b. Laba bersih memiliki nilai maximum sebesar 5,087 x ,
yaitu Rp 5.087.339.000.000, yang diperoleh dari PT. HM Sampoerna Tbk. Pada tahun 2009.
c. Laba bersih memiliki nilai rata-rata sebesar. 2,966 x
d. Laba bersih memiliki nilai standar deviasi sebesar 7,967450 x
4. Arus kas masa depan
a. Arus kas masa depan memiliki nilai minimum sebesar -5,383 x , yaitu Rp -538.296.000.000, yang diperoleh dari PT.
Unilever Indonesia Tbk. Pada tahun 2010. b. Arus kas masa depan memiliki nilai maximum sebesar 5,965 x
, yaitu Rp 5.964.523.000.000, yang diperoleh dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Pada tahun 2009.
c. Arus kas masa depan memiliki nilai rata-rata sebesar 1.959 x .
d. Arus kas masa depan memiliki nilai standar deviasi sebesar 7,961136 x
.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Untuk meningkatkan hasil uji normalitas data, maka akan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menghasilkan angka yang lebih detail, apakah suatu persamaan regresi yang akan dipakai lolos normalitas. Suatu persamaan
regresi dikatakan lolos normalitas apabila nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 Imam Ghozali, 2006.
Tabel 4.2 Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Normal Parameters
a,,b
Mean -.0000027
Std. Deviation 6.92509615E11
Most Extreme Differences Absolute
.340 Positive
.340 Negative
-.251 Kolmogorov-Smirnov Z
3.222 Asymp. Sig. 2-tailed
.000 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data yang diolah penulis, 2011 Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-
Smirnov adalah 3,222 dan signifikansi pada 0,000. Maka disimpulkan data tidak terdistribusi secara normal. Data yang tidak terdistribusi
secara normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot data.
Dengan membandingkan antara data observasi dengan distribusi data yang mendekati distribusi normal, dari grafik dapat disimpulkan
bahwa data tidak terdistribusi secara normal, karena grafik histogram menunjukkan distribusi data tidak mengikuti garis diagonal, yaitu
menceng kekiri positif skewness.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Histogram Sebelum Data Ditransformasi
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot Sebelum Data Ditransformasi
Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011
Universitas Sumatera Utara
Demikian pula pengujian normalitas dengan menggunakan grafik plot. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik meneyebar
disekitar garis diagonal, serta penyebarannya agak menjauh dari garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi
secara normal. Untuk mengubah residual agar berdistribusi normal, penulis
melakukan transformasi beberapa variabel ke dalam bentuk Logaritma natural Ln. Variabel yang ditransformasikan antara lain AKO, LB dan
AKM.
Tabel 4.3 Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 52
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation 1.50175036
Most Extreme Differences Absolute
.064 Positive
.049 Negative
-.064 Kolmogorov-Smirnov Z
.462 Asymp. Sig. 2-tailed
.983 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011
Dari tabel tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,462 dan signifikansi pada 0,983. Nilai ini jauh dari nilai signifikansi
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Untuk lebih jelas, turut dilampirkan grafik histogram dan plot
data yang terdistribusi secara normal.
Universitas Sumatera Utara
Dengan membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan
bahwa data terdistribusi secara normal, karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak
menceng skewness ke kiri maupun ke kanan.
Gambar 4.3 Histogram Setelah Data Ditransformasi
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011
Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot. Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal serta penyebarannya teratur mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi
terdistribusi secara normal.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot Setelah Data Ditransformasi
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk memberikan gambaran kepada peneliti apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebasindependent. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi diantara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal merupakan variabel bebas yang nilai
korelasi antar sesame variabel bebas sama dengan nol Imam Ghozali, 2006.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta Variance Inflation Factor
VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah
Universitas Sumatera Utara
yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Apabila nilai tolerance di atas 10 dan VIF dibawah 10, maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi bebas dari multikolinearitas.
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficient Correlations
a
Model LNLB
GPM LNAKO
1 Correlations
LNLB 1.000
-.067 -.864
GPM -.067
1.000 .113
LNAKO -.864
.113 1.000
Covariances LNLB
.039 -.020
-.035 GPM
-.020 2.171
.034 LNAKO
-.035 .034
.043 a. Dependent Variable: LNAKM
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant 4.118
2.804 1.468
.148 LNAKO
.267 .207
.250 1.288
.204 .251
3.981 GPM
1.651 1.473
.110 1.120
.268 .984
1.017 LNLB
.523 .198
.511 2.640
.011 .253
3.948 a. Dependent Variable: LNAKM
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011 Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak
bahwa hanya variabel LNAKO yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel LNLB dengan tingkat korelasi sebesar – 0,864 atau
sekitar 86,4. Korelasi ini masih dibawah 95, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang serius.
Universitas Sumatera Utara
Hasil perhitungan tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10
yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95 . Berdasarkan hasil perhitungan VIF, diperoleh nilai
sebesar 3,981 pada LNAKO; 1,017 pada GPM; dan 3,948 pada LNLB, yang mengindikasikan bahwa ketiga variabel independen memiliki nilai
VIF ≤ 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
4.2.3 Uji Heterokedastisitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan
melalui pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1. jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian
menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. 2. jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas atau homokedastisitas.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heterokedastisitas atau homokedastisitas. Dengan
mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model
regresi. Adanya titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain dikarenakan adanya data observasi yang sangat berbeda dengan
data observasi lainnya.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang
Universitas Sumatera Utara
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series. Cara yang dapt digunakan untuk mendeteksi ada masalah autokorelasi adalah dengan
menggunakan nilai uji Durbin-Watson. Dasar untuk pengambilan keputusan autokorelasi melalui uji Durbin-Watson adalah sebagai
berikut: 1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelsi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .738
a
.544 .516
1.547969 1.455
a. Predictors: Constant, LNLB, GPM, LNAKO b. Dependent Variable: LNAKM
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2011 Tabel 4.5 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,455.
Angka tersebut terletak di antara -2 dan +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif dalam
penelitian ini. Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat
pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random, yaitu dengan melihat probabilitasnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
.08172 Cases Test Value
26 Cases = Test Value
26 Total Cases
52 Number of Runs
23 Z
-1.120 Asymp. Sig. 2-tailed
.263 a. Median
Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011 Hasil output SPSS untuk run test menunjukkan nilai tes sebesar
0,08172 dengan probabilitas sebesar 0,263 signifikans dan lebih besar dari α= 0,050, yang artinya observasi terjadi secara acak. Berdasarkan
hasil pengujian run test tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak pengalami problem autokorelasi
4.3 Pengujian Hipotesis