BAB I_PEMUKIMAN KUMUH.docx

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang mempunyai kepadatan penduduk terbesar keempat di dunia. Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara yang terdiri dari ribuan pulau dan ratusan suku bangsa. Indonesia memiliki luas daratan 1.904.569 km2 dan menurut Bank Dunia jumlah

populasi Indonesia saat ini adalah 246.864.191 jiwa.

Akibat dari kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia, maka terdapat berbagai permasalahan. Salah satu diantara permasalahan dalam kepadatan penduduk adalah permukiman kumuh. Pemukiman kumuh merupakan permasalahan masyarakat dan pemerintah yang sudah sejak lama telah berkembang di kota-kota besar dan kota-kota tempat perindustrian. Dengan laju pertumbuhan yang begitu cepat dan diikuti dengan laju perkembangan kota yang semakin pesat menjadi daya tarik masyarakat yang tinggal di pedesaan melakukan urbanisasi ke perkotaan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan tingginya tingkat permintaan akan tempat tinggal di dalam kota membuat pemanfaatan akan lahan untuk tempat tinggal yang semakin kompetitif.

Penulis membuat dan mengambil judul tentang kebijaksanaan berdasarkan masalah pemukiman kumuh di perkotaan, pada dasarnya oleh karena penulis telah melihat berbagai permasalahan yang dialami oleh masyarakat maupun pemerintah. Dimana, masyarakat yang bertempat tinggal di permukiman kumuh berharap adanya bantuan dan perhatian pemerintah terhadap tempat tinggal yang layak untuk mereka tempati, sedangkan pemerintah ingin segera menggusur masyarakat yang bertempat tinggal di permukiman kumuh tersebut karena telah mengganggu dan merusak pemandangan maupun keindahan dari kota, khususnya penulis mengambil dari kota Medan salah satu kelurahan Polonia jalan Mongonsidi (pemukiman kumuh yang berada di pinggiran sungai Babura).

Dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu besar sedangkan sumber daya manusia yang terdapat di dalam kota ini masih sangat rendah, jadi akan menimbulkan rentang terhadap masalah kemiskinan.


(2)

Kemiskinan terjadi akibat adanya ketidak seimbang dalam perolahan atau penggunaan sumber daya alam atau ketidak mampuan manusia.

Pertumbuhan penduduk dengan segala permasalahannya akan sangat berpengaruh terhadap sumber daya alam (SDA) baik secara kuantitaf maupun kualitatif terutama terhadap sumber daya alam yang tidak daapat diperbaharui. Hal ini membawa implikasi yang cukup berat bagi upaya peningkatan kesejahteraan manusia. Pengaruh langsung dari pertumbuhan penduduk terhadap sumber daya alam dapat dilihat dari kehidupan nyata masyarakat.

1.2

Rumusan Masalah

a)

Apakah yang dimaksud dengan pemukiman kumuh dan kemiskinan?

b) Bagaimana masalah-masalah yang terjadi pada kemiskinan dan pemukiman kumuh di dalam masyarakat?

c) Bagaimana cara mengatasi kemiskinan dan permukiman kumuh? d) Bagaimana peran pemerintah bagi masyarakat di daerah yang diteliti?


(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Permukiman Kumuh dan Kemiskinan

Manusia sebagai makhluk sosial hidup bersama dengan makhluk lainnya. Karena itu kemudian muncullah kelompok-kelompok rumah yang dinamakan permukiman. Rumah sebagai suatu bangunan merupakan bagian dari suatu permukiman yang utuh. McAndrew dkk, mengemukakan bahwa kata permukiman merupakan terjemahan kata-kata land settlement dan resettlement dan biasanya dikaitkan dengan kata-kata yang mempunyai arti sama yaitu scheme dan project. Pada hakekatnya permukiman adalah hidup bersama, sebab itu fungsi rumah dalam kehidupan manusia adalah sebagai tempat tinggal yang diperlukan oleh manusia untuk memasyarakatkan dirinya. Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan. Permukiman kumuh yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh yang disebabkan oleh adanya mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.

Pengertian tentang pemukiman telah dikemukakan deh beberapa ahli antara lain mengemukakan bahwa, permukiman adalah penataan kawasan yang dibuat oleh manusia agar dapat hidup secara. lebih mudah dan lebih baik, memberi rasa bahagia dan rasa aman dan mengandung kesepakatan untuk membangun manusia seutuhnya. Selanjutnya dalam definisi lain dikemukakan bahwa suatu permukiman dapat dilihat sebagai suatu dunia tersendiri dimana para warganya menemukan identitas mereka, merasa aman, merasa sebagai makhluk sosial, dan dapat ia menyalurkan naluri untuk berkembang biak menyambung keturunannya.

Pemukiman kumuh adalah penataan kawasan yang dibuat oleh manusia yang mengandung sifat-sifat keusangan, banyak ditujukan kepada keadaan guna lahan atau zona atau kawasan yang sudah sulit diperbaiki lagi, jadi yang telah baik dibongkar, tapi juga dapat ditujukan kepada keadaan yang secara fisik sudah tidak lagi memenuhi berbagai standar kelayakan.

Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi dengan adanya


(4)

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, peningkatan lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan kemiskinan.

Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.

2.2

Masalah-masalah yang terjadi pada kemiskinan dan pemukiman

kumuh di dalam masyarakat

Penduduk di permukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama dari segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas dan kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang kurang memadai. Kondisi kualitas kehidupan yang serba marjinal ini ternyata mengakibatkan semakin banyaknya penyimpangan perilaku penduduk penghuninya. Hal ini dapat diketahui dari tatacara kehidupan sehari-hari, seperti mengemis, berjudi, mencopet dan melakukan berbagai jenis penipuan. Terjadinya perilaku menyimpang ini karena sulitnya mencari atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian dan kemampuan yang terbatas, selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa impian yang mereka harapkan mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dan ternyata tidak dapat memperbaiki kehidupan mereka.

Mereka pada umumnya tidak cukup memiliki kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan kurangnya keterampilan, tanpa modal usaha, tempat tinggal tak menentu, rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, rendahnya daya adaptasi sosial ekonomi dan pola kehidupan kota. Kondisi yang serba terlanjur, kekurangan dan semakin memprihatinkan itu mendorong para pendatang tersebut untuk hidup seadanya, termasuk tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Menurut Soemadi, terjadinya pemukiman kumuh karena besarnya arus urbanisasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan. Lebih jauh dikemukakan bahwa perkampungan kumuh adalah bagian kota yang jorok, bangunan-bangunan yang ada tidak memenuhi


(5)

syarat serta didiami oleh orang miskin, serta fasilitas tempat pembuangan sampah maupun fasilitas air bersih tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Ciri-ciri lain pemukiman kumuh adalah letak dan bentuk perumahan yang tidak teratur, sarana dan infrastruktur kota sangat sedikit, bahkan mungkin tidak ada sama sekali, tingkat pendidikan rendah, pendapatan rumah tangga dan pendapatan penduduk rendah, serta kebanyakan bekerja di sektor informal. Dalam keadaan seperti ini mengakibatkan tingkat berfikir dan daya kreasi yang kurang dan sulit menerima sesuatu yang baru seperti pembangunan ke arah perbaikan lingkungan permukiman itu sendiri .

Dari kebutuhan dasar manusia yaitu sandang, pangan dan papan (perumahan) saja masih sulit dipenuhi oleh masyarakat pemukiman kumuh.Hal ini dikarenakan oleh pendapatan yang rendah sehingga rumah murahpun sulit mereka miliki.Untuk memenuhi kelangsungan hidup masyarakat permukiman kumuh mereka membuat rumah darurat dari bahan-bahan seadanya misalnya papan bekas, karton, seng bekas dan sebagainya.

Apabila diperhatikan lebih jauh tentang ciri perwakilan kumuh yang secara menyeluruh lingkungan ini nampak jelas perbedaannya dengan lingkungan hunian lainnya.

Soemadi mengemukakan beberapa ciri yang menonjol dalam suatu permukiman kumuh adalah sebagai berikut :

1. Penduduknya sangat padat serta jumlah anak juga besar dan kurang terurus dengan baik.

2. Warga masyarakat umumnya berpenghasilan rendah dengan mata pencaharian tidak tetap sehingga sulit menjamin pemenuhan kebutuhan sehari-hari, terutama pada saat terjadinya musibah dalam keluarga (sakit atau kematian). Sebagai akibat dari keadaan itu, tidak jarang terjadi seluruh anggota keluarga terpaksa harus mencari penghasilan tambahan termasuk anak-anak di bawah umur.

3. Tingkat kesehatan dan pendidikan pada umumnya rendah.

4. Sarana pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari tidak memadai seperti: air bersih, tempat pembuangan sampah dan lain-lain.


(6)

5. Kondisi lingkungan sangat kotor sehingga tingkat kesehatan warganya juga relatif rendah.

6. Masalah-masalah sosial banyak terjadi, antara lain kenakalan remaja, tindak kekerasan dan bentuk-bentuk kriminalitas lainnya.

7. Perasaan masyarakat untuk memiliki lingkungan sangat rendah, sehingga partisipasi mereka untuk memperbaiki lingkungan juga rendah.

Pertumbuhan dan perkembangan lingkungan permukiman kumuh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pertumbuhan kota-kota besar di seluruh dunia. Lingkungan ini tumbuh berkembang karena perkembangan kota sebagai daerah industri, ekonomi dan perdagangan yang menuntut adanya persyaratan peningkatan kemampuan warga kota untuk menyesuaikan diri. Bagi mereka yang sukses akan mampu meningkatkan kedudukan sosial ekonomi mereka, sedangkan yang tidak mampu akan tersisih dari arus kemajuan dan perubahan kota.

Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah pemukiman kumuh adalah: 1. Ukuran bangunan yang sangat sempit dan tidak memenuhi standar untuk

bangunan layak huni

2. Rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah pemukiman rawan akan bahaya kebakaran

3. Sarana jalan yang sempit dan tidak memadai 4. Tidak tersedianya jaringan drainase

5. Kurangnya suplai air bersih 6. Jaringan listrik yang semrawut 7. Fasilitas MCK yang tidak memadai

2.3

Cara mengatasi kemiskinan dan pemukiman kumuh

a. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

b. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.


(7)

2.4 Hasil wawancara

“Dosen Dra. Hj. Rosmala Dewi, M.Pd” adalah : KA. Prodi Ilmu

Administrasi Negara

Tanya : Bagaimana menurut pendapat Ibu tentang pemukiman kumuh yang ada di kota Medan, contohnya pemukiman kumuh yang berada di wilayah dekat pinggiran sungai yang berada di perbatasan antara padang bulan (kecamatan baru) dengan mongonsidi (kecamatan medan-polonia)?

Jawab : Menurut pendapat Saya, pemukimah kumuh itu terdapat di setiap kota. Jadi, sebenarnya itu adalah tugas pemerintah untuk membenahi kota, sehingga di kota-kota besar tidak terdapat lagi pemukiman kumuh. Contoh, misalnya yang pernah saya tahu di area sepanjang rel kereta api yang berada di Perumnas Mandala, sangat banyak terdapat pemukiman kumuh dan pada umumnya, mereka yang tinggal di sana adalah orang-orang gelandangan. Pemerintah juga seperti anggota Dewan (DPRD) saat melintasi daerah tersebut seolah-olah tidak melihat adanya pemukimah kumuh di daerah tersebut. Maka dari itu, harus perlu keperhatian serius dari pemerintah baik lembaga eksekutif maupun legislatif.

Tanya : Bagaimana menurut pendapat ibu upaya untuk mengatasi pemukiman kumuh ini agar tidak ada lagi?

Jawab : Upaya untuk mengatasi pemukiman kumuh ini agar tidak ada lagi, misalnya yang masih terdapat di kota-kota besar yang menyebabkan adanya ketimpangan. Seperti adanya di satu sisi terdapat rumah yang mewah dan di sisi lain masyarakat ada yang tinggal di rumah-rumah yang berada di pinggir-pinggiran jalan dengan rumah yang ditempel-tempelkan menggunakan kardus, hal itu menjadi merusak pemandangan yang di sebelah terapat gedung-gedung yang besar dan tinggi menjulang. Dengan demikian, berarti pemerintah masih belum dapat menata kota dengan baik. Jadi, sudah seharusnya tugas mahasiswa untuk mengkritiki hal itu. Supaya pemerintah ke depannya lebih mengutamakan anggaran APBD untuk menata kota kembali, karena di kampung saja pun tidak ada atau jarang terdapat pemukimah kumuh seperti itu, sedangkan di kota banyak ditemukan pemukiman kumuh yang berarti banyak masyarakat miskin yang kurang diperhatikan oleh pemerintah. Padahal


(8)

di dalam UUD, bahwa fakir miskin dibina oleh negara dan menjadi kewajiban negara untuk mengurus hal tersebut.

Tanya : Menurut Ibu, apa yang melatar-belakangi terjadinya pemukiman kumuh?

Jawab : Yang melatar-belakangi terjadinya pemukiman kumuh, seperti kemiskinan dan penataan kota yang diperhatikan oleh pemerintah yang hanya duduk-duduk saja dan tidak pernah melihat langsung ke lapangan mengenai hal apa yang terjadi atau misalnya dengan istilah-istilah blusukan dan dilihat ke bawah, seperti apa yang harus dibenahi. Jadi, faktor ekonomi yang masyarakatnya tidak mampu untuk membangun rumah yang layak huni.

Tanya : Menurut pendapat Ibu, bagaimana upaya dari pemerintah untuk mengatasi pemukiman kumuh?

Jawab : Upaya dari pemerintah untuk mengatasinya, seharusnya pemerintah menyediakan tempat atau rumah yang layak huni seperti membangun rumah susun dengan biaya yang terjangkau dan rakyat miskin lebih diperhatikan sesuai dengan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga pemerintah benar-benar menjalankan tugas dan tanggung jawab nya terhadap masyarakat/warga.

“Dosen Drs. Usman Tarigan, M.S”

Tanya : Bagaimana menurut pandangan Bapak mengenai pemukiman kumuh yang terdapat di kota Medan, misalnya di daerah pinggiran sungai?

Jawab : Pemukimam kumuh di daerah kota Medan cukup banyak, seperti daerah-daerah yang masuk gang dan berupa kelompok-kelompok besar. Menurut saya, pemukiman kumuh itu merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh pemerintah supaya meningkatkan kualitas rumah yang ada orang di dalamnya dengan sebutan rumah sehat, bukan karena besar tapi cukup untuk tempat tinggal keluarga-keluarga kecil, yang sekarang berkembang menjadi rumah susun. Pemerintah mengambil alih untuk membuat rumah susun yang diatur secara baik yang bisa menjadi rumah sehat. Luasnya rumah pemukiman kumuh cukup luas, apabila itu dikelola oleh pemerintah maka semuanya menjadi daerah aliran sungai yang bersih yang dengan modal yang banyak dan rumah-rumah kumuh tersebut dibeli oleh pemerintah dan dialihkan pada yang lain. Pemerintah


(9)

membangun rumah susun dengan melakukan penyuluhan, karena masyarakat belum terbiasa dengan masuk/menempati rumah susun dan masih terdapat permasalahan .

Tanya : Apakah dampak dari terjadinya pemukiman kumuh?

Jawab : Dampak dari terjadinya pemukiman kumuh yang pasti adalah karena kemiskinan. Faktornya karena tempat kerja yang terbatas, yang masyarakat sudah banyak jumlahnya sementara kesempatan untuk bekerja di perkotaan sudah terbatas.

Tanya : Menurut yang Bapak ketahui, Apakah pemerintah ada melakukan tindak-lanjut terhadap pemukiman kumuh tersebut?

Jawab : Pemerintah ada melakukan, tapi belum maksimal. Jadi, tindak-lanjut terhadap pemukiman kumuh, seperti perumnas-perumnas yang berkembang yang akan membuat masyarakat supaya bertempat tinggal di sana, karena dengan adanya perumnas maka masyarakat tersebut tertolong, tapi jumlah penduduk tetap bertambah. Oleh karena itu, pemerintah harus selektif untuk membantu masyarakat. Misalnya, perumnas dibangun tapi yang membeli dan menempatinya adalah orang-orang yang kaya juga.

Tanya : Bagaimana peran pemerintah terhadap masyarakat di pemukiman kumuh?

Jawab : Peran pemerintah dengan bantuan beras murah. Jadi, pemerintah harus memperhatikan hak-hak hidup dan kelayakan hidup. Pemerintah harus serius mendaftarkan dan mendata jumlah orang/masyarakat miskin didalam memberikan beras miskin (Raskin) tersebut, supaya beras itu tidak masuk pada pengusaha dan tidak disalah-gunakan. Hak hidup ini, seperti: hidup sehat, hidup bisa mengikuti pendidikan murah atau gratis, karena dari situ bisa meningkat keluarga tersebut, dan bagi pemuda-pemudi yang belum bekerja diberikan pelatihan (montir, bengkel, bisnis, masak-memasak, keterampilan, dan sebagainya).

Tanya : Siapa yang salah dalam hal pemukiman kumuh, pemerintah atau masyarakat tersebut?

Jawab : Yang salah dalam hal pemukiman kumuh adalah kedua-duanya karena tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja yang harus saling sambut-menyambut program pemerintah tersebut. Program pemerintah dalam membangun rumah-rumah murah yang seharusnya masyarakat cepat pindah dari tempat itu dan menjual tanah yang bisa dijadikan


(10)

sebagai uang muka untuk membeli dan mendapatkan rumah yang lain, akan tetapi karena mereka sudah di daerah perkotaan yang dekat dengan transportasi, hiburan sedangkan rumah yang lainnya yang akan dibeli lagi nanti itu jauh dari lingkungan tersebut. Mahasiswa juga harus bersikap obyektif yang tidak bisa menyalahkan dan menyudutkan pemerintah tapi harus dengan melihat program pemerintah lalu melihat situasi masyarakat yang apabila diberikan sumbangan secara terus-menerus membuat masyarakat tersbut menjadi malas dan hanya mengharapkan sumbangan dari pemerintah saja. Hal yang pertama yang harus dilakukan dengan membangun masyarakat terlebih dahulu kemudian pemerintah juga harus memperhatikan peluang kerja dan menciptakan serta memberikan pendidikan yang murah dengan kursus-kursus (komputer, bahasa inggris, montir, membuat kue) yang dibiayai oleh pemerintah, sehingga dari hal itu masyarakat akhirnya jadi mempunyai keahlian dan dengan begitu mudah untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan.

“Masyarakat (seorang warga yang tinggal di daerah Pemukiman Kumuh)

yang berada di pinggiran sungai Babura daerah perbatasan

jalan Letjen Jamin Ginting kelurahan Padang Bulan dengan

jalan Mongonsidi kelurahan Polonia)”

Tanya : Bagaimana mata pencaharian yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup warga sehari-hari?

Jawab : Mata pencaharian yang mereka dapatkan dari pengambilan barang-barang bekas (botot), mendaur-ulang sampah untuk dijadikan barang-barang yang bermanfaat dan berdaya jual, serta menjual-jual bunga dari kerajinan tangan.

Tanya : Sudah berapa lama bapak bertempat tinggal di pemukiman kumuh tersebut?

Jawab : Kami tinggal di pemukiman kumuh ini sudah ± 32 tahun.

Tanya : Apakah sudah pernah ada bantuan dari pemerintah, misalnya diberikan makanan, minuman atau bantuan-bantuan yang lainnya seperti: bantuan untuk anak sekolah (dana BOS) terhadap masyarakat daerah ini?


(11)

Jawab : Belum ada, tapi kalau bantuan untuk anak sekolah (dana BOS) ada dan bantuan, seperti memberikan makanan berupa mie instant dan minuman gelas (cup-cup) saat musibah banjir terjadi di daerah kami ini.

Tanya : Apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di sini, apakah berupa makanan, pakaian, pekerjaan, kesehatan, dan sebagainya?

Jawab : Yang paling dibutuhkan masyarakat di sini berupa makanan, penyediaan air bersih, pelayanan fasilitas kesehatan, dan juga pekerjaan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Tanya : Apakah masyarakat yang tinggal di sini rata-rata orang dari luar kota medan atau dari kota medan?

Jawab : Rata-rata nya sama saja, karena ada yang dari luar kota medan dan dari kota medan, dan juga dari kota yang lainnya. Tapi, kebanyakan yang tinggal di sini merupakan warga setempat.

Tanya : Bagaimana penyediaan untuk mandi dan mencuci, apakah dilakukan langsung di sungai atau ada tempat yang lain?

Jawab : Penyediaan untuk mandi dan mencuci di sediakan sumur dan ada pet (kran air). Itu pun yang membuatnya adalah warga masyarakat yang berada di daerah ini.

Tanya : Apakah pada masa menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) ini para calon legislatif ada yang bersosialisasi ke daerah ini dan apakah ada yang melakukan politik uang?

Jawab : Tidak ada, tapi ada beberapa, contohnya: Partai Gerindra dan ada yang melakukan politik uang karena namanya orang susah dan butuh uang jadi kami mau menerima sogokkan atau uang suap tersebut.

Tanya : Bagaimana penanganan dan ikut campur dari Lurah, Camat, Kepala Lingkungan ataupun Kepala Desa terhadap masyarakat yang tinggal disini?

Jawab : Nggak ada, mereka rata-rata tidak peduli dan membiarkan begitu saja. Seolah-olah kami disini sudah biasa dengan keadaan seperti ini.

Tanya : Apakah yang menjadi harapan dari warga untuk ke depan?

Jawab : Harapan kami untuk ke depan, pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan kami dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, penyediaan air bersih, dan juga tempat tinggal yang layak (bagus).


(12)

(13)

BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota.

Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.

Permasalahan yang terjadi pada permukiman dan kemiskinan adalah:

a. Timbulnya Penyakit-penyakit kekurangan gizi, contohnya: busung lapar, cacat mental, dll.

b. Timbulnya pencemaran lingkungan, contohnya: pembuangan sampah sembarangan, dll.

c. Rendahnya tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan. d. Kurangnya fasilitas air bersih.

Secara umum, permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan tidak memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air bersih, jaringan listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.

Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:

1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.


(14)

3.2

Saran

Sebaiknya pemerintah melakukan pembangunan rumah yang layak ataupun rumah susun terhadap masyarakat tersebut dan harus memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan sesuai dengan tenaga dan keahlian mereka masing-masing, serta masyarakat dihimbau agar selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, nyaman, bersih, dan teratur.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdurachim, I., 1973. Pengantar Masalah Penduduk, Alumni, Bandung.

2. Djanen, Bale, 1994. Analisa Pola Permukiman di Lingkungan Perairan Indonesia. Depdikbud, Direktorat sejarah dan Nilai tradisional, Jakarta.

3. Kurniasih. 1994. Pokok-pokok Sosiologi Permukiman Perkotaan. Pusat Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial dan FIA Universitas Brawijaya. Malang.


(1)

sebagai uang muka untuk membeli dan mendapatkan rumah yang lain, akan tetapi karena mereka sudah di daerah perkotaan yang dekat dengan transportasi, hiburan sedangkan rumah yang lainnya yang akan dibeli lagi nanti itu jauh dari lingkungan tersebut. Mahasiswa juga harus bersikap obyektif yang tidak bisa menyalahkan dan menyudutkan pemerintah tapi harus dengan melihat program pemerintah lalu melihat situasi masyarakat yang apabila diberikan sumbangan secara terus-menerus membuat masyarakat tersbut menjadi malas dan hanya mengharapkan sumbangan dari pemerintah saja. Hal yang pertama yang harus dilakukan dengan membangun masyarakat terlebih dahulu kemudian pemerintah juga harus memperhatikan peluang kerja dan menciptakan serta memberikan pendidikan yang murah dengan kursus-kursus (komputer, bahasa inggris, montir, membuat kue) yang dibiayai oleh pemerintah, sehingga dari hal itu masyarakat akhirnya jadi mempunyai keahlian dan dengan begitu mudah untuk mencari dan mendapatkan pekerjaan.

“Masyarakat (seorang warga yang tinggal di daerah Pemukiman Kumuh)

yang berada di pinggiran sungai Babura daerah perbatasan

jalan Letjen Jamin Ginting kelurahan Padang Bulan dengan

jalan Mongonsidi kelurahan Polonia)”

Tanya : Bagaimana mata pencaharian yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup warga sehari-hari?

Jawab : Mata pencaharian yang mereka dapatkan dari pengambilan barang-barang bekas (botot), mendaur-ulang sampah untuk dijadikan barang-barang yang bermanfaat dan berdaya jual, serta menjual-jual bunga dari kerajinan tangan.

Tanya : Sudah berapa lama bapak bertempat tinggal di pemukiman kumuh tersebut?

Jawab : Kami tinggal di pemukiman kumuh ini sudah ± 32 tahun.

Tanya : Apakah sudah pernah ada bantuan dari pemerintah, misalnya diberikan makanan, minuman atau bantuan-bantuan yang lainnya seperti: bantuan untuk anak sekolah (dana BOS) terhadap masyarakat daerah ini?


(2)

Jawab : Belum ada, tapi kalau bantuan untuk anak sekolah (dana BOS) ada dan bantuan, seperti memberikan makanan berupa mie instant dan minuman gelas (cup-cup) saat musibah banjir terjadi di daerah kami ini.

Tanya : Apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di sini, apakah berupa makanan, pakaian, pekerjaan, kesehatan, dan sebagainya?

Jawab : Yang paling dibutuhkan masyarakat di sini berupa makanan, penyediaan air bersih, pelayanan fasilitas kesehatan, dan juga pekerjaan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Tanya : Apakah masyarakat yang tinggal di sini rata-rata orang dari luar kota medan atau dari kota medan?

Jawab : Rata-rata nya sama saja, karena ada yang dari luar kota medan dan dari kota medan, dan juga dari kota yang lainnya. Tapi, kebanyakan yang tinggal di sini merupakan warga setempat.

Tanya : Bagaimana penyediaan untuk mandi dan mencuci, apakah dilakukan langsung di sungai atau ada tempat yang lain?

Jawab : Penyediaan untuk mandi dan mencuci di sediakan sumur dan ada pet (kran air). Itu pun yang membuatnya adalah warga masyarakat yang berada di daerah ini.

Tanya : Apakah pada masa menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) ini para calon legislatif ada yang bersosialisasi ke daerah ini dan apakah ada yang melakukan politik uang?

Jawab : Tidak ada, tapi ada beberapa, contohnya: Partai Gerindra dan ada yang melakukan politik uang karena namanya orang susah dan butuh uang jadi kami mau menerima sogokkan atau uang suap tersebut.

Tanya : Bagaimana penanganan dan ikut campur dari Lurah, Camat, Kepala Lingkungan ataupun Kepala Desa terhadap masyarakat yang tinggal disini?

Jawab : Nggak ada, mereka rata-rata tidak peduli dan membiarkan begitu saja. Seolah-olah kami disini sudah biasa dengan keadaan seperti ini.

Tanya : Apakah yang menjadi harapan dari warga untuk ke depan?

Jawab : Harapan kami untuk ke depan, pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan kami dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, penyediaan air bersih, dan juga tempat tinggal yang layak (bagus).


(3)

(4)

BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota.

Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.

Permasalahan yang terjadi pada permukiman dan kemiskinan adalah:

a. Timbulnya Penyakit-penyakit kekurangan gizi, contohnya: busung lapar, cacat mental, dll.

b. Timbulnya pencemaran lingkungan, contohnya: pembuangan sampah sembarangan, dll.

c. Rendahnya tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan. d. Kurangnya fasilitas air bersih.

Secara umum, permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan tidak memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air bersih, jaringan listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.

Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:

1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.

2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.


(5)

3.2

Saran

Sebaiknya pemerintah melakukan pembangunan rumah yang layak ataupun rumah susun terhadap masyarakat tersebut dan harus memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan sesuai dengan tenaga dan keahlian mereka masing-masing, serta masyarakat dihimbau agar selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, nyaman, bersih, dan teratur.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdurachim, I., 1973. Pengantar Masalah Penduduk, Alumni, Bandung.

2. Djanen, Bale, 1994. Analisa Pola Permukiman di Lingkungan Perairan Indonesia. Depdikbud, Direktorat sejarah dan Nilai tradisional, Jakarta.

3. Kurniasih. 1994. Pokok-pokok Sosiologi Permukiman Perkotaan. Pusat Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial dan FIA Universitas Brawijaya. Malang.

4. Suparlan. 1986. Pemukiman dan Pembangunan. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.