BAB IV ULAMA DAN PARTISIPASI POLITIK
Di bawah ini akan disajikan tabel tingkat kepemimpinan informal ulama, tingkat partisipasi politik dan pengaruh ulama terhadap tingkat partisipasi politik.
A. Kepemimpinan Informal Ulama
Pada bagian ini penulis akan menyajikan data dalam bentuk tabel mengenai tingkat intensitas kepemimpinan informal ulama yang berkenaan
dengan informasi Pemilihan Kepala Daerah Pilkada Kabupaten Probolinggo 2008. Teknik Kepemimpinan Informal Ulama Sebagai Sebuah Strategi Dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Berikut data-data mengenai tingkat kepemimpinan informal ulama.
Table 4.1 Intensitas Pemilih: siapakah tokoh yang paling didengar pendapatnya dalam
masalah sosial, agama, politik yang dihadapi masyarakat di daerah Kraksaan No
Jawaban Frekuensi
Prosentase 1
Tokoh Agama Ulama 79
79 2
Lurah 9
9 3
Tokoh Partai 7
7 4
Ketua RT 4
4 5
Tokoh Adat 1
1 6
Tentara Jumlah
100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian besar pemilih atas tokoh yang
paling didengar pendapatnya dalam masalah sosial, agama, politik yang dihadapi masyarakat di daerah Kraksaan, adalah Tokoh Agama Ulama. Ada sekitar 79
sebagian besar pemilih yang menjawab tokoh agama ulama yang paling didengar pendapatnya dalam masalah-masalah tersebut.
Hal ini menurut bapak Fathur RM
53
selaku kepala desa Asembagus dikarenakan tokoh agama ulama adalah orang yang diyakini oleh masyarakat
Kraksaan sebagai orang yang paling berilmu dan orang yang dekat dengan Tuhan ahli zikir sehingga dapat mengetahui berbagai hal dan bisa menjawab semua
masalah yang terjadi di sekitarnya. Oleh sebab itulah, tokoh agama ulama mempunyai peranan yang cukup penting dan didengar pendapatnya oleh
masyarakat Kraksaan. Hal ini juga didukung dengan banyaknya pondok pesantren yang terdapat di daerah Kraksaan.
Diurutan kedua setelah ulama tokoh yang paling didengar pendapatnya dalam masalah sosial, agama, dan politik adalah lurah. Dari hasil jawaban yang
penulis kumpulkan terdapat sekitar 9 pemilih yang menyatakan bahwa lurah termasuk orang penting di daerahnya. Karena lurah juga sering berhadapan
langsung dengan masyarakat dan melayani kebutuhan masyarakat. Bahkan terkadang juga ikut andil dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Meskipun
itu memang tugasnya sebagai lurah. Jadi pendapatnya dalam masalah sosial, agama, dan politik juga didengar oleh masyarkat Kraksaan.
53
Wawancara pribadi dengan Drs. Fathur RM, Kraksaan, 8 Februari 2009.
Dan diurutan ketiga pendapat yang juga sering didengar oleh masyarakat dalam masalah sosial, agama, dan politik adalah Tokoh Partai. Ada sekitar 7
pemilih yang menyatakan hal tersebut. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh partai yang ada di Kraksaan juga temasuk orang-orang yang terpandang dan
berpendidikan, ada yang dari kalangan mantan kepala sekolah dan juga ada yang pernah duduk di jabatan-jabatan kepemerintahan.
Di urutan keempat dengan jumlah sekitar 4 dari sebagian pemilih yang menyatakan bahwa tokoh ketua RT juga sering didengar pendapatnya dalam
masalah sosial, politik, dan agama. Pernyataan ini dinyatakan oleh sebagian pemilih karena ketua RT sering membantu kebutuhan masyarakat dan
berkomunikasi langsung dengan masyarakat dilingkungan RTnya terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi. Disinilah terkadang ketua RT
memberikan solusi kepada masyarakatnya terhadap masalah-masalah tersebut. Dan yang kelima adalah tokoh adat. Hanya ada sekitar 1 dari sebagian
pemilih yang menyatakan bahwa tokoh adat sering didengar pendapatnya dalam masalah sosial, agama dan politik. Dari pengakuan pemilih yang menyatakan hal
tersebut karena tokoh adat masih juga disegani keberadaannya oleh masyarakat Kraksaan. Dan juga oleh sebagian masyarakat tokoh adat ini dianggap orang yang
mengetahui budaya dan adat Kecamatan Kraksaan yang diwarisi dari nenek moyangnya.
Sedangkan diurutan terakhir adalah Tentara. Dari hasil penelitian penulis bisa dianggap hampir 0 dari semua pemilih yang menyatakan bahwa
pendapatnya sering didengar dalam masalah sosial, agama dan politik. Hal ini disebabkan karena menurut sebagian pemilih tugas Tentara adalah membentengi
dan menjaga kedaulatan bangsa saja. Di samping itu juga karena Tentara jarang berkomunikasi langsung dengan masyarakat. Yang mereka ketahui Tentara itu
hanya sering latihan kemiliteran saja di hutan-hutan atau ditempat yang sudah disediakan kemudian ditugaskan ke wilayah-wilayah yang yang rawan masalah
yang dapat mengancam kedaulatan bangsa. Table 4.2
Intensitas Pemilih: Tentang Pernyataan bahwa Ulama Seorang yang Patut ditauladani
No Jawaban
Frekuensi Prosentase
1 Tidak Setuju
10 10
2 Setuju
4 4
3 Sangat Setuju
85 85
4 Tidak jawabTidak punya pendapat
1 1
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Setelah penulis menanyakan kepada masyarakat Kraksaan tentang tokoh mana yang paling didengar oleh mereka, dan dari hasil tersebut menyatakan
bahwa tokoh agama ulama yang mendapatkan prosentase terbanyak, maka penulis melanjutkan pertanyaan tentang apakah ulama orang yang patut di
tauladani? Dalam pertanyaan tersebut penulis memberikan empat jawaban kepada pemilih yang di antaranya tidak setuju, setuju, sangat setuju dan tidak punya
pendapat. Dari hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian pemilih yang menjawab tidak setuju ada sekitar 10. Prosentase ini bisa dibilang cukup banyak. Alasan mereka
menjawab tidak setuju di antaranya karena keikutsertaan sebagian ulama dalam dunia politik. Menurut mereka seorang ulama masih belum pantas atau belum
waktunya berpartisipasi dalam perpolitikan di Indonesia, karena pergulatan politik di Indonesia masih bisa dikatakan belum dewasa. Masih banyak manipulasi,
korupsi dan janji-janji yang tidak pernah ditepati. Jadi bagi mereka jika seorang ulama ikut terjun dalam dunia politik – di Indonesia sekarang ini – maka dengan
sendirinya dia keluar dari eksistensinya sebagai ulama yang seharusnya jadi tauladan masyarakat.
Sedangkan sebagian pemilih yang menjawab setuju ada sekitar 4. Adapun alasan mereka menjawab setuju karena dilihat dari tingkah lakunya yang
baik dan kegiatan-kegiatannya setiap hari yang di antaranya mengajarkan murid- murid tentang agama dan mengisi ceramah-ceramah serta pengajian kepada
masyarakat dan juga bersosialisasi dengan baik kepada masyarakat yang akhirnya dijadikan sebagai pelarian masyarakat untuk mencari solusi dari masalah-masalah
yang sedang dialami oleh mereka. Dan pemilih yang menjawab sangat setuju atas pernyataan yang
menyatakan bahwa Ulama adalah seorang yang patut untuk di Tauladani ada hampir 85. Prosentase ini lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Hal
ini menurut bapak Sujono
54
selaku Sekertaris Kepala Desa dikarenakan Tokoh Agama Ulama sudah menjadi salah satu Publik Figur di masyarakat Kecamatan
Probolinggo khususnya di Kecamatan Kraksaan yang keberadaannya cukup disegani, disamping itu dapat kita lihat dari pengaruh para ulama dalam
masyarakat yang mana dapat mengubah pemikiran masyarakat yang tradisional ke masyarakat yang modern, atas dasar itu dengan sendirinya peran dan fungsi ulama
mengalami perubahan dari expansion ke contraction.
54
Wawancara pribadi dengan Sujono, Kraksaan, 9 Februari 2009.
Table 4.3 Intensitas Pemilih: Seberapa Pentingkah Peran Ulama Sebagai Panutan Agama
No Jawaban
Frekuensi Prosentase
1 Tidak Penting
9 9
2 Penting
28 28
3 Sangat Penting
60 60
4 Cukup Penting
3 3
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian pemilih yang menjawab tidak
penting ada sekitar 9. Faktor yang menyebabkan mereka menjawab demikian karena posisi ulama yang berkarismatik sudah mulai berkurang dengan
keikutsertaannya dalam pergolakan politik. Mereka menganggap adanya perubahan dalam norma sosial yang melandasi hubungan-hubungan sosial di
antara para penduduk. Namun ada juga sebagian pemilih yang menganggap penting peran ulama
sebagai panutan agama. dari hasil penelitian penulis terdapat 28 pemilih yang menyatakan demikian. Hal ini tentunya dikarenakan seorang ulama adalah orang
yang suci dan dianugerahi berbagai karomah. Kehidupan setiap harinya selalu terhindar dari hal-hal yang bersifat profan kotor. Dan di mata masyarakat dia
dikenal sebagai orang yang mengerjakan perbuatan yang baik dan meniggalkan perbuatan yang buruk.
Bahkan sebagian masyarakat ada yang menganggap keberadaan seorang ulama itu sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian penulis yang
dikumpulkan terdapat 60 pemilih yang menjawab sangat pentingnya peran ulama sebagai panutan dalam agama. Menurut Farid Zainal
55
mahasiswa UNISMA Universitas Islam Malang hal ini dapat kita lihat dengan tanggung
jawab yang mereka emban yaitu misi risalah para nabi untuk menuntun umat manusia agar mendapatkan hidayah dari Tuhan. Adapun di dalam hadis juga
dikatakan bahwa ulama itu adalah pewaris para nabi. salah satu jenis keilmuan yang harus dimiliki ulama sebagai pewaris nabi adalah ilmu-ilmu agama sehingga
keilmuannya bisa dijadikan pegangan dan dia layak dijadikan panutan. Dan terdapat sebagian pemilih, atau sekitar 3 pemilih yang menjawab
peran ulama sebagai panutan dalam agama cukup penting. Alasan mereka hampir sama dengan di atas, bagi mereka akhlak dan budi pekertinya yang baik sudah
cukup bagi masyarakat untuk menjadikannya sebagai panutan dalam agama. Disamping itu juga ulama adalah orang yang berpengetahuan dalam ilmu-ilmu
agama yang disertai dengan pengamalannya atas ilmu yang telah ia peroleh. Table 4.4
Intensitas Pemilih: Seberapa Pentingkah Peran Ulama Sebagai Panutan Politik No
Jawaban Frekuensi
Prosentase 1
Tidak Penting 43
43 2
Penting 15
15 3
Sangat Penting 40
40 4
Cukup Penting 2
2 Jumlah
100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
55
Wawancara pribadi dengan Farid Zainal, Kraksaan, 8 Februari 2009.
Dari hasil penelitian penulis yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian besar pemilih yang
menjawab tidak penting seorang ulama sebagai panutan politik ada sekitar 43. Menurut H. Akbar Khores M
56
selaku kepala desa Kalibuntu hal ini disebabkan karena seorang ulama adalah guru dalam agama bukan dalam politik. Artinya
dalam masalah agama ulama betul-betul mempunyai kapasitas ilmu yang cukup luas dan memahaminya, akan tetapi dalam masalah politik seorang ulama masih
dianggap baru mempelajarinya. Bahkan tidak sedikit ulama yang hanya dijadikan alat oleh para elite politik sebagai penarik masa saja. Disamping juga
kebingungan masyarakat tentang seorang ulama yang berperan dalam politik praktis. Namun demikian hal ini tidak mengurangi ketergantungan masyarakat
terhadap pendapat ulama sebagai panutan dalam masalah agama dan sosial. Prosentase ini lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya.
Sedangkan pemilih yang menjawab penting seorang ulama sebagai panutan politik sekitar 15. Alasan mereka menjawab demikian karena menurut
mereka seorang ulama akan bisa membawa perubahan dalam dunia politik dengan dasar keilmuan agamanya. Jadi mereka beranggapan dengan keilmuan agamanya
dan tingkah lakunya yang baik akan dapat mengusung perubahan politik ke arah yang baik pula.
Adapun pemilih yang menjawab Ulama mempunyai peran yang sangat penting dalam panutan politik ada sekitar 40. Alasan sebagian pemilih
menjawab persoalan tersebut karena seorang ulama selain dia disebut sebagai agamawan nantinya dia akan disebut juga sebagai politisi yang senantiasa
56
Wawancara pribadi dengan Akbar Khores M, Kraksaan, 7 Februari 2009.
memperhatikan dan mengurusi urusan-urusan umat. Ulama mengurusi urusan umat bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keilmuannya. Ulama haruslah
menjadi orang yang mengamalkan ilmunya, yang senantiasa menyuarakan kebenaran, cinta akan kebaikan, memerintahkan kemakrufan dan mencegah
kemungkaran. Ulama harus mengajarkan dan menjelaskan kebenaran dan keadilan kepada penguasa, sekaligus menyeru penguasa untuk menerapkan Islam secara
benar, konsisten dan adil serta menghiasi diri dengan akhlak Rasul SAW. Alasan yang hampir sama juga dinyatakan oleh pemilih yang menjawab
cukup penting seorang ulama dijadikan panutan dalam politik di antaranya adalah seorang ulama bisa mengemban tugasnya dengan baik demi kemaslahatan
umatnya, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan umat. Ada sekitar 2 dari hasil penelitian yang penulis kumpulkan dari hasil kuesioner
terhadap sebagian responsen yang memandang cukup penting seorang ulama dijadikan panutan dalam politik.
Table 4.5 Intensitas Pemilih: Pernyataan bahwa Ulama Perlu Diikuti Tidak Hanya Untuk
Masalah Agama Tapi Juga Untuk Masalah Politik No
Jawaban Frekuensi
Prosentase 1
Tidak Setuju 60
60 2
Setuju 16
16 3
Sangat Setuju 22
22 4
Kurang Setuju 2
2 Jumlah
100 100
Sumber : Kuesioner Penelitian 2008 Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten
Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian besar pemilih atas pernyataan bahwa Ulama perlu diikuti tidak hanya untuk masalah Agama tapi juga untuk
masalah Politik adalah Sekitar 60 pemilih menjawab kurang setuju atas pernyataan yang menyatakan Ulama perlu diikuti tidak hanya untuk masalah
agama tapi juga untuk masalah Politik. Menurut hasil wawancara dengan Abu Syamsudin
57
selaku Rt di Sidopekso hal ini dikarenakan adanya ketakutan dimasyarakat para Ulama akan terpengaruh dan melupakan tugas-tugasnya
sebagai panutan masyarakat yang mana para Ulama mempunyai kawajiban mengajarkan al-Quran dan as-Sunah, mengajarkan kebenaran, menjelaskan
kezaliman orang yang zalim, menunjukkan kerusakan orang yang berbuat kerusakan, dan menerangkan kemaksiatan orang yang berbuat maksiat. Akan
tetapi disini seorang ulama sekaligus juga seorang politisi, ia senantiasa memperhatikan dan mengurusi urusan-urusan umat. Ulama mengurusi urusan
umat bukan dengan kekuasaan, tetapi dengan keilmuannya. Namun ada juga sekitar 16 pemilih yang setuju bahwa ulama juga perlu
diikuti dalam masalah politik bukan hanya dalam masalah agama saja. Karena menurut jawaban pemilih ulama adalah sosok pemimpin yang berkarismatik yang
kata-kata dan nasehat-nasehatnya mengandung nilai kebenaran. Oleh karena itu kata-katanya banyak diikuti oleh masyarakat.
Keikutsertaan ulama dalam politik tentunya membawa nuansa dan suasana baru dalam perpolitikan di Indonesia. Meskipun ada juga yang hanya
memanfaatkan kedudukannya tersebut untuk memperoleh peningkatan suara mereka.
Oleh sebab itu ada sekitar 22 dari sebagian pemilih yang menyatakan sangat setuju kalau ulama perlu diikuti tidak hanya untuk masalah agama tapi juga
57
Wawancara pribadi dengan Abu Syamsudin, Kraksaan, 9 Februari 2009.
untuk masalah poitik juga. Kebanyakan pemilih yang menjawab sangat setuju ini adalah dari kalangan masyarakat yang menengah kebawah yang kehidupannya
sangat bertumpu pada ulama. Jadi apapun kata ulama itulah jalan yang terbaik bagi mereka dan perlu diikuti.
Sedangkan bagi sebagian pemilih yang menyatakan kurang setuju kalau ulama perlu diikuti dalam masalah politik dan bukan dalam masalah agama saja
ada sekitar 2. Hal ini dikarenakan kehawatiran mereka jika seandainya pilihan atau solusi ulama dalam masalah politik untuk mendukung partai politik tertentu
dan setelah terpilih kurang begitu memuaskan pelayanannya kepada masyarakat, dalam artian kepemimpinannya mengecewakan masyarakat setempat, maka citra
seoarang ulama dimata masyarakat sebagai orang yang terpandang, berwibawa dan menjadi panutan masyarakat akan akan semakin berkurang dengan
sendirinya. Table 4.6
Intensitas Pemilih: apakah alasan bapakibu memilih calon tersebut No
Jawaban Frekuensi Prosentase
1 Tidak TahuTidak Jawab
6 6
2 Memilih karena diberi hadiah
1 1
3 Di dukung oleh para ulama
30 30
4 Jujurbisa dipercaya
18 18
5 Karena memiliki visi dan program yang jelas
40 40
Jumlah 100
100 Sumber : Kuesioner Penelitian 2008
Hasil penelitian yang berupa kuesioner yang dilakukan di Kabupaten Probolinggo Kecamatan Kraksaan yaitu sebagian pemilih atas pertanyaan
siapakah calon bupati yang bapakibu pilih pada Pilkada adalah 6 pemilih yang tidak tahutidak menjawab. Karena sebagian pemilih ini merasa bingung atas
pilihannya. Dan berkaca pada tahun-tahun sebelumnya pilihan-pilihan mereka sama sekali tidak membawa perubahan ke arah yang lebih mapan, baik dari segi
pembangunan, ekonomi, pendidikan dan lainnya. Dalam artian mereka sudah muak dengan janji-janji para elite politik.
Namun ada sekitar 1 dari pengakuan pemilih yang menggunakan hak pilih terhadap calonnya karena diiming-imingi dengan hadiah, baik itu berupa
uang, berupa jabatan dan lainnya. Dengan syarat mereka harus memilih calon yang dipilih oleh partai politik tersebut. Hal ini adalah salah satu cara dari partai
politik untuk memperoleh hasil suara terbanyak dalam suatu pemilihan. Bagi sebagian masyarakat yang membutuhkan hadiah tersebut tanpa harus pikir
panjang mereka akan menerima tawaran atau pemberian hadiah itu. Meskipun demikian calon yang didukung oleh para ulama juga sangat
mempengaruhi perolehan suara dalam pemilihan kepemerintahan. Dari hasil penelitian yang penulis kumpulkan ada sekitar 30 dari sebagian pemilih yang
memilih calon kepemerintahan atas dukungan para ulama. Alasan ini tidak jauh seperti alasan-alasan sebelumnya bahwa ulama dengan kewibawaan dan
karismatiknya dapat mempengaruhi umatnya untuk memilih calon yang didukungnya.
Kemudian ada sekitar 18 dari sebagian pemilih yang memilih calonnya karena jujur dan bisa dipercaya. Atas dasar kejujuran dan kepercayaan yang
terdapat pada diri calon tersebut, pastinya akan dapat mempengaruhi perolehan suara pada pemilihan kepemerintahan. Karena masyarakat benar-benar butuh pada
sosok pemimpin yang jujur dan bisa dipercaya. Tugas yang diberikan kepadanya bisa disalurkan kepada masyarakat dengan baik, tidak seperti para koruptor.
Adapun dari sebagian pemilih yang menjawab dengan alasan memilih calon tersebut karena memiliki visi dan program yang jelas, hampir sekitar 40
pemilih yang menjawab seperti itu. Menurut H. Ridwan
58
selaku tokoh masyarakat di Asembagus hal tersebut dikarenakan dengan visi dan program yang jelas
masyarakat dapat mengetahui langsung prospek kepemerintahannya dalam lima tahun kedepan.
Dari keterangan di atas dan dari hasil prosentase yang diperoleh, kebanyakan pemilih atau masyarakat menjawab calon bupati harus memiliki visi
dan program yang jelas. Sedangkan pilihan masyarakat terhadap calon bupati yang didukung oleh para ulama tidak terlalu signifikan. Hal ini ditunjukkan
dangan prosentase yang lebih kecil bila dibandingkan dengan prosentase dari visi dan program yang jelas.
B. Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Kraksaan