”. Maka, dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen tes pada saat pretest dan juga posttest dengan karakteristik yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Adapun langkah-langkah untuk menguji instrumen tes yaitu sebagai berikut: 1. Uji Validitas Instrumen Menurut Suharsimi Arikunto 2013:211 “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”. Setelah diisi oleh responden dan terkumpul kembali, selanjutnya peneliti menentukan validitasnya berdasarkan formula tertentu, diantaranya koefisien korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu: = � ∑ − ∑ . ∑ √[� ∑ − ∑ ].[� ∑ − ∑ ] Sambas Ali Muhidin, 2010:26 2. Uji Reliabilitas Instrumen Debi Rahmawati Nastiti, 2014 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HAS IL BELAJAR S IS WA PADA S TANDAR KOMPETENS I PROS EDUR ADMINIS TRAS I : S tudi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di S MK Bina Warga Lemahabang Cirebon Tahun Ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Menurut Suharsimi Arikunto 2013:221 “Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah koefisien Alfa α dari Cronbach, yaitu = [ − ].[ − ∑ � � � � ] Sambas Ali Muhidin, 2010:31 Di mana Rumus varians � = ∑ 2 − ∑ � 2 � � r 11 = Reliabilitas instrumenkoefisien korelasikorelasi alpha k = Banyaknya bulir soal ∑ � � = Jumlah varians bulir � � = Varians total N = Jumlah responden 3. Tingkat Kesukaran Instrumen Menurut Suharsimi Arikunto 2012:222 soal yang baik adalah: Soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Debi Rahmawati Nastiti, 2014 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HAS IL BELAJAR S IS WA PADA S TANDAR KOMPETENS I PROS EDUR ADMINIS TRAS I : S tudi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di S MK Bina Warga Lemahabang Cirebon Tahun Ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Maka untuk rumus untuk mencari P adalah: � = � �� Suharsimi Arikunto, 2012:223 Di mana: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah 4. Daya Pembeda Instrumen Menurut Suharasimi Arikunto 2012:226 daya pembeda soal adalah: kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks deskriminasi, disingkat Dd besar. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah: � = � � − � � = � − � Debi Rahmawati Nastiti, 2014 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HAS IL BELAJAR S IS WA PADA S TANDAR KOMPETENS I PROS EDUR ADMINIS TRAS I : S tudi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di S MK Bina Warga Lemahabang Cirebon Tahun Ajaran 20132014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Suharsimi Arikunto, 2012:228 Di mana: J = jumlah peserta tes J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ingat, P sebagai indeks kesukaran P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda: D : 0,00 – 0,20 : jelek poor D : 0,21 – 0,40 : cukup satistifactory D : 0,41 – 0,70 : baik good D : 0,71 – 1,00 : baik sekali excellent

3.4.2 Lembar observasi

Dokumen yang terkait

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pendekatan pembelajaran cooperative learning type make a match di kelas V MI Nurul Jihad Kota Tangerang : penelitian tindakan kelas di MI Nurul Jihad Tangerang

0 5 125

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TYPE LEARNING TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI : Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK W

0 0 59

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Sangkuriang 1 Cimahi Tahun

0 2 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN KEARSIPAN : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran

1 3 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI PROSEDUR ADMINISTRASI :Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Bina Warga Lemahabang Cireb

0 3 36

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

0 1 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MNEMONIC TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas X di SMK Bina Wisata Lembang Tahun Ajaran 201

1 3 44

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Standar Kompetensi Melakukan Prosedur Administrasi Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI di SMK Pasundan 1 Bandung Tahun A

0 2 55

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK BINA WARGA BANDUNG: Studi Kuasi Eksperimen Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dan T

0 0 37