3 banyak yang resisten terhadap obat, maka setiap isolat sebaiknya diuji kepekaannya untuk
membantu pemilihan obat sistemik. Penggunaan eritromisin secara tunggal mengakibatkan resistensi dengan terjadi sangat cepat untuk mengobati infeksi kronis.Selain resisten
terhadap eritromisin Staphylococcus aureus juga resisten terhadap obat penisillin, tetrasiklin, dan aminoglikosida Jawetz et al, 2005.
Resistensi merupakan masalah yang menimbulkan ancaman serius terhadap pengobatan pada banyak penyakit parah. Ada tiga mekanisme genetik tentang cara
berkembangnya resistensi obat yaitu resistensi yang diperantarai plasmid, mutasi beberapa kromosom atau satu kromosom, dan jumping gen atau transposon. Pada tingkat molekuler,
ada tiga mekanisme mikroba merusak fungsi antibiotika sehingga terjadi resistensi yaitu mengubah situs target berarti kecil kemungkinan antibiotika berinteraksi dengan situs
target, membatasi akses ke situs target, dan inaktivasi antibiotika Locke et al., 2013.
METODE PENELITIAN 1.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental dengan metode deskriptif. Penelitian dilakukan dengan mengambil data yang diperoleh dari rekam medis
pasien OMSK yang melakukan kultur kuman dan mendapat terapi antibiotika definitif di Rumah Sakit “X” pada Januari – Juli 2015.
2. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian : populasi penelitian ini adalah pasien Otitis Media Supuratif Kronis OMSK rawat jalan di Rumah Sakit “X” pada Januari – Juli 2015.
Sampel penelitian a.
Kriteria inklusi 1
Pasien OMSK rawat jalan di Rumah Sakit “X” periode Januari – Juli 2015 2
Pasien OMSK rawat jalan di Rumah Sakit “X” periode Januari- Juli 2015 yang melakukan kultur kuman dan terdapat hasil uji sensitivitas terhadap antibiotika.
3 Pasien OMSK rawat jalan di Rumah Sakit “X” periode Januari- Juli 2015 yang
mendapat terapi antibiotika definitif. 4
Data rekam medis pasien OMSK lengkap seperti tanggal, identitas pasien, nomor rekam medis, nomor laboratorium, jenis kelamin, usia, kuman penyebab, sensitivitas
terhadap antibiotika dan penggunaan antibiotika definitif.
4 b.
Kriteria eksklusi 1
Pasien OMSK rawat jalan di Rumah Sakit “X” yang tidak melakukan kultur kuman dan tidak terdapat uji sensitivitas terhadap antibiotika pada Januari- Juli 2015.
2 Pasien OMSK rawat jalan di Rumah Sakit “X” periode Januari – Juli 2015 yang tidak
mendapat terapi antibiotika definitif. 3
Data rekam medis pasien OMSK kurang lengkap.
3. Definisi Operasional
Otitis media supuratif kronis OMSK dahulu disebut otitis media perforata atau dalam masyarakat Indonesia biasa disebut congek adalah infeksi kronis pada telinga tengah
karena adanya perforasi membran timpani dan sekret encer atau kental dan bening atau berupa nanah yang keluar dari lubang telinga luar secara terus-menerus atau hilang
timbul. Pengambilan sampel sekret telinga pada pasien OMSK dilakukan setelah pasien mendapatkan terapi antibiotika empiris. Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelum dan
sesudah pengambilan sampel dapat mempengaruhi hasil pola kuman.
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit “X” untuk pengambilan data hasil kultur selanjutnya pengambilan data rekam medis di
Rumah Sakit“X”.
5. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu lembar pengumpulan data, mesin vitek Vitek 2 compact.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu data dari vitek data hasil kultur dan uji sensitivitas terhadap antibiotika dan rekam medis data penggunaan antibiotika
definitif pasien di Rumah Sakit “X” periode Januari – Juli 2015.
6. Jalannya Penelitian