Pengaruh Pemutaran Film Kb Terhadap Perilaku Partisipasi Masyarakat Ber-Kb Di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014

(1)

PENGARUH PEMUTARAN FILM KB TERHADAP

PERILAKU PARTISIPASI MASYARAKAT BER-KB

DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH

EFFI JANIARTI

101000004

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENGARUH PEMUTARAN FILM KB TERHADAP

PERILAKU PARTISIPASI MASYARAKAT BER-KB

DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

EFFI JANIARTI

NIM : 101000004

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Jumlah penduduk setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat pesat. Keluarga berencana merupakan salah satu solusi yang ditawarkan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Untuk meningkatkan cakupan jumlah partisipasi masyarakat yang menggunakan alat kontrasepsi, pemerintah menggunakan beberapa media sebagai media sosialisasi kepada masyarakat salah satunya dengan menggunakan media Film KB.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional

yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemutaran Film KB dengan perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2014 dengan jumlah pasangan usia subur 17,431 orang. Besar sampel sebanyak 95 orang dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan analisis bivariat dengan uji chi square.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil memiliki keputusan untuk menggunakan alat konterasepsi sebesar 43,2%, komunikasi dua arah sebanyak 69,5%, tanggung jawab baik sebanyak 98,9% dan mengikuti perubahan baik sebanyak 51,6%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pemutaran Film KB dengan keputusan partisipasi masyarakat dalam menggunakan alat kontersepsi di Kabupaten Aceh Singkil (p<0,05).

Dari hasil penelitian disarankan Kepada pihak Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Aceh Singkil untuk terus mempertahankan dan meningkatkan partisipasinya dalam penggunaan program KB. Kepada pihak dinas BPPKS untuk terus mempertahankan, menjalankan dan meningkatkan program pemutaran Film KB di masyarakat serta diharapkan membuat media alternatif lain untuk mensosialisasikan program KB.


(5)

ABSTRACT

Population of amount has to quicklye very year. KB is of one solutions offered to reduce the quickly rate of the population. For the Increase amount for participation of people within used contraceptions, the government used some of the media for socialiszation KB film to the public.

Researching used cross sectional Plan to the connections analyze for KB Film with the public attitude. 17.431 couples of childbearing in 2104 at Kabupaten Aceh Singkil. 95 people choosing with Proporsional Random Sampling. analysing using the bivariate analysis within chi square test.

43.2% resultsof this Research to used contraceptions at Kabupaten Aceh Singkil, 69.5% feedback communications result, 98.9% take the risk and as 51.6% following trending of the year. Statistically both Connections about KB film with public choose to used of contraceptions at Kabupaten Aceh SIngkilis (p <0.05).

The Researched result the suggested for people that increase participation in the used KB programs at Kabupaten Aceh Singkil. BPPKS Corporations be expected to increase the turning KB Film Programs and be expected to make other alternative media forsocialiszation KB programs.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Effi Janiarti

Tempat Lahir : Sidorejo

Tanggal lahir : 8 April 1992

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Nama Ayah : Ayah Mujani

Suku Bangsa Ayah : Jawa

Nama Ibu : Ibu Ngatiah

Suku Bangsa Ibu : Jawa

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SDN 1 Silabuhan /2004

2. SLTP/Tamat tahun : SMPN 1 Gunung Meriah/2007 3. SLTA/Tamat tahun : SMA 1 Gunung Meriah/2010

4. Akademik/Tamatan tahun : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara/2015


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENGARUH PEMUTARAN FILM KB TERHADAP PERILAKU PARTISIPASI MASYARAKAT BER-KB DI KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2014”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedu orang tua, Ayahanda Muzani dan Ibunda tercinta Ngatiah, yang telah membesarkan mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang. Terimakasih sebesar-besarnya atas dukungan, nasehat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

Dalam menulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan materil dan moral dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimkasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumaatera Utara.

2. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan banyak saran dn ilmu serta dukungan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(8)

3. Ibu Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc, PhD selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs, Tukiman, MKM selaku penguji I dan Kepala Bagian Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan saran dan penyempurnan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku penguji II yang telah banyak memberikan saran dan penyempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajardi FKM USU dan dosen PKIP yaitu Ibu Lita Sri

Andayani, SKM, M.Kes, Ibu Linda T. Maas, MPH, Ibu Dra.Syarifah, MS, Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS serta pegawai di departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak Drs. Azmi selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Singkil yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian kepada penulis.

8. Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Keluarga besar penulis tersayang, berkat do’a dan dukungan semuanya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

10.Adik-adikku tersayang Ratih Widya Sari dan Roby Darmawan yang telah memotivasi dan mendoakan penulis.


(9)

11.Uda Mukhyat Fahlevi, ST yang selama ini telah memberi motivasi, masukan, dukungan, dan semangat dalam semua hal, serta selalu mendoakan penulis, terimakasih atas semuanya sayang.

12.Teman-teman kubui tercinta Dian Fifit Sundari, Desi Ratna Sari , Entywe Habeahan, Ranika Harahap, dan Julita Arnis atas dukungan, do’a dan semangat yang diberikan kepada penulis, terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

13.Temen kecil ku tercinta Puja Anggraini, terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini sayang.

14.Teman-teman PKIP tercinta yang super kece, Siti Kurniawati, Only Yosephin Simanungkalit, Bernike Sofia Zega, Wanda Purba, Dewi Sarah, Asnija Sinambela, Kak Kristina Purba, Kak Ira Wati Gultom, kak Elvita Nora, Kak Eka, Fitri Hairani Manurung, Shella Monica, dan semua teman-teman PKIP kece yang tidak disebutkan satu persatu, terimakasih doa dan dukungannya.

15.Abang Ahmad Sungadi, SKM. Terimaksih buat Judul skripsinya, doa dan motivasinya selama ini.

16.Mbak Ayu, Etek Lia, Mami, Bunda, Mandeh, Wina dan Wita, terimakasih buat semuanya.

17.Anggun pesek, Arif Cupeng, Andi, Nissa, dan Yati, terimakasih doa dan dukungannya adik-adik sayang.


(10)

18.Dan semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.

Medan, Juni 2015

Penulis


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PEGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. .. Latar Belakang ... 1

1.2. .. Rumusan Masalah ... 6

1.3. .. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1.Tujuan Umum ... 6

1.3.2.Tujuan Khusus ... 6

1.4. .. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. .. Film. ... 8

2.1.1.Pengertian Film ... 8

2.1.2.Fungsi Film ... 10

2.1.3.Jenis Film ... 11

2.1.4.Film KB ... 14

2.1.5.Efektifitas Film ... 15

2.2. .. Perilaku ... 16

2.2.1.Pengetahuan ... 18

2.2.2.Sikap ... 22

2.2.3.Tindakan ... 23

2.3. .. Perubahan Perilaku ... 24

2.3.1.Teori Stimulus Organisme (S – O – R) ... 25

2.4. .. Partisipasi ... 26

2.4.1.Jenis Partisipasi ... 28

2.4.2.Bentuk Partisipasi ... 30

2.4.3.Manfaat Partisipasi ... 30

2.4.4.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 32

2.5. .. Masyarakat ... 35

2.6. .. Keluarga Berencana (KB) ... 37

2.6.1.Tujuan Keluarga Berencana ... 38

2.6.2.Sasaran dan Target Keluarga Berencana ... 39

2.6.3.Pelayanan Keluarga Berencana ... 39

2.6.4.Aksektor Keluarga Berencana ... 41

2.7. .. Kerangka Konsep ... 42

BAB III. METODE PENELITIAN ... 43


(12)

3.2. .. Lokasi Penelitian ... 43

3.3. .. Populasi dan Sampel ... 43

3.3.1.Populasi ... 43

3.3.2.Sampel ... 43

3.4. .. Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1.Data Primer ... 45

3.4.2.Data Sekunder ... 45

3.5. .. Variabel Penelitian dan Defisiensi Operasional ... 45

3.5.1.Variabel Penelitian ... 45

3.5.2.Definisi Operasional ... 45

3.6. .. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 46

3.6.1.Aspek Pengukuran ... 46

3.6.2.Instrumen ... 49

3.7 Analisis Data ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 50

4.1. Gambaran Tentang Kabupaten Aceh Singkil ... 50

4.1.1. Lokasi ... 50

4.2. Hasil Analisa Univariat ... 50

4.2.1. Pemutaran Film KB ... 51

4.2.2. Partisipasi Masyarakat ... 51

4.3. Hasil Analisa Bivariat ... 62

BAB V. PEMBAHASAN ... 66

5.1. Film KB ... 66

5.2. Partisipasi Masyarakat Ber-KB ... 68

5.2.1. Keputusan Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil Tentang Partisipasi Masyarakat Ber-KB ... 68

5.2.2. Komunikasi Dua Arah Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil Tentang Partisipasi Masyarakat Ber-KB ... 71

5.2.3. Tanggung Jawab Masyarakat Kabupaten Aceh Singkil Tentang Partisipasi masyarakat Ber-KB ... 72

5.2.4. Mengikuti Perubahan Dalam Partisipasi Masyarakat Ber-KB ... 75

5.3 HubunganPemutaran Film KB Dengan Keputusan Partisipasi Ber-KB Responden ... 77

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 79

6.1. Kesimpulan ... 79

6.2. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian dari Kantor Bupati Aceh Singkil


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemutaran Film KB ... 51 Tabel 4.2 Distribusi Mengenai Keputusan Responden Dalam

Menggunakan Alat Konterasepsi (ber-KB/tidak ber-KB) .... 52 Tabel 4.3 Distribusi Mengenai Alat Konterasepsi Apa Yang

Digunakan Responden ... 52 Tabel 4.4 Distribusi Mengenai Alasan Responden Memilih Alat

Konterasepsi yang Digunakan ... 53 Tabel 4.5 Distribusi Mengenai Kenyamanan Responden Dengan

Alat Konterasepsi Yang Digunakan ... 53 Tabel 4.6 Mengenai Manfaat Film KB Yang Sudah Ada Terhadap

Responden ... 53 Tabel 4.7 Distribusi Mengenai Pernah Atau Tidaknya Responden

Mendapatkan Program KB Gratis ... 54 Tabel 4.8 Distribusi Mengenai Apakah Film Kb Membuat

Responden Lebih Bersemangat Menjalankan Program KB . 54 Tabel 4.9 Distribusi Mengenai Apakah Pasangan Responden

Mendukung Tentang Program KB Yang Digunakan ... 54 Tabel 4.10 Distribusi Mengenai Apakah Responden Pernah

Mendapatkan Penyuluhan Atau Pendidikan KB Yang Diberikan Oleh Petugas Kesehatan ... 55 Tabel 4.11 Distribusi Mengenai Apakah Responden Pernah Datang

Kepetugas Pelayanan Kesehatan Untuk Mendapatkan Informasi Tentang KB ... 55 Tabel 4.12 Distribusi Mengenai Apakah Petugas Memberikan

penjelasan Kepada Responden Tentang Program KB Dan Cara Menggunakannya ... 56 Tabel 4.13 Distribusi Mengenai Apakah Petugas Pelayanan Kesehatan

Memaksa Responden Untuk Memakai Salah Satu Program KB ... 56 Tabel 4.14 Distribusi Mengenai Apakah Responden Memilih Sendiri

Program KB Yang Digunakan ... 57 Tabel 4.15 Distribusi Mengenai Apakah Petugas Kesehatan


(14)

Responden ... 57

Tabel 4.16 Distribusi Mengenai Apakah Petugas Memberikan Informasi Tentang Efek Samping Jenis Alat Konterasepsi Yang Dipilih... 57

Tabel 4.17 Distribusi Mengenai Apakah Responden Pernah Bertanya Kepada Petugas Pelayanan Kesehatan Saat Akan Menggunakan Program KB ... 58

Tabel 4.18 Distribusi Mengenai Apakah Suami/Istri Responden Mengetahui Jika Responden Menggunakan Program KB .... 58 Tabel 4.19 Distribusi Mengenai Tanggung Jawab Responden ... 58

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Responden ... 60

Tabel 4.21 Distribusi Mengenai Mengikuti Perubahan ... 60

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Mengikuti Perubahan ... 62 Tabel 4.23 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Pemutaran Film

KB Dengan Keputusan Responden ... 62 Tabel 4.24 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Pemutaran Film

KB Dengan Komunikasi Dua Arah Responden ... 63 Tabel 4.25 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel

Pemutaran Film KB Dengan Tanggung Jawab Responden ... 63 Tabel 4.26 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Pemutaran Film

KB Dengan Responden Mengikuti Perubahan ... 63


(15)

ABSTRAK

Jumlah penduduk setiap tahun mengalami peningkatan yang sangat pesat. Keluarga berencana merupakan salah satu solusi yang ditawarkan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Untuk meningkatkan cakupan jumlah partisipasi masyarakat yang menggunakan alat kontrasepsi, pemerintah menggunakan beberapa media sebagai media sosialisasi kepada masyarakat salah satunya dengan menggunakan media Film KB.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional

yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pemutaran Film KB dengan perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2014 dengan jumlah pasangan usia subur 17,431 orang. Besar sampel sebanyak 95 orang dengan pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling. Analisis data menggunakan analisis bivariat dengan uji chi square.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil memiliki keputusan untuk menggunakan alat konterasepsi sebesar 43,2%, komunikasi dua arah sebanyak 69,5%, tanggung jawab baik sebanyak 98,9% dan mengikuti perubahan baik sebanyak 51,6%. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pemutaran Film KB dengan keputusan partisipasi masyarakat dalam menggunakan alat kontersepsi di Kabupaten Aceh Singkil (p<0,05).

Dari hasil penelitian disarankan Kepada pihak Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Aceh Singkil untuk terus mempertahankan dan meningkatkan partisipasinya dalam penggunaan program KB. Kepada pihak dinas BPPKS untuk terus mempertahankan, menjalankan dan meningkatkan program pemutaran Film KB di masyarakat serta diharapkan membuat media alternatif lain untuk mensosialisasikan program KB.


(16)

ABSTRACT

Population of amount has to quicklye very year. KB is of one solutions offered to reduce the quickly rate of the population. For the Increase amount for participation of people within used contraceptions, the government used some of the media for socialiszation KB film to the public.

Researching used cross sectional Plan to the connections analyze for KB Film with the public attitude. 17.431 couples of childbearing in 2104 at Kabupaten Aceh Singkil. 95 people choosing with Proporsional Random Sampling. analysing using the bivariate analysis within chi square test.

43.2% resultsof this Research to used contraceptions at Kabupaten Aceh Singkil, 69.5% feedback communications result, 98.9% take the risk and as 51.6% following trending of the year. Statistically both Connections about KB film with public choose to used of contraceptions at Kabupaten Aceh SIngkilis (p <0.05).

The Researched result the suggested for people that increase participation in the used KB programs at Kabupaten Aceh Singkil. BPPKS Corporations be expected to increase the turning KB Film Programs and be expected to make other alternative media forsocialiszation KB programs.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut data Badan Kependudukan PBB (UNFPA), jumlah penduduk dunia tahun 2010 mencapai 7 miliar jiwa. Indonesia merupakan penyumbang jumlah penduduk terbanyak nomor empat di dunia. Penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan. Penduduk dalam jumlah yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga bagi suatu negara dengan produktifitasnya yang tinggi. Namun sebaliknya penduduk yang besar namun tidak berkualitas hanya akan menjadi beban Negara.

Dewasa ini jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, jika kita cermati data yang ada di Dinas Sensus Kependudukan Negara ini, dalam setiap tahun, bulan bahkan hari selalu ada bayi yang lahir. Hasil Sensus Penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia berjumlah 205.132.458 juta jiwa. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 meningkat menjadi 237 641 326 jiwa.

Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas tidak memadai merupakan salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari masalah pengangguran, kesehatan, pendidikan, kekurangan pangan, sampai dengan kerusakan lingkungan dan bencana alam akhir-akhir ini sering terdengar. Meski begitu, masih ada saja dari keluarga Indonesia yang senang mempunyai anak banyak (Riski, 2010).


(18)

Keluarga Berencana merupakan usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Keluarga Berencana memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat sejahtera dengan pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur yaitu suami dan isteri. Sekarang ini program keluarga berencana nasional mempunyai paradigma baru dengan visi yang telah diubah menjadi mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015, keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Pinem, 2009). KB dapat dilaksanakan jika pasangan usia subur mau berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi sebagai upaya untuk mewujudkan program keluarga berencana.

Apabila program Keluarga Berencana (KB) tidak ditangani dengan serius maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia akan jauh lebih besar lagi. Pembangunan kependudukan yang didukung oleh program Keluarga Berencana telah berhasil menurunkan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) dari 2,4 (Adjusted TFR SDKI 2002-2003) menjadi 2,3 anak perwanita (Adjusted TFR SDKI, 2007).

Pengalaman penggunaan metode kontrasepsi, informasi dan keterangan yang diperoleh akseptor baik dari puskesmas, media massa dan media elektronik


(19)

serta informasi lain dari akseptor lain juga telah menggunakan alat kontrasepsi, menimbulkan suatu persepsi tersendiri pada akseptor tentang pemilihan metode KB yang akan digunakan (BKKBN, 2006). Faktor-faktor peribadi yang masuk kepengambilan keputusan seseorang berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi meliputi usia, paritas, usia anak terkecil, tujuan reproduksi (menjarangkan atau menghentikan kehamilan), frekuensi hubungan kelamin, hubungan dengan pasangan, pengaruh orang lain dalam mengambil keputusan, pentingnya kenyamanan metode, dan pengenalan pemakai serta tingkat kenyamanan terhadap tubuh dan sistem reproduksi mereka sendiri (Ragam kontrasepsi, 44). Anggota keluarga, sanak saudara, tetangga, dan teman sering sekali memiliki pengaruh yang bermakna dalam pemakaian metode kontrasepsi oleh suatu pasangan (Ragam kontrasepsi, 47).

Untuk meningkatkan cakupan jumlah masyarakat yang menggunakan alat kontrasepsi atau ber-KB, pemerintah gencar melakukan promosi kepada masyarakat tentang keunggulan-keunggulan alat kontrasepsi yang sudah ada agar masyarakat tertarik dan mau menggunakannya. Pemutaran film KB menjadi media yang cukup efektif untuk menggugah kesadaran warga terhadap pentingnya program Keluarga Berencana (KB). Apalagi bagi masyarakat pinggiran, hiburan seperti film sangat dibutuhkan sehingga dalam kegiatan tersebut informasi perihal KB bisa disisipkan. Selain itu sasaran pemutaran film penyuluhan KB ini bisa ditonton untuk semua lapisan usia, baik anak-anak, remaja, pasangan usia subur, maupun juga usia lanjut. Hal ini dibuat agar penyebaran informasi bisa


(20)

menjangkau seluruh khlayak masyarakat dan pemilihan metode media apa yang susuai digunakan untuk mempromosikan kepada masyarakat.

Menurut data BKKBN daerah Majalengka berkat rangkaian kegiatan pemutaran film tersebut, target pencapaian akseptor baru tahun 2013 dapat lebih mudah diselesaikan. Pencapain peserta KB baru sampai dengan Juni 2013 adalah 26.125 akseptor. Ini berarti sudah sekira 50,36% dari target pencapaian tahun 2013 sebanyak 51.872 akseptor.

Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sendiri telah sukses dengan film KB berjudul “Cinta Berencana” yang diproduksi pertama kali dan meraih penghargaan Pelaksana Terbaik I KIE Program KKB melalui Audio Visual Produksi MPC tahun 2012. Film dengan durasi waktu satu jam ini menceritakan kisah remaja dengan segala lika-likunya dan pada akhirnya hidup ini memang harus direncanakan. Selain itu, Film KB ini juga menceritakan bagaimana susah dan repotnya jika mempunyai anak banyak yang dikemas sesuai dengan norma-norma adat yang berlaku.

BKKBN Nanggroe Aceh Darussalam mencatat terdapat sebanyak 671.861 peserta KB Aktif yang tersebar di seluruh Aceh dan juga ikut dalam mensosialisasikan program KB. Pada tahun 2010 di Kabupaten Aceh Singkil terdapat 17.431 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) hanya terdapat sebanyak 3.170 atau 18,19 % peserta KB baru, dan terdapat 9219 atau 52,89 % peserta KB aktif ( BPPKS Aceh Singkil, 2010).


(21)

Setalah adanya pemutaran Film KB pencapaian peserta KB baru semua metode di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami peningkatan, pada tahun 2012 didapatkan data dengan jumlah 186.758 peserta baru, dengan rincian pengguna kontrasepsi suntik 80.874 peserta (43,30%), pil 68.036 peserta (36,43%), Implant 6.325 peserta (3,39 %), Kondom 23.357 peserta (12,51% ), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 6.629 peserta (3,55%), MOW 1.497 peserta (0,80%), MOP 40 peserta (0,02%) (BKKBN NAD, 2012 ).

Pemakaian alat kontrasepsi masih didominasi kaum wanita sebagai peserta KB aktif. Kaum wanita masih memilih alat kontrasepsi suntikan dan suntik sebagai pilihan utama. Wanita yang memakai suntik mencapai 297.239 atau 44.24 % sedangkan yang menggunakan impant mencapai 21198 atau 3.16 %, kondom mencapai 61.150 atau 9.10 %, pil mencapai 263.340 atau 39.20 %, sedangkan yang memakai IUD, MOP, MOW, Implant masih di bawah 4%. Di Kabupaten Aceh singkil jumlah pencapaian pemakaian alat kontrasepsi masih rendah meskipun telah suksesnya pemutaran Film KB di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu hanya sebesar 10.468 atau hanya 45.11 % dibandingkan dengan kota atau kabupaten lainnya di wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (BKKBN NAD, 2013).

Pada tahun 2013 peserta KB baru di Kabupaten Aceh Singkil meliputi, peserta IUD 57 (2,1%), peserta MOP 4 (0,1%), peserta MOW 34 (1,2%), peserta Implan 47 (1,7%), peserta Komdom 257 (9,3%), peserta Suntik 1.070 (38,9%), dan peserta Pil 1.284 (46.6%). NON MKJP masih menjadi pilihan terbanyak


(22)

masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil yaitu sebanyak 2.611 (94,8 %) dan penggunaan MKJP sebanyak 142 (5,2%) (BPPKS Aceh Singkil, 2013).

Hal ini membuat peniliti tertarik untuk melakukan penelian tentang pengaruh pemutaran film KB terhadap perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh pemutaran film KB terhadap perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap keptusan yang diambil masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil tentang program KB. 2. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap komunikasi dua

arah di masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil tentang program KB. 3. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap tanggung jawab


(23)

4. Untuk mengetahui pengaruh pemutaran film KB terhadap perubahan yang ada pada masyarakat di Kabupaten Aceh Singkil tentang program KB.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil tentang pengaruh pemutaran film KB terhadap perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil.

2. Sebagai masukan bagi pihak – pihak terkait khususnya Kantor BPPKS, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial yang berkompeten dalam menangani masalah program KB di masyarakat.

3. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Film

2.1.1 Pengertian Film

Berbagai definisi tentang film antara lain dikemukakan oleh :

1. Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat para seniman dan insan perfilman dalam rangkan mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan substansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat (Wibowo, 2006)

2. Menurut Effendy (2000) juga berpendapat bahwa film adalah gambaran teatrikal yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung– gedung bioskop khusus untuk siaran televisi.

3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (1990), “film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup.”

4. Menurut pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman dimana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “ film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang


(25)

dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya.”

5. Menuruut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman (UU baru tentang perfilman) “Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan”.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, film adalah hasil kaya seni budaya yang dibuat untuk menyampaikan informasi, media massa, media komunikasi, media hiburan, pendidikan dan pemasaran suatu produk kepada halayak umum melalui sebuah cerita menggunakan sebuah media. Istilah perfilman merujuk kepada pemahaman keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian pesan.

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos


(26)

(cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera. (Ayona, 2010 ).

2.1.2 Fungsi Film

Azhar Arsyad (2009) Fungsi film dalam terkait dengan tiga hal, yaitu untuk tujuan kognitif, untuk tujuan psikomotor, dan untuk tujuan afektif. Dalam hubungannya dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan untuk :

1. Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak, dan sebagainya.

2. Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak. Misalnya untuk mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya.

3. Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang menunjukkan interaksi manusia.

Dalam hubungannya dengan tujuan psikomotor, film digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat memperlambat atau mempercepat gerak, mengajarkan cara menggunakan suatu alat, cara mengerjakan suatu perbuatan, dan sebagainya. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik tertunda kepada siswa secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu kemudian. Dengan hubungannya dengan tujuan afektif, film dapat mempengaruhi emosi dan sikap seseorang, yakni dengan menggunakan


(27)

berbagai cara dan efek. Ia merupakan alat yang cocok untuk memperagakan informasi afektif, baik melalui efek optis maupun melalui gambaran visual yang berkaitan.

Para khalayak atau penonton film menggunakan film menggunakan lebih dari satu indera karena karakter film yang audio-visual. Para penonton jadi lebih terbawa dalam dimensi parasosial yang dihadirkan lewat film. Pola penggunaan yang seperti ini menjadikan penonton dapat menyamarkan bahkan menghapus batas-batas kultural dan sosial (misalnya bahasa) sehingga pesan yang disampaikan lewat film tetap akan dapat dimengerti oleh penonton. Lewat film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film adalah media audio visual. Media ini banyak digemari banyak orang karena dapat dijadikan sebagai hiburan dan penyalur hobi bagi orang-orang tertentu. (Husnun, 2011).

Pertunjukan film disamping sebagai komoditas ekonomi juga berfungsi sebagai sarana penerangan (entertainment), pendidikan (edukasi), dan hiburan (rekreasi). Oleh karena itu film dapat dimanfaatkan sebagai media publikasi atau penyuluhan untuk menyampaikan pesan-pesan tentang program pembangunan disegala bidang. (Permadi, 1999).

2.1.3 Jenis Film

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990) yang dikutip oleh Amin Jaenuri (2011) menguraikan secara detail bebagai jenis film, diantaranya :


(28)

Instruktif dibuat dengan isi berupa pengarahan yang berkaitan dengan sebuah pekerjaan atau tugas. Bentuk film bias berupa animasi, boneka atau film yang diperankan oleh aktor atau aktris.

2. Film Penerangan Film

Penerangan merupakan film yang memberi kejelasan suatu hal, misalnya film yang mengisahkan pentingnya program keluarga berencana atau film pembangunan lainnya. Biasanya film ini diperankan oleh para pemain dengan imbuhan dialog yang berisi penjelasan. Atau dapat juga filmnya ditampilkan dalam bentuk gambar-gambar dengan tambahan keterangan berupa narasi (cerita) yang dibacakan.

3. Film Gambar (Animasi)

Film gambar atau animasi dibuat dari gambar-gambar tangan (ilustrasi). Gambar ini dibuat satu-persatu dengan memperhatikan kesinambungan gerak sehingga ketika diputar rangkaian gerak dalam gambar itu muncul sebagai satu gerakan dalam film.

4. Film Boneka

Film boneka biasanya ditampilkan dengan pemain berupa boneka. Kadang-kadang beberapa boneka dimainkan oleh seorang “dalang” sekaligus di atas panggung. Panggung dapat bercita realistis (suatu kenyataan) bisa pula fantasi (khayalan).


(29)

Film iklan merupakan film yang mempropagandakan produk-produk tertentu yang ditawarkan produk benda atau jasa. Film iklan semua dimainkan oleh bintang-bintang ternama untuk menarik minat penontonnya sehingga diharapkan dapat menaikkan omset produk itu.

6. Program Televisi (TV Programme)

Program ini diproduksi untuk komsumsi masyarakat televisi. Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok fiksi dan kelompok non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (TV series), film televisi dan film cerita pendek. Kelompok non fiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu.

7. Video Klip (Music Video)

Sejatinya video klip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium Televisi.

8. Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)

Film cerita panjang adalah film yang berisi kisah manusia (roman) yang dari awal sampai akhir merupakan suatu keutuhan cerita dan dapat memberikan kepuasan emosi kepada penontonnya. Film cerita dapat diputar di gedung bioskop atau dibuat untuk acara televisi. Sebuah film cerita biasanya dimainkan oleh sejumlah pemeran (aktor atau aktris) dengan dukungan pemain lain. Film cerita dapat berupa satu film dengan satu masa putar.


(30)

Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan juga yang memang mengkhususkan diriuntuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran Televisi.

10.Film Dokumenter (Film Jurnal)

Film jurnal biasanya dibuat untuk mendukung sebuah cerita. Film ini juga bisa diartikan sebagai film dokumenter.

2.1.4 Film KB

Film KB adalah film layar tancap yang dibuat dengan tujuan untuk memotivasi dan mendorong masyarakat untuk mengikuti program KB juga memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat dari program, serta bagaimana cara yang benar dalam menggunakan alat konterasepsi dalam keluarga. Film KB ini merupakan salah satu progam sosialisasi yang dilakukan dengan difasilitasi mobil unit penerangan. Dengan penyuluhan melalui film KB, diharapkan warga dapat mengerti pelaksanaan program KB (Lili, 2014).

Pemutaran film KB ini dipilih sebagai sarana yang tepat untuk sosialisasi karena menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat pedesaan yang jarang menikmati hiburan gratis. Soasialisasi tersebut mempunyai empat sasaran yaitu pendewasaan usia dini, cara pemakaian alat kontrasepsi, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan ekonomi keluarga (Ichwan, 2013).


(31)

Pemutaran film KB dianggap menjadi media yang cukup efektif untuk menggugah kesadaran warga terhadap pentingnya program Keluarga Berencana (KB). Apalagi bagi masyarakat pinggiran, hiburan layar tancap sangat dibutuhkan sehingga dalam kegiatan tersebut informasi perihal KB bisa disisipkan. Komunikasi visual biasanya lebih mudah dipahami warga dalam menyampaikan sebuah pesan-pesan KB. Film KB disukai masyarakat karena sesuai dengan kultur masyarakat yang ada, sehingga tidak menjadi kontrofeksi negatif di masyarakat. Sasaran pemutaran film penyuluhan KB ini untuk semua lapisan usia, baik anak-anak, remaja, pasangan usia subur, maupun juga usia lanjut. Untuk pasangan usia lanjut diharapkan menjadi motivator bagi keluarga mereka. Target yang ingin dicapai dengan pemutaran film penyuluhan KB ini adalah semua penduduk bisa ikut berpartisipasi dalam program KB (Widodo, 2013).

Pemutaran film KB ini dianggap sebagai salah satu media yang efektif untuk menyebarluaskan informasi dan promosi program serta kegiatan kepada masyarakat (Suryadi, 2011).

2.1.5 Efektifitas Film

Film merupakan suatu media yang mempunyai beberapa keuntungan-keuntungan antara lain :

1. Film sangat baik menjelaskan suatu proses, bila perlu menggunakan “Slow Motion”


(32)

2. Setiap orang dapat belajar sesuatu dari film, baik yang pandai maupun yang kurang pandai.

3. Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian yang telah lalu.

4. Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang lain, horizon menjadi amat lebar, dan dunia luas.

5. Film dapat menyajikan teori ataupun praktek dari yang bersifat umum ke khusus atau sebaliknya.

6. Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya. 7. Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat, dan

sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu. 8. Film dapat memikat perhatian masyarakat.

9. Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan, hal-hal yang abstrak menjadi jelas.

10.Film dapat mengatasi keterbatasan daya indra kita.

11.Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak didik. (Sudiman, 1993)

Sebuah film sebaiknya harus dipilih terlebih dahulu agar sesuai dengan maksut apa yang akan disampaikan, untuk itu harus diadakanya penyeleksi film yang tersedia dan lebih dulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi masyarakat. Ada kalanya film tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu agar penonton jangan memandang film itu sebagai hiburan, sebelumnya pada mereka ditugaskan untuk memperhatikan


(33)

hal-hal tertentu sesudah itu dapat dites berapa banyak yang dapat mereka serap dari film tersebut.

2.2 Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupkan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut “S -O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Respon ini dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditambulkan oleh

ransangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

elicting stimulutation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap. 2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang

kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertantu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :


(34)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert) respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati scara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut sebagai covert behavior atau unobservable behavior.

2. Prilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sedah jelas dalam bentuk tidakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat. Oleh karena itu disebut sebagai overt behavior.

Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmojo (2005), prilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni

Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga Domain tersebut diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).

2.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).


(35)

Menurut Sagala (2010), segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan atau aktivitas otak termasuk kedalam dimensi kognitif. Tujuan belajar pada dimensi kognitif lebih mengarah pada perilaku dalam aspek berfikir atau kemampuan intelektual. Dimensi kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom oleh Anderson et al. (Widodo, 2003) mencakup dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif yang terpisah satu sama lain. Dimensi pengetahuan hanya memuat jenis-jenis pengetahuan, sedangkan proses kognitif memuat macam-macam proses kognitif.

1. Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan pada taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson et al. (Widodo, 2003) dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu :

a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tentu yang biasa digunakan oleh ahli dibidang tersebut. Pengetahuan ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Pengetahuan tentang termiologi : mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal (Widodo, 2003).

2. Pengetahuan tentang bagian detail dari unsur-unsur : mencakup pengetahuan tentang kejadian tertentu, tempat, orang, waktu dan sebagainya (Widodo, 2003).


(36)

Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan tentang saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semua berfungsi secara bersama-sama. Pengetahuan konseptual terdiri dalam tiga bentuk yaitu:

1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori yaitu mencakup pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu.

2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi yanitu mencakup abstraksi dari hasil observasi ke level yang lebih tinggi yaitu prinsip dan generalisasi.

3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur yaitu pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi serta saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan jelelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks.

c. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan cara untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural berisi tentang langkah-langkah atau harapan-harapan yang harus diikuti dalam menjelaskan sesuatu.

d. Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengetahuan metakognitif terdiri dari pengetahuan


(37)

strategik, pengetahuan tentang tugas kognitif dan pengetahuan tentang diri sendiri.

2. Dimensi Proses Kognitif

Proses kognitif pada taksonomi yang baru dari Bloom tetap menunjukan proses perjenjangan, dari proses kognitif yang sederhana ke proses kognitif yang lebih kompleks. Dimensi proses kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom menurut Anderson et al. (Widodo, 2003) terdiri dari proses kognitif mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), dan beraksi (create).

a. Mengingat (Remember)

Dimensi proses kognitif merupakan proses menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang lebih rendah tingkatnya.

b. Memahami (Understand)

Dimensi proses kognitif memahami merupakan proses mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengeintegtasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada dalam pemikiran.

c. Menerapkan (Apply)

Dimensi proses kognitif mengaplikasikan mencakup penggunaan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah atau tugas.


(38)

Dimensi proses kognitif menganalisis adalah proses menguraikan suatu permasalahan atau objek menjadi unsur-unsur dan menentukan proses saling keterkaitan unsur-unsur tersebut.

e. Mengevaluasi (Evaluate)

Dimensi proses kognitif mengevaluasi merupakan proses membuat sesuatu atau pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada.

f. Membuat (Create)

Dimensi proses kognitif membuat merupakan proses menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.

2.2.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara posif atau negative) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/efektif (senang, benci, sedih, dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negative, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan prilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap


(39)

seseorang. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu maslah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupan sikap yang paling tinggi.

2.2.3 Tindakan

Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian telebih


(40)

dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007). Adapun tingkat dari tindakan adalah :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek yang pertama.

2. Respon Terpimpin (Guide Response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapainya.

4. Adaptasi (Adaptation)

Tinakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

2.3 Perubahan Perilaku

Menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo (2007), perubahan perilaku dikelompokan menjadi dua bagian yaitu :


(41)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.

b. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh objek. Didalam melakukan perilaku yang telah direncanakan dipengaruhi oleh kesediaan individu untuk berubah, misalnya apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagaian orang sangat cepat menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan.

2.3.1 Teori Stimulus Organisme (S – O – R)

Teori ini didasari pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkumunikasi dengan organism. Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Hosland, et al (1953) dalam buku Soekidjo (2007) mengatakan perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :


(42)

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan keproses selanjutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi ketersedian untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimaya (bersikap). d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selajutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsangan) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor reinforcement memegang peranan penting. Proses perubahan perilaku berdasarkan S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Sti

Organisme

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

Reaksi


(43)

2.4 Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris participate yang artinya mengikutsertakan, ikut mengambil bagian (Wijaya, 2004). Pengertian yang sederhana tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001), dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

H.A.R. Tilaar (2009) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (button-up)

dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya. Menurut Soegarda Poerbakawatja (1981) partisipasi adalah, suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan di dalam perencanaan serta pelaksanaan dari segala sesuatu yang berpusat pada kepentingan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.

Berdasarkan pengertian di atas, bahwa konsep partisipasi memiliki makna yang luas dan beragam. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat.


(44)

Wujud dari partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam bentuk materi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suasana demokratis.

2.4.1 Jenis Partisipasi

Ada beberapa jenis partisipasi yang dikemukakan oleh ahli. Menurut Sundari ningrum (Sugiyah, 2010) mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:

a. Partisipsai langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya pada orang lain.

Pendapat lain disampaikan oleh Subandiyah (1982) yang menyatakan bahwa jika dilihat dari segi tingkatannya partisipasi dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

b. Partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan program lain. c. Partisipasi dalam pelaksanaan.

Lebih rinci Cohen dan Uphoff (Siti Irene A.D., 2011) membedakan partisipasi menjadi empat jenis yaitu : pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.


(45)

Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Dalam partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi : menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak lepas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas, dapat dilihat dari peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa besar prosentase keberhasilan program. Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang telah direncanakan sebelumnya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan macam partisipasi, yaitu :

a. Partisipasi dalam proses perencanaan/ pembuatan keputusan. (participation in decision making).

b. Partisipasi dalam pelaksanaan (participation in implementing).

c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil.


(46)

2.4.2 Bentuk Partisipasi

Partisipasi dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Partisipasi menurut Effendi (Siti Irene, 2009) terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan, pengikut atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Menurut Kokon Subrata (Widi Astuti, 2008) bentuk partisipasi terdiri dari beberapa hal yaitu:

a. Turut serta memberikan sumbangan finansial. b. Turut serta memberikan sumbangan kekuatan fisik. c. Turut serta memberikan sumbangan material.

d. Turut serta memberikan sumbangan moril (dukungan, saran, anjuran, nasehat, petuah, amanat, dan lain sebagainya).

2.4.3 Manfaat Partisipasi

Menurut Pariatra Westra (Widi Astuti, 2008) manfaat partisipasi adalah: a. Lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar.


(47)

c. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta membangun kepentingan bersama.

d. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab. e. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Burt K. Schalan dan Roger (Widi Astuti, 2008) bahwa manfaat dari partisipasi adalah:

a. Lebih banyak komunikasi dua arah.

b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan. c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif.

d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui dalam derajat lebih tinggi.

Dari pendapat-pendapat di atas tentang manfaat partisipasi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi akan memberikan manfaat yang penting bagi keberhasilan organisasi yaitu :

a. lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan yang berarti dan positif.

b. Mengedepankan komunikasi dua arah sehingga baik bawahan maupun atasan memiliki kesempatan yang sama dalam mengajukan pemikiran. c. Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun

kepentingan bersama.


(48)

2.4.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Soemanto R B, dkk. (1997) mengatakan bahwa mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan lebih tinggi derajat partisipasinya dalam pembangunan, hal mana karena dibawa oleh semakin kesadarannya terhadap pembangunan. Hal ini berarti semakin tinggi derajat partisipasi terhadap program pemerintah termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan.

Faktor lain disampaikan oleh Angell dalam Ensiklopedia Wikipedia berjudul partisipasi (2011) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, lamanya tinggal.

Faktor pendidikan juga berpengaruh pada perilaku seseorang dalam menerima dan menolak suatu perubahan yang dirasakan baru. Masyarakat yang berpendidikan ada kecenderungan lebih mudah menerima inovasi jika ditinjau dari segi kemudahan (eccessibility) atau dalam mendapatkan informasi yang mempengaruhi sikapnya. Seseorang yang mempunyai derajat pendidikan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam menjangkau sumber informasi. Oleh karena itu, orang yang mempunyai pendidikan kuat akan tertanam rasa ingin tahu sehingga akan selalu berusaha untuk tahu tentang inovasi baru dari pengalaman-pengalaman belajar selama hidup. Faktor penghasilan merupakan indikator status ekonomi seseorang, faktor ini mempunyai kecenderungan bahwa


(49)

seseorang dengan status ekonomi tinggi pada umumnya status sosialnya tinggi pula. Dengan kondisi semacam ini mempunyai peranan besar yang dimainkan dalam masyarakat dan ada kecenderungan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan terutama gejala ini dominan di masyarakat pedesaan. Pengaruh ekonomi jika diukur dalam besarnya kontribusi dalam kegiatan pembangunan ada kecenderungan lebih besar kontribusi berupa tenaga. Dalam hubungannya partisipasi orang tua siswa dalam membantu pengembangan proses pembelajaran pada tahapan pelaksanaan, faktor penghasilan mempunyai peranan, karena untuk melaksanakan inovasi membutuhkan banyak modal yang sifatnya lebih intensif.

Faktor lain disampaikan oleh Angell dalam Ensiklopedia Wikipedia berjudul partisipasi (2011) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan, lamanya tinggal.

a. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi dari pada mereka yang dari kelompok usia lainnya.


(50)

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

c. Pendidikan

Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

d. Pekerjaan dan Penghasilan

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan seharihari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

e. Lamanya Tinggal

Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh


(51)

pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

2.5 Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri yaitu : 1) Interaksi antar warga-warganya, 2) Adat istiadat, 3) Kontinuitas waktu, 4) Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga (Koentjaraningrat, 2009).

Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan Page (dalam Soerjono Soekanto 2006) memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara


(52)

berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia.

Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat istiadat, menurut Ralph Linton (dalam Soerjono Soekanto, 2006) masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan (dalam Soerjono Soekanto, 2006) adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984) bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai sekumpulan manusia didalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan


(53)

Menurut Emile Durkheim (dalam Djuretnaa Imam Muhni, 1994) keseluruhan ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip-prinsip fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia. Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya (Soekanto, 2006). Beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan masyarakat memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut society. Bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.

2.6 Keluarga Berencana (KB)

Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang diingikan, (3) Mengatur interval diantara kehamilan, (4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan


(54)

dengan umur suami dan isteri, (5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2002).

Pengertian keluarga berencana menurut UU No 10 Tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Handayani, 2010).

Keluarga Berencana (KB) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi atau anti kontrasepsi (Conception Control) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan (DINKES, 2009).

Menurut bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung yang dikutip oleh Abdurrahman dkk (2001), Keluarga Berencana adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar senggama.

Sedangkan menurut Djoko Roesmoro (2000), Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawianan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Juliantoro, 2000). Keluarga Berencana adalah sebagai proses


(55)

penetapan jumlah dan jarak anak yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk mencapai keinginan tersebut (Mc Kenzie, 2006).

2.6.1 Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertaqwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan :

a. Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk.

b. Meningkatnya Jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan dasar pertimbangan moral dan agama.

2.6.2 Sasaran dan Target Keluarga Berencana

Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program Keluarga Berencana adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma


(56)

Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Sasaran yang mesti digarap untuk mencapai target tersebut adalah :

a. Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus-menerus sehingga menjadi pesrta Keluarga Berencana Lestari.

b. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi, pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat, dan

c. Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah dan swasta.

2.6.3 Pelayanan Keluarga Berencana

Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk memenuhinya. Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamtan ibu dan bayi yang dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup.


(57)

Dengan demikian pelayanan KB sangat berguna dalam mengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak tepat waktu. Ada lima hal penting dalam pelayanan Keluarga Berencana yang perlu diperhatikan :

a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).

b. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber-KB dengan menggunakan alat/metode kontrasepsi untuk pria.

c. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan masing-masing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat informasi mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode yang paling cocok bagi dirinya.

d. Memberi nasehat tentang metode yang paling cocok sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk memudahkan klien menentukan pilihan.

2.6.4 Akseptor Keluarga Berencana

Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur yang menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Ada lima kategori akseptor KB :


(58)

a. Akseptor Aktif

Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

b. Akseptor KB aktif kembali

Pasangan Usia Subur yang telah menggunakan selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan cara/alat kontrasepsi yang baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

c. Akseptor KB Baru

Akseptor yang baru pertama kali menggunakan cara kontrasepsi, atau menjadi akseptor setelah melahirkan atau abortus.

d. Akseptor KB Ideal

Akseptor aktif yang mempunyai anak tidak lebih dari 2 orang dan berumur kurang dari 45 tahun.

e. Akseptor Lestari

Peserta KB yang tetap memakai cara kontrasepsi dengan benar untuk waktu lebih dari 10 tahun dan tidak pernah diselingi kelahiran.


(59)

2.7 Kerangka Konsep

Keterangan :

Dari skema yang ada diatas kita dapat melihat, responden yang mendapatkan stimulus berasal dari pemutaran film KB, yang akan mempengaruhi organisme tersebut. Apakah stimulus yang datang ditolak atau diterima dapat diukur dari keputusan yang benar yang diambil oleh responden . Apabila stimulus mempengaruhi keputusan responden, maka akan muncul respon dari responden yang menyebabkan komunikasi dua arah, yang mendorong responden untuk bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia putuskan, serta memungkinkan untuk mengikuti setiap perubahan yang terjadi dan dapat diukur dari responden terhadap objek dan selanjutnya dilihat melalui partisipasi masyarakat dalam partisipasinya ber-KB.

Pemutaran Film

KB Partisipasi Masyarakat

Ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil

- Keputusan

- Komunikasi dua arah


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel film KB dengan perilaku partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2014 (Murti, 2003).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksnakan di Kabupaten Aceh Singkil, Nanggroe Aceh Darussalam. Adapun yang menjadi alasan memilih lokasi yaitu :

1. Belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemutaran film KB terhadap kebersertaan masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil. 2. Masih rendahnya masyarakat pengguna KB di Kabupaten Aceh Singkil. 3. Peneliti bertempat tinggal di Kabupaten Aceh Singkil.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2010 sebanyak 17,431 PUS.


(61)

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2010. Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994), sebagai berikut :

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi (17,431)

d = Tingkat Pendugaan (0,1)

Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,96) Z2 . P (1-P) . N d2 . (N-1) + Z2 . (1-P)

n

(1,96) 2 . 0,5(1-0,5) . 17431

(0,1) 2 . (17431-1) + (1,96)2 . 0.5 (1-0,5)

n

= 95


(62)

P = Proporsi Populasi (0,5)

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus diatas, maka diketahui jumlah sampel penelitian sebanyak 95 orang responden. Kemudian untuk menentukan jumlah sampel dilakukan di daerah di Kabupaten Aceh Singkil secara simple random sampling. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara random sampling.Kriteria responden yang akan menjadi sampel yaitu :

1. Berusia antara 20-45 tahun

2. Sudah menikah maksimal 5 tahun lamanya

3. Berstatus sebagai penduduk Kabupaten Aceh Singkil

Kriteria tersebut didasarkan pada pertimbangan usia antara 20-45 tahun termasuk kedalam usia produktif seseorang untuk ber-KB.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data meliputi :

3.4.1Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumentasi Kabupaten Aceh Singkil, meliputi keterangan lokasi, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dan data pendukung lainnya.

3.5 Variabel Penelitian dan Defisiensi Operasional


(63)

1. Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu partisipasi masyarakat ber-KB di Kabupaten Aceh Singkil.

2 . Variabel Independen

Variable independen dalam penelitian ini adalah pemutaran film KB. 3.5.2 Definisi Operasional

1. Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita.

2. Film KB adalah film layar tancap yang dibuat dengan tujuan untuk memotivasi dan mendorong masyarakat untuk mengikuti program KB juga memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat dari program, serta bagaimana cara yang benar dalam menggunakan alat konterasepsi dalam keluarga.

3. Partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi.

4. Keputusan adalah suatu tindakan yang diambil masyarakat dalam hal penggunaan alat kontrasepsi.

5. Komunikasi dua arah yaitu adanya hubungan timbal balik dua arah antara pengguna alat kontrasepsi dengan petugas kesehatan atau kerabat terdekatnya.

6. Bertanggung jawab adalah mampu mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang sudah diambil dalam hal penggunaan alat kontrasepsi.


(64)

7. Mengikuti setiap perubahan yang terjadi adalah bersedia untuk menerima hal-hal baru yang berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang luas tentang alat kontasepsi.

3.6 Aspek Pengukuran dan Instrumen

3.6.1 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikaan dengan skor. Nilai yang tertinggi dikumpulkan dikategorikan mejadi dua tingkat (Azwar, 2005), yaitu :

1.Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 50% dari seluruh skor yang ada

2.Nilai buruk, apabila responden mendapat nilai <50% dari seluruh skor yang ada.

A. Pemutaran Film KB

Pemutaran Film KB diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert (Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam pertanyaan mengenai pemutaran film KB yaitu Sangat Setuju, Kurang Setuju, dan Tidak Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4, sehingga totalnya adalah sebesar 40. Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai yang terbesar adalah 40. Berdasarkan Azwar (2005), sumber informasi diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :


(65)

a. Film KB baik, apabila nilai yang diperoleh > 50% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu > 20

b. Flm KB buruk, apabila nilai yang diperoleh ≤50% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu ≤20

B. Keputusan

Keputusan diukur melalui apakah responden berpartisipasi menggunakan program KB atau tidak. Jika responden berpartisipasi menggunakan program KB maka akan diberi skor 1, jika tidak maka diberi skor 0.

C. Komunikasi Dua Arah

Komunikasi dua arah diukur melalui apakah responden melakukan komunikasi dua arah dalam berpartisipasi menggunakan program KB atau tidak. Jika responden melakukan komunikasi dua arah dalam berpartisipasi menggunakan program KB maka akan diberi skor 1, jika tidak maka diberi skor 0.

D. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab diukur melalui 5 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert (Riduwan, 2008). Kriteria jawaban dalam bertanggung jawab yaitu Sangat Setuju, Kurang Setuju, dan Tidak Setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4, sehingga totalnya adalah sebesar 20.


(1)

Continuity Correctionb

3 .259

1 .071

Likelihood Ratio

5 .690

1 .017 .063 .063

Fisher's Exact Test

.063 .063

Linear-by-Linear Association

1 4.833

1 .000 .c .c

N of Valid Casesb

9 5

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,06.

b. Computed only for a 2x2 table

c. Cannot be computed because there is insufficient memory.


(2)

hasil mengikuti perubahan * hasil film KB

Crosstab

hasil film KB

T otal b

aik >50%

bur uk <= 50%

hasil mengikuti perubahan

bai k > 50%

Count 4

1

5

4 6

Expected 4

2.9


(3)

% within hasil mengikuti perubahan

8 9.1%

10. 9%

1 00.0%

% within hasil film KB

4 6.1%

83. 3%

4 8.4%

% of Total 4 3.2%

5.3 %

4 8.4%

bur uk <= 50%

Count 4

8

1

4 9

Expected Count

4 5.9

3.1

4 9.0

% within hasil mengikuti perubahan

9 8.0%

2.0 %

1 00.0%

% within hasil film KB

5 3.9%

16. 7%

5 1.6%


(4)

% of Total 5 0.5%

1.1 %

5 1.6%

Total Count 8

9

6

9 5

Expected Count

8 9.0

6.0

9 5.0

% within hasil mengikuti perubahan

9 3.7%

6.3 %

1 00.0%

% within hasil film KB

1 00.0%

100 .0%

1 00.0%

% of Total 9 3.7%

6.3 %

1 00.0%


(5)

Chi-Square Tests

V alue

d f

As ymp. Sig.

(2-sided)

Ex act Sig. (2-sided)

Ex act Sig. (1-sided)

Poi nt Probabilit

y

Pearson Chi-Square

3 .126a

1

.07 7

.10 4

.08 8

Continuity Correctionb

1 .812

1

.17 8

Likelihood Ratio

3 .367

1

.06 6

.10 4

.08 8

Fisher's Exact Test

.10 4

.08 8


(6)

Linear-by-Linear

Association

3 .093c

1

.07 9

.10 4

.08 8

.07 7

N of Valid Cases

9 5

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,91.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is -1,759.