Partisipasi 1. Partisipasi Politik Pengaruh Ulama Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan:Studi Kasus Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008:

ulama sebagai figur yang patut diteladani. Tanpa kehadiran ulama, kehidupan masyarakat tidak akan berkembang menjadi lebih baik. 21 Ulama banyak terlibat dalam membangun masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, dengan demikian secara otomatis peran dan fungsi ulama mengalami perubahan. Secara sosio-antropologis, perubahan peran ulama ini biasanya dilihat dari multifungsional ke monofungsional. Ini disebabkan perubahan struktur sosial yang didorong oleh tuntutan spesialisasi dan diferensiasi dalam masyarakat. Pada masa dulu, ulama diberi mandat oleh masyarakat bukan saja pada masalah keagamaan saja, tapi juga pada bidang pertanian, perdagangan, kesehatan dan ketertiban masyarakat. Pengaruh ulama juga dapat menurun apabila politik ulama berkaitan dengan perubahan-perubahan umum dalam situasi politik dikalangan masyarakat. Dalam variasi politik ulama, seperti ditunjukkannya oleh dukungan mereka terhadap berbagai organisasi politik dan pemisahan Islam dari politik adalah salah satu faktor yang ikut menentukan dalam menurunnya pengaruh politik ulama. 22

B. Partisipasi 1. Partisipasi Politik

Suatu keniscayaan bahwa dalam mewujudkan berbagai kepentingan dan kebutuhan, masyarakat seringkali berbenturan dengan kepentingan dan kebijakan negara. Benturan tersebut sabgata erat kaitannya dengan tingkat sosialisasi politik yang dikembangkan oleh Negara bersangkutan karena proses sosialisasi politik 21 Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, h. 79. 22 Dr Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan kekuasaan, Yogyakarta : LKIS, 2004, h. 258. dapat memunculkan sebuah rangsangan politik yang pada gilirannya akan terlihat dalam sebuah partisipasi politik masyarakat. Banyak sejumlah ilmuwan politik telah mendefinisikan partisipasi politik melalui berbagai kalimat yang berbeda-beda, seperti misalnya Samuel P Huntington mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan kewarganegaraan yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh suatu pemerintahan. 23 Senada dengan Huntington, Ramlan Surbakti mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan warganegara biasa dalam mempemgaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksaan umum dan ikut dalam menentukan pemimpin sebuah pemerintahan. 24 Keikutsertaan warga negara atau masyarakat dalam suatu kegiatan politik, tidak terlepas dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat. Dimana masyarakat merupakan faktor terpenting dalam menentukan pemimpin pemerintahan baik di tingkat pusat sampai pada tingkat terendah yakni desa. Maka dari itu penulis akan menguraikan definisi partisipasi yang menurut Inu Kencana Syafiie, dalam bukunya yang berjudul Sistem Pemerintahan Indonesia, Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorang individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama . 25 23 Samuel P Huntington dan John M Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, h. 6. 24 Ramlan Surbakti, “Memahami Ilmu Politik”, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992, h. 114. 25 Inu Kencana Syafii, “Sistem Pemerintahan Indonesia”, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, h. 132. Sejak konsep partisipasi telah berkembang dan memiliki pengertian yang beragam meskipun dalam beberapa hal konvergen. Sedangkan Gaventa dan Valderama mengkategorisasikan tiga tradisi partisipasi terutama bila dikaitkan dengan praksis pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu : partisipasi politik, partisipasi sosial, dan partisipasi warga. 26 Pada umumnya peran serta masyarakat merupakan kata lain dari istilah standar dalam ilmu politik, yaitu partisipasi politik. Dalam ilmu politik partisipasi diartikan sebagai upaya warga masyarakat baik secara individual maupun kelompok, untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembentukan kebijakan publik dalam sebuah negara hal ini boleh terjadi atas dasar rasa tanggung jawabnya dalam kehidupan politik. Namun tidak jarang juga partisipasi yang dilakukan bukan karena kehendak individu yang bersangkutan. 27 Kecenderungan ke arah partisipasi politik lebih luas sesungguhnya bermula pada zaman pencerahan dan memperoleh dukungan yang sangat kuat pada zaman revolusi industri. Cara-cara yang ditempuh dalam berbagai lapisan masyarakat dalam menuntut hak mereka untuk mendapatkan partisipasi politik yang lebih luas sangatlah berbeda dengan Negara satu dan yang lainnya. Menurut Myron Weiner berpandangan terhadap lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan kearah partisipasi lebih luas dalam proses politik. Kelima hal tersebut adalah : 28 26 Pembahasan John Gaventa dan Camilo Valderama : Partisipasi, Kewargaan, dan Pemerintah Daerah, sebagai pengantar buku Mewujudkan Partisipasi: Teknik Partisipasi Masyarakat untuk Abad 21 , yang diterbitkan oleh The British Council dan New Economics Foundation, 2001. 27 Affan Gaffar, “Merangsang Partisipasi Politik Rakyat”, dalam Syarofin Arba editor, Demitologi Politik Indonesia: Mengusung Elitisme Dalam Orde Baru, Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1998, h. 240. 28 Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia suarbaya: Penerbit SIC, 2002, h.130-131. a Modernisasi; komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat, menyebarnya kepandaian baca tulis pengembangan komunikasi massa. b Perubahan-perubahan struktur kelas social; terbentuknya suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi. c Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern; kaum intelektual seperti sarjana, filosof, cendikiawan, sering mengemukakan ide-ide seperti egalitarianisme dan nasionalisme kepada masyarakat umumn pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisir akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik. d Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik; jika ada timbul kompetisi perebutan kekuasaan, salah satu strategi yang digunakan adalah mencari dukungan rakyat atau masyarakat luas. Dalam hal ini untuk melegitimasi mereka melalui gerakan-gerakan partisipasi rakyat. e Keterlibatan pemerintah yang luas dalam urusan masalah sosial, ekonomi dan budaya ; apabila pemerintah terlalu menkooptasi masalah-masalah sosial masyaraka, lambat laun akan merangsang timbulnya tuntutan- tuntutanyang terorganisir untuk berpartisipasi. Melalui definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli politik tersebut, dapatlah diketahui bahwa pada dasarnya partisipasi politik bertujuan untuk mempengaruhi pembentukan kebijakan publik, dalam menentukan dan memilih pemimpin serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan keinginan masyarakat dan kelompok masyarakat.

2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Partisipasi politik sebagai peran serta masyarakat dan demokrasi secara kolektif di dalam proses penentuan pemimpin, pembuat kebijakan publik, dan pengawasan proses pemerintahan di Indonesia sejak merdeka yang mengalami penurunan secara terus menerus. Namun sebagai konsep dan praktek operasional baru dibicarakan sejak tahun 1970-an ketika beberapa lembaga internasional mempromosikan praktek partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan untuk merealisasikan hak partisipasi politik. Ada tiga hal fungsi partisipasi politik yaitu menentukan kedudukan pada posisi kekuasaan, mempengaruhi pembuatan kebijakan, dan mengawasi proses politik. Mungkin harus disadari bersama, bahwa pada moment itulah partisipasi politik mulai dimanfaatkan sebagai mekanisme beroperasinya nilai moral di dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Partisipasi politik masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, partisipasi politik dilakukan melalui kontak- kontak langsung dengan para pejabat Negara yang ikut dalam dalam menentukan pembatan kebijakan publik. Sedangkan secara tidak langsung kegiatan partisipasi dapat dilakukan melalui media massa yang ada, misalnya dengan menuliskan pikiran dan pandangan pada sebuah Koran dan majalah terhadap hal-hal yang menjadi sorotan publik. Menurut Samuel P Huntington, peran serta atau partisipasi masyarakat dapat dikategorikan ke dalam bentuk-bentuk sebagai berikut : 29 a Electoral activity, adalah segala kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pemilu termasuk dalam kegiatan ini adalah ikut serta memberikan dana untuk kampanye sebuah partai politik, memberikan suara, mengawasi perhitungan dan pemilihan suara, dan mengajak serta mempengaruhi seseorang untuk mendukung salah satu partai. b Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhinya menyangkut, masalah tertentu. c Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam organisasi sosial dan politik, baik sebagai pemimpin, aktivis, atau sebagai anggota biasa. d Contracting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh warga Negara dengan langsung mendatangi maupun menghubungi lewat telepon pejabat pemerintahan maupun tokoh politik. e Violence, adalah cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengerusakan. by doing phsycal demage terhadap barang atau individu. Bentuk partisipasi yang lain adalah dengan mengikuti rapat-rapat umum dan diskusi terbuka yang diselenggarakan oleh suatu organisasi politik maupun kelompok kepentingan tertentu. Partisipasi semacam ini dapat bersifat spontan 29 Samuel P Huntington dan John M Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, h. 17. namun sering juga difasilitasi oleh partai-partai untuk memenuhi agenda politiknya melalui keadaan seperti ini, partisipasi politik seseorang bukan didasarkan atas kesadarannya sendiri melainkan karena dimobilisasi. 30

3. Konteks Partisipasi Politik di Indonesia

Konsep partisipasi politik oleh masyarakat Indonesia secara umum dalam ruang lingkup pemilu telah mengarah pada titik kemajuan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan pelaksanaan program pembangunan. Hal ini dibuktikan Pada tahun 1998 sampai tahun 2004, oleh agenda nasional banyak diisi isu-isu seputar perubahan konstitusi, kebebasan untuk mendirikan dan bergabung dengan partai politik, kebebasan untuk mendirikan organisasi yang bebas dari campur tangan pemerintah, reformasi sistem pemilihan umum yang lebih demokratis, kebebasan informasi, kebebasan untuk menganut ideologi diluar ideologi resmi pemerintah, dan reformasi administrasi pemerintahan. 31 Isu-isu ini menjadi agenda utama oleh elit politik parlemen dan masyarakat Indonesia, karena selama pemerintahan Soeharto memang tidak ada kebebasan berorganisasi termasuk organisasi politik, tidak ada kebebasan untuk memperoleh informasi, tidak ada kebebasan untuk menganut ideologi, pemilihan umum yang penuh tekanan, dan administrasi pemerintahan yang sangat korup. 32 Partisipasi politik dalam periode 1998 – 2004 telah didominasi oleh agenda-agenda politik untuk memberikan akses yang luas bagi masyarakat Indonesia untuk terlibat dalam proses-proses politik yang berjalan. Reformasi juga 30 Rafael Raga Margan, Pengantar Sosiologi Politik jakarta: Rineka Cipta, 2001, h.149. 31 Muhammad AS. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, Jakarta: LP3ES, 1996, h. 39. 32 Contoh paling aktual atas pelarangan partai politik terjadi pada tahun 1998, ketika Departemen Dalam Negeri menyatakan Partai Rakyat Demokratik PRD sebagai partai terlarang, menyatakan membubarkan partai tersebut, dan memenjarakan pemimpin partai. diartikan sebagai perubahan institusi-institusi negara yang memungkinkan partisipasi politik rakyat memiliki arti. Besamaan dengan reformasi politik, pada tahun 1999 paska pemilihan presiden di Era Orde Reformasi konsep partisipasi warga juga mulai diwacanakan dengan aktif oleh beberapa akademisi, berbagai lembaga swadaya masyarakat LSM dan organisasi rakyat di Indonesia. Wacana ini juga didorong oleh lembaga swadaya masyarakat LSM dan berbagai lembaga internasional yang beroperasi di Indonesia. Inti dari wacana ini terutama adalah mulai terasa beberapa kegagalan dalam penerapan demokrasi perwakilan. Wakil rakyat yang dipilih baik untuk DPRDPRD, eksekutif, dan berbagai komisi ternyata tidak sepenuhnya dapat dipercaya untuk menyalurkan aspirasi masyarakat. 33 Karena itu, mulai terpikirkan oleh seluruh masyarakat dan elit politik untuk memberikan ’vitamin’ bagi sistem demokrasi perwakilan saat ini, yaitu berupa pendalaman partisipasi yang memungkinkan warga untuk dapat terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan dan memantau kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. C. Teknik Kepemimpinan Informal Ulama Sebagai Sebuah Strategi Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Kajian teoritis tentang kepemimpinan ulama dalam studi ini, menggunakan teori kepemimpinan oleh Inu Kencana Syafi’ie yang sangat relevan sesuai dengan kontek kajian salam penelitian ini. Dalam buku Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Inu Kencana Syafi’ie menjelaskan kepemimpinan 33 Studi yang mendalam mengenai kegagalan demokrasi perwakilan di Indonesia dilakukan oleh DEMOS, sebuah NGO yang berbasis di Jakarta. Hasil studi DEMOS dimuat secara berkala di majalah nasional TEMPO adalah “suatu kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok”. 34 Teknik kepemimpinan menurut Inu Kencana Syafi’ie merupakan “cara atau strategi yang dilakukan oleh pemimpin untuk mencapai tujuannnya”. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa teknik kepemimpinan merupakan cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mencapat tujuannya, yakni dapat menggerakkan masyarakat kearah kemajuan dan perkembangan. 35 Teknik kepemimpinan terdiri dari teknik persuasif, teknik komunikatif, teknik fasilitas, teknik motivasi dan teknik pemberian teladan. Penulis akan menjabarkannya secara singkat, pertama Teknik Persuasif dilakukan oleh pemimpin sebagai upaya atau cara yang dilakukan melalui bujukan-bujukan kepada bawahan atau masyarakatnya agar mau berpartisipasi misalnya dengan menanamkan kesadaran betapa pentingnya menggunakan hak suara dalam pemilu untuk mencapai tujuan bersama. 36 Kaitan dengan kepemimpinan informal ulama dalam meningkatkan partisipasi masyarakat adalah teknik persuasif ini merupakan strategi atau cara yang dilakukan oleh ulama melalui bujukan-bujukan kepada masyarakat, agar masyarakat mau terlibat dalam setiap pengambilan keputusan entah melalui musyawarah maupun pengambilan suara terbanyak atau voting. Kedua Teknik Komunikatif Komunikasi memiliki arti sebagai pemindahan informasi untuk memperoleh tanggapan. Di dalam komunikasi terdapat lima unsur 34 Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h.40. 35 Ibid., h. 41. 36 Ibid., h. 41. yakni komunikator, pesan, media, komunikan, dan feed back atau timbal balik. Cara atau strategi yang dilakukan oleh pemimpin sebagai pemberi pesan harus sama dengan apa yang diterima masyarakat. 37 Gambarannya adalah pemimpin sebagai komunikator memberikan pesan berupa perintah, anjuran dan ajakan untuk mengikuti pemilihan umum kepada masyarakat sebagai komunikan melalui media musyawarah perencanaan suksesi kepemimpinan. Dengan adanya empat unsur komunikasi yang telah disebutkan diatas, maka sebagai kelengkapan unsur yang kelima adalah feedback atau timbal balik dari masyarakat untuk memberikan gagasan-gagasan, ide-ide dan harapan-harapan yang disampaikan dalam musyawarah. Adaya pemberiaan gagasan, ide dan harapan-harapan dari masyarakat tersebut merupakan wujud dari partisipasi politik masyarakat. Oleh karenanya untuk dapat merangsang masyarakat agar mau memberikan gagasan, ide dan harapan-harapan sebagai wujud partisipasi, maka pemimpin harus memperhatikan hal-hal yaitu, Berbahasa dengan baik dan Menyampaikan pesan dengan jelas, dan Memakai media yang memadai untuk didengar oleh masyarakat seperti pengeras suara Ketiga Teknik fasilitas dilakukan oleh pemimpin sebagai strategi dan cara yang dilakukannya adalah dengan memberikan penyediaan fasilitas-fasilitas atau alat-alat yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memberikan hak suara, dengan demikian akan menumbuhkan perasaan pada masyarakat bahwa segalanya telah 37 Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h. 42. disediakan oleh pemimpin, dan kemauan merupakan satu-satunya yang dapat dilaksanakan masyarakat. 38 Adanya pemberian fasilitas bagi masyarakat ini, merupakan bentuk tanggung jawab elit politik untuk mempermudah masyarakat dalam menyalurkan aspirasi politik mereka sehingga langkah awal dalam proses politik pun kemudian berjalan secara bersamaan antara masyarakat dan elit politik. Keempat teknik motivasi kepemimpinan diberikan oleh pemimpin sebagai cara atau strategi diterapkan melalu pemberian dorongan kepada masyarakat melalui misalnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan, memberikan rasa aman, kenyamanan, penghargaan dan sebagainya. Pemberian motivasi atau dorongan yang dilakukan oleh pemimpin kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum dengan cara menyadarkan masyarakat bahwa pemilu adalah dari mereka, oleh mereka, dan untuk mereka. 39 Motivasi yang diberikan pemimpin pada umumnya bermaksud untuk Meningkatkan partisipasi aktif dan tanggung jawab sosial semua anggota. Terakhir adalah teknik keteladanan merupakan upaya atau cara yang dilaksanakan oleh pemimpin dengan tujuan agar masyarakat mau meniru segala perbuatan yang dilakukannya. Tujuan dari Keteladanaan yang diberikan oleh pemimpin selain peniruan masyarakat terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pemimpin juga bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat. 40 Dengan adanya kepercayaan tersebut masyarakat tidak ragu-ragu lagi ketika ada ajakan untuk melakukan sesuatu. Misalnya dalam 38 Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h. 42. 39 Inu Kencana Syafii, Sistem Pemerintahan Indonesia, h. 42. 40 Ibid., h. 43. pemungutan suara, pemimpin menggunakan hak pilihnya dalam pemilu paling pertama agar menjadi contoh dan diikuti oleh masyarakat lainnya.

BAB III PILKADA KAB. PROBOLINGGO TAHUN 2008

STUDI KASUS KECAMATAN KRAKSAAN

A. Profil Lokasi Penelitian PETA LOKASI

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemutaran Film Kb Terhadap Perilaku Partisipasi Masyarakat Ber-Kb Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014

2 47 180

Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Partisipasi Politik Perempuan Di Dprd Kabupaten Nias Pada Pemilihan Legislatif Tahun 2014

4 81 162

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung 2005 di Kabupaten Karo (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Batukarang Kecamatan Payung).

19 180 90

Perbandingan Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Kota Medan Pada Pilkada Kota Medan Tahun 2005 Dengan Pilkada Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 (Studi Kasus : Kelurahan Titi Rante, Kecamatan Medan Baru)

5 57 90

Calon Independen dan Pilkada (Studi Kasus Pilkada Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008)

2 35 94

Iklan Politik Partai Gerindra Dan Partisipasi Masyarakat Tani (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Politik Partai Gerindra Terhadap Partisipasi Masyarakat Tani Pada Pemilu 2009 di Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

1 56 161

Partisipasi Politik BKMB (Badan Kekeluargaan Masyarakat Bekasi)-Bhagasasi Dalam Pilkada Kota Bekasi 2008

0 15 66

Pengaruh Ulama Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan:Studi Kasus Pada Pilkada Kabupaten Probolinggo Tahun 2008:

0 11 114

Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Partisipasi Politik Perempuan Di Dprd Kabupaten Nias Pada Pemilihan Legislatif Tahun 2014

0 0 13

Pengaruh Jejaring Sosial Terhadap Pilihan Politik Masyrakat (Studi Kasus: Pemilu Politik Pada Masyarakat Toba Samosir Tahun 2014

0 0 9