2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tatein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi berarti :
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah struktur sintaksis,
mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis Chaer, 2007:206. Istilah sintaksis Belanda, syntaxis ialah bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase Ramlan, 2001:18.
2.2.2 Kalimat
Verhaar 2001:161 secara singkat menyatakan kalimat adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah
keseluruhan. Menurut Kridalaksana 2001:92 kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri; mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik ., tanda tanya ?, atau tanda seru ; sementara itu, di
dalamnya disertakan pula tanda baca seperti koma, titik dua, tanda pisah, dan
Universitas Sumatera Utara
spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik,
tanda tanya dan tanda seru melambangkan kesenyapan. Pengkajian kalimat dapat meliputi tiga hal, yaitu:
a Fungsi sintaksis yang meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. b
Kategori sintaksis yang terdiri antara lain verba, nomina, adjektiva, adverbia, dan numeralia.
c Peran sintaksis, yang erat kaitannya dengan makna seperti agent pelaku,
benafactive penerima, objektive sasaran, instrument alat serta locative lokasi Ricahrds dalam Mulyani, 2004:14.
Penelitian kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an ini pengkajian data hanya meliputi fungsi dan kategori sintaksis saja.
2.2.3 Klausa
Menurut Kridalaksana 2001:110 klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangya terdiri dari subyek dan predikat, dan
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Klausa belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Intonasi atau
tanda baca itulah yang membedakan klausa dengan kalimat. Kalimat juga mengandung unsur paling sedikit subjek dan predikat, tetapi telah dibubuhi
intonasi atau tanda baca tertentu Mulyani, 2004:14. Contoh : a. Ibu memasak nasi
b. Ibu memasak nasi.
Universitas Sumatera Utara
Kalimat a yang dilafalkan tanpa intonasi dan tidak ditandai tanda baca adalah sebuah klausa, sedangkan kalimat b apabila diucapkan dengan intonasi
naik, lalu turun pada kata nasi, terbentuklah kalimat yang merupakan pernyataan berita dengan ditandai tanda baca akhir titik ..
Berdasarkan kedudukannya dalam kalimat, sebuah klausa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa
bebas adalah konstruksi predikatif yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat tunggal atau kalimat sempurna dengan penambahan intonasi akhir. Klausa terikat
adalah konstruksi predikatif yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat tunggal atau kalimat sempurna, dan merupakan bagian fungsi sintaksis klausa
bebas Sibarani, 1997:49. Contoh : 1. Dia terjatuh di lantai
2. ketika kami sedang bermain Klausa 1 merupakan klausa bebas karena dapat berdiri sendiri,
sedangkan klausa 2 merupakan klausa terikat yang tidak bisa berdiri sendiri karena terikat klausa yang lainnya. Klausa terikat biasanya dapat dikenali dengan
konjungsi subordinatif di depannya.
2.2.4 Frasa