3.2 Variable Bebas
independent variable
Variabel independen bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain Umar, 2003:50. Adapun variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a.
Arus Kas Aktivitas Operasi Arus kas merupakan penerimaan dan pengeluaran kas suatu
perusahaan selama suatu periode. Di dalam laporan arus kas, perusahaan melaporkan arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas selama periode
tertentu yang diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi merupakan selisih antara
penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa dan pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan untuk memperoleh persediaan serta
membayar beban Bandi dan Rahmawati, 2005. Arus kas terlebih dahulu ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural.
b. Gross Profit Margin Gross profit margin, merupakan perbandingan penjualan bersih
dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih. Secara matematis dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Gross profit margin
=
Laba Kotor x 100
Penjualan bersih
Universitas Sumatera Utara
c. Laba Bersih
Laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih, yaitu angka yang menunjukkan selisih antara seluruh pendapatan dari kegiatan
operasi perusahaan maupun non operasi perusahaan. Laba yang dimaksud merupakan total laba perusahaan baik yang terkait atau tidak terkait
dengan aktivitas utama perusahaan. Komponen laba bersih adalah laba perusahaan sebelum item operasi yang tidak berlanjut, item- item khusus,
dan pos luar biasa Bandi dan Rahmawati, 2005. Dengan demikian, sesungguhnya laba bersih ini adalah laba yang menunjukkan bagian laba
yang akan ditahan di dalam perusahaan dan yang akan dibagikan sebagai dividen. Laba bersih akan ditransformasikan dalam bentuk logaritma
natural.
F. Metode Analisis Data
3.1 Pengujian Asumsi Klasik
3.1.1 Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas menurut Ghozali 2006:110 adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistic menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal yaitu analisis grafik dan analisis statistic dengan
uji Kolmogrov-Smirnov K-S. Pedoman pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan uji Kolmogrov-Smirnov dapat dilihat dari: 1. Nilai Sig. atau signifikansi atau probabilitas 0,05 maka distribusi
data tidak normal 2. Nilai Sig. atau signifikansi atau probabilitas 0,05 maka distribusi
data normal
3.1.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali 2006:91, uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi
antara variabel independen. Suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara independennya. Untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor VIF. Jika nilai tolerance tidak
kurang dari 0,1 dan nila variance inflation factor tidak lebih dari 10, maka model dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
3.1.3 Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Suatu model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Cara yang
dipakai dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas pada model adalah dengan melihat grafik scatterplot
antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan nilai residualnya SRESID. Dasar analisis menurut Ghozali 2006:105:
Universitas Sumatera Utara
1. jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian
menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2. jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas atau homokedastisitas.
3.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Dengan kata lain, masalah ini sering kali ditemukan apabila menggunakan data time series.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson. Menurut Sunyoto 2009:91, pengambilan keputusan ada tidaknya auto korelasi
adalah sebagai berikut: 1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelsi positif
2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Universitas Sumatera Utara
Salah satu cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan dilakukannya uji statistik Run
Test. Suatu persamaan regresi dinyatakan terbebas autokorelasi jika hasil uji statistik run test-nya tidak signifikan atau di atas 0,05
Ghozali, 2006. Pengambilan keputusan pada uji run test didasarkan pada acak tidaknya data. Apabila data bersifat acak, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi. Menurut Ghozali 2006, acak tidaknya data mempunyai
batasan sebagai berikut: 1. apabila nilai probabilitas
≥ α = 0,05 maka observasi terjadi secara acak.
2. apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi
secara tidak acak.
3.2 Pengujian Hipotesis