Struktur Dan Pemarkah Kalimat Imperatif Dalam Lirik Lagu Ebiet G Ade Tahun 1980-An (Kajian Sintaksis)

(1)

STRUKTUR DAN PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF

DALAM LIRIK LAGU EBIET G ADE TAHUN 1980-AN

(KAJIAN SINTAKSIS)

SKRIPSI

OLEH

IRMA SOFIANA SINAGA

070701005

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

STRUKTUR DAN PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF DALAM LIRIK LAGU EBIET G ADE TAHUN 1980-AN

(KAJIAN SINTAKSIS) OLEH:

IRMA SOFIANA SINAGA 070701005

Skrpisi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu budaya dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Dardanila, M.Hum. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. NIP. 196103311987022001 NIP.19660251986011002

Departemen Sastra Indonesia Ketua

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP.19620925 1989031017


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, November 2011 Hormat saya,


(4)

STRUKTUR DAN PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF DALAM LIRIK LAGU EBIET G ADE TAHUN 1980-AN

(KAJIAN SINTAKSIS)

OLEH:

IRMA SOFIANA SINAGA

ABSTRAK

Penelitian ini membahas Struktur dan Pemarkah Kalimat Imperatif dalam Lirik Lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an. Masalah yang diteliti yaitu bagaimanakah struktur kalimat imperatif dan bagaimanakah pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak dan metode agih. Teknik yang digunakan adalah teknik catat dan teknik baca markah. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori struktur sintaksis, kalimat imperatif, lirik lagu, kalimat, klausa, frasa dan kata. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa struktur kalimat imperatif memiliki 36 konstruksi kalimat dan pemarkah kalimat imperatif dapat diklasifikasikan sebagai perintah, perintah negatif, kehendak, permohonan, perizinan, ajakan, pembiaran dan permintaan.


(5)

PRAKATA

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur kepada Bapa di surga atas karunia-Nya yang senantiasa menyertai, memelihara dan menguatkan penulis di dalam penulisan skripsi ini darai awal hingga akhir sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya. Segala bimbingan-Nya dan berkat-Nya telah menuntun penulis untuk menghadapi segala masalah dalam menyelesaikan masa studi di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi ini adalah “Struktur dan Pemarkah Kalimat Imperatif dalam Lirik Lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an ( Kajian Sintaksis)”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik berupa dukungan, perhatian, bimbingan, nasihat, dan juga doa. Untuk itu,penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.Sp. sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU dan sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan


(6)

kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia USU.

4. Ibu Dra. Dardanila, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak dan sabar memberikan bimbingan serta dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Kepada Tika yang telah banyak memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan segala urusan administrasi di Departemen Sastra Indonesia.

8. Teristimewa kepada ayahanda dan ibunda tercinta, bapak M. Sinaga dan ibu N. br. Galingging yang dengan penuh kasih membesarkan, melindungi, mendukung dan senantiasa mendoakan penulis di dalam menjalani hidup, terutama di dalam menjalani perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya USU. Penulis yakin bahwa Tuhan telah memakai mereka sebagai alat-Nya untuk mengantarkan penulis menjalani studi di Fakultas Ilmu Budaya USU ini, inilah salah satu hadiah untuk orangtua yang sangat saya hormati dan cintai. Harapan dan impian mereka selama ini terhadap penulis telah terwujud.


(7)

9. Buat kakak tersayang Eva Marlina Sinaga dan adik-adikku terkasih Leo Sandiko Sinaga dan Indah Maya Sari Sinaga, terimakasih karena selama ini telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Seseorang yang sangat spesial dan selalu mengingatkan penulis untuk selalu semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu Candra Bakti Nainggolan. Terimakasih buat perhatian dan dukungannya dan terimakasih sudah menjadi motivator buat penulis.

11.Kepada sanak saudara penulis, khususnya ompung br. Naibaho, ompung br. Sitohang dan ibu br. Pasaribu, terimakasih atas doa dan semangatnya. 12.Kakak dan abang stambuk 05 dan 06, terkhusus kak Nelly Serevina

Sitohang, terimakasih atas motifasinya.

13.Sahabat-sahabat seperjuangan stambuk 07 dalam menyelesaikan skripsinya masing-masing yang sangat membantu penulis, khususnya Mustika Sari dan Yuningsih serta sahabat-sahabat yang telah meninggalkan penulis di kampus tercinta dan lebih dahulu mendapat gelar sarjana yaitu Novelina Nainggolan S.S, Asmira Rahma Sari Lubis S.S, dan Lisa Prastika S.hum terimakasih sudah menjadi sahabat yang baik buat penulis.

14.Semua teman-teman kost khususnya kak Desy Nababan, Agnez Manik, Yoe, Juita Gabe, Ayaki Manik, Roma Manurung, Yenika Rajagukguk, Mariva Simamora, Nela Silalahi, Irmawati serta teman sepermainan Eslina Sinaga dan Boy Manalu, terimakasih sudah menjadi teman yang baik.


(8)

Akhir kata, penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan tulisan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk memperkaya isi skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai struktur dan pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu.

Medan, November 2011 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Struktur Sintaksis ... 7

2.1.2 Pemarkah ... 7

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Sintaksis ... 8

2.2.2 Kalimat ... 8

2.2.3 Klausa ... 9

2.2.4 Frasa ... 10


(10)

2.2.6 Kalimat Imperatif ... 14

2.2.7 Lirik Lagu ... 15

2.3 Tinjauan Pustaka ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Sumber Data ... 17

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data ... 18

BAB IV ANALISIS STRUKTUR DAN PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF LIRIK LAGU EBIET G ADE TAHUN 1980-AN (KAJIAN SINTAKSIS ... 21

4.1 Struktur Kalimat Imperatif Lirik Lagu Ebiet G Ade Tahun 1980-an .... 21

4.1.1 Berupa Frasa ... 21

4.1.2 Berupa Klausa ... 22

4.1.2.1 Klausa yang Diawali dengan Verba ... 22

4.1.2.2 Klausa yang Diawali dengan Adjektiva dan Adverbia ... 37

4.1.2.3 Klausa yang Diawali dengan Nomina (FN)... 39

4.1.2.4 Klausa yang Diawali dengan kata Mari ... 43

4.2 Pemarkah Kalimat Imperatif Lirik Lagu Ebiet G Ade Tahun 1980-an . 46 4.2.1 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Perintah ... 47

4.2.2 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Perintah Negatif ... 53

4.2.3 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Kehendak ... 54

4.2.4 Pemarkah Kalimat imperatif Klasifikasi Permohonan ... 54

4.2.5 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Perizinan ... 55 4.2.6 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Ajakan, Pembiaran


(11)

dan Permintaan. ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN


(12)

STRUKTUR DAN PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF DALAM LIRIK LAGU EBIET G ADE TAHUN 1980-AN

(KAJIAN SINTAKSIS)

OLEH:

IRMA SOFIANA SINAGA

ABSTRAK

Penelitian ini membahas Struktur dan Pemarkah Kalimat Imperatif dalam Lirik Lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an. Masalah yang diteliti yaitu bagaimanakah struktur kalimat imperatif dan bagaimanakah pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak dan metode agih. Teknik yang digunakan adalah teknik catat dan teknik baca markah. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori struktur sintaksis, kalimat imperatif, lirik lagu, kalimat, klausa, frasa dan kata. Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa struktur kalimat imperatif memiliki 36 konstruksi kalimat dan pemarkah kalimat imperatif dapat diklasifikasikan sebagai perintah, perintah negatif, kehendak, permohonan, perizinan, ajakan, pembiaran dan permintaan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata bahasa. Verhaar (2001:161) secara singkat menyatakan kalimat adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan. Dalam gambaran bunyi bahasa yang berupa tulisan, biasanya pada akhir kalimat dilambangkan dengan tanda titik atau dengan tanda akhir lain yang sesuai, misalnya tanda seru atau tanda tanya.

Menurut fungsinya, kalimat dapat dirinci menjadi kalimat imperatif, kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat eksklamatif. Semua jenis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Tiap-tiap kalimat yang berada dalam klasifikasi tersebut memiliki konstruksi khusus yang menjadi ciri formalnya.

Kalimat deklaratif atau dikenal dengan nama kalimat berita, dalam ragam tulis diakhiri dengan tanda titik, sedangkan dalam ragam lisan, intonasi suara berakhir dengan nada turun. Kalimat tersebut umumnya memiliki paling sedikit dua unsur, yaitu S dan P. Kalimat deklaratif biasanya digunakan pembicara/ penulis untuk memberikan pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya (Mulyani, 2004:1). Contoh kalimat berita : (1) Anak


(14)

yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya. (2) Menyerah kepada takdir bukan berarti menyerah untuk kalah karena sesungguhnya manusia ditakdirkan untuk menang.

Kalimat interogatif yang dikenal dengan nama kalimat tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya, seperti apa, siapa, kapan, di mana dan bagaimana dengan atau tanpa partikel –kah sebagai penegas (Mulyani, 2004:1). Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki intonasi yang berbeda dengan intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi kalimat tanya bernada akhir naik (Ramlan, 1995:33). Contoh kalimat interogatif : (1) Siapa menurut Anda yang akan lulus? (2) Bagaimana kiat menjadi seorang pengusaha sukses?

Kalimat eksklamatif atau kalimat seru, secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, atau bukan main pada kalimat berpredikat adjektival. Kalimat eksklamatif isinya menyatakan perasaan kagum dan heran (Mulyani, 2004:1). Contoh kalimat eksklamatif : (1) Alangkah indahnya pemandangan ini! (2) Bukan main merdu sekali suara penyanyi jalanan itu!

Kalimat imperatif atau kalimat perintah secara formal memakai partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan, dan larangan yang mengandung maksud atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si penutur. Ciri lain kalimat imperatif dapat diawali kata seperti tolong, coba, mari, silahkan dan biar (Mulyani, 2004:2). Contoh kalimat imperatif: (1) Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau


(15)

menjadi bijak di masa depan. (2) Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan.

Pada penelitian ini, objek yang dipakai peneliti dari kumpulan lirik lagu Ebiet G Ade. Beliau dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu yang telah melegenda. Peneliti tertarik untuk meneliti struktur dan pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade pada tahun 1980-an, karena dalam karyanya Ebiet menggunakan kata-kata yang unik yang memiliki gaya bahasa. Sebagian besar lirik lagu tersebut memiliki kalimat imperatif dengan kadar suruhan yang tinggi dan dikemas dalam bentuk yang cukup menarik, yaitu melalui seruan, permohonan, permintaan, pengharapan, peringatan, ajakan, dan sebagainya.

Sebagai contoh, berikut akan saya kutip beberapa lirik yang menyiratkan kalimat imperatif.

Harumkan jiwa cinta kita

Dengar aku yang bernyanyi, pasti bagi kamu

Ikrarkan kita tak lagi bertengkar

Pegang erat tanganku dan jangan lepaskan

Ikatkan benang kasih sayang

Nampaknya mendung segera lewat, matahari bersinar Semuanya telah dirancang untuk menyambut kita

Tersenyumlah, mari tersenyum

(Nyanyian Cinta Satu Ketika, 1982)

Struktur kalimat lirik lagu tersebut menyiratkan ragam kalimat imperatif. Dalam penggalan lirik lagu tersebut tampak struktur kalimat yang imperatif pada


(16)

verba harumkan, dengar, ikrarkan, pegang, ikatkan, dan tersenyumlah. Sedangkan kata jangan sebagai adverbia dan kata mari sebagai partikel.

Penelitian mengenai kalimat imperatif sudah banyak dilakukan oleh para linguis dan peneliti bahasa. Namun, sepengetahuan peneliti, penelitian tersebut belum ada yang meneliti mengenai struktur dan pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian mengenai kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade, yaitu dari segi struktur dan pemarkahnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka pokok masalah yang akan dibahas adalah :

1. Bagaimanakah struktur kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an?

2. Bagaimanakah pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an?

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah merupakan uraian terhadap suatu masalah yang akan diteliti seorang peneliti, sehingga penelitian yang dilakukan dapat efektif dan efisien. Peneliti menyadari bahwa kemampuan peneliti dalam pengumpulan dan menganalisis data sangat terbatas. Oleh karena itu, peneliti membatasi objek penelitian ini hanya dari struktur dan pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu


(17)

Ebiet G Ade pada tahun 1980-an dan yang diteliti hanya sepuluh judul lirik lagu saja yang diperoleh dari situs internet.

Kesepuluh judul lirik lagu tersebut yaitu:

1. Doa Sepasang Petani Muda ( Album Camelia 4 Tahun 1980) 2. Untuk Kita Renungkan (Album Tokoh-tokoh Tahun 1982) 3. Tentang Seorang Sahabat (Album Tokoh-tokoh Tahun 1982) 4. Seruling Malam (Album Tokoh-tokoh Tahun 1982)

5. Kado Kecil Buat Istri (Album Langkah Berikutnya Tahun 1982)

6. Biduk Telah Sarat Dan Kutambatkan (Album Langkah Berikutnya Tahun 1982)

7. Catatan Seorang Penyair (Album 1984 Tahun 1984) 8. Konserto Doa (Album 1984 Tahun 1984)

9. Hemat Cintamu (Album Isyu Tahun 1986)

10.Ketegaran Hati Seorang Pengemis Dan Anaknya (Album Menjaring Matahari Tahun 1987)

Kesepuluh judul lagu yang dipilih adalah lagu yang mengandung kalimat imperatif.


(18)

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Menjelaskan struktur kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980 -an.

2. Menjelaskan pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilaksanakan akan memberikan manfaat. Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang struktur dan pemarkah kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade.

2. Menambah sumber bacaan, memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai perbandingan kepada peneliti-peneliti lainnya yang ingin menganalisis mengenai struktur dan pemarkah kalimat imperatif. 3. Memberikan sumbangan pikiran untuk pengajaran sintaksis bahasa


(19)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut (Kridalaksana, 2001:117).

2.1.1 Struktur Sintaksis

Struktur adalah subsistem bahasa tempat unsur-unsur kalimat dan hubungannya secara horizontal yang dianalisis dalam sintaksis. Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis (http://nona-pebrina.blogspot.com/2010/05/pengertian-kalimat-struktur-kalimat.html).

2.1.2 Pemarkah

Secara etimologi, kata “pemarkah” adalah bentuk serapan dalam bahasa Inggris marker ‘penanda’. Kata marker ini selanjutnya mengalami penyesuaian pelafalan dalam bahasa Indonesia menjadi ‘markah’ (www.e-li.org/main/pdf/pdf_456.pdf).


(20)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sintaksis

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tatein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi berarti : menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis (Chaer, 2007:206).

Istilah sintaksis (Belanda, syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2001:18).

2.2.2 Kalimat

Verhaar (2001:161) secara singkat menyatakan kalimat adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan.

Menurut Kridalaksana (2001:92) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri; mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.

Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula tanda baca seperti koma, titik dua, tanda pisah, dan


(21)

spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya dan tanda seru melambangkan kesenyapan.

Pengkajian kalimat dapat meliputi tiga hal, yaitu:

a) Fungsi sintaksis yang meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

b) Kategori sintaksis yang terdiri antara lain verba, nomina, adjektiva, adverbia, dan numeralia.

c) Peran sintaksis, yang erat kaitannya dengan makna seperti agent (pelaku), benafactive (penerima), objektive (sasaran), instrument (alat) serta locative (lokasi) Ricahrds (dalam Mulyani, 2004:14).

Penelitian kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an ini pengkajian data hanya meliputi fungsi dan kategori sintaksis saja.

2.2.3 Klausa

Menurut Kridalaksana (2001:110) klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangya terdiri dari subyek dan predikat, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.

Klausa belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Intonasi atau tanda baca itulah yang membedakan klausa dengan kalimat. Kalimat juga mengandung unsur paling sedikit subjek dan predikat, tetapi telah dibubuhi intonasi atau tanda baca tertentu (Mulyani, 2004:14).

Contoh : a. Ibu memasak nasi b. Ibu memasak nasi.


(22)

Kalimat (a) yang dilafalkan tanpa intonasi dan tidak ditandai tanda baca adalah sebuah klausa, sedangkan kalimat (b) apabila diucapkan dengan intonasi naik, lalu turun pada kata nasi, terbentuklah kalimat yang merupakan pernyataan berita dengan ditandai tanda baca akhir titik (.).

Berdasarkan kedudukannya dalam kalimat, sebuah klausa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah konstruksi predikatif yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat tunggal atau kalimat sempurna dengan penambahan intonasi akhir. Klausa terikat adalah konstruksi predikatif yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat tunggal atau kalimat sempurna, dan merupakan bagian fungsi sintaksis klausa bebas (Sibarani, 1997:49).

Contoh : 1. Dia terjatuh di lantai

2. ketika kami sedang bermain

Klausa (1) merupakan klausa bebas karena dapat berdiri sendiri, sedangkan klausa (2) merupakan klausa terikat yang tidak bisa berdiri sendiri karena terikat klausa yang lainnya. Klausa terikat biasanya dapat dikenali dengan konjungsi subordinatif di depannya.

2.2.4 Frasa

Kridalaksana (2001:59) menyatakan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang; misalnya, gunung tinggi adalah frasa karena merupakan konstruksi nonpredikatif; konstruksi ini berbeda dengan gunung itu tinggi yang bukan frase karena bersifat predikatif.


(23)

Berdasarkan kelas unsur intinya, frasa dapat dibedakan atas frasa benda, frasa kerja, frasa adjektif, dan sebagainya. Frasa benda adalah frasa yang intinya kata benda, frasa kerja adalah frasa yang intinya kata kerja, dan frasa adjektif adalah frasa yang intinya kata sifat (Soeparno, 2003:82).

Contoh: Frasa Benda : jalan tol orang Yahudi teknologi canggih Frasa Kerja : akan merayu

telah berprestasi hampir berangkat Frasa Adjektif: sangat genit

agak lesu terlalu merah

2.2.5 Kata

Kridalaksana (2001:98) mendefinisikan kata sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Kata juga merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya, batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang dan mengikuti).

Dalam penelitian ini, kata akan dilihat sebagai unsur sintaksis yang dapat berdiri sendiri, baik sebagai fungsi dalam kalimat maupun kata yang merupakan kalimat itu sendiri, misalnya Berhenti!

Quik, et al (dalam Mulyani, 2004:17) secara singkat membagi kelompok kata menjadi dua bagian, yaitu bersifat terbuka dan tertutup. Kata yang bersifat terbuka adalah kata yang bisa berdiri sendiri dan yang luas pemakaiannya,


(24)

misalnya verba, nomina, adjektiva, dan adverbia, sedangkan kata yang bersifat tertutup adalah kata yang tidak bisa berdiri sendiri, seperti artikel, preposisi, dan pronomina.

a. Verba

Djajasudarma (dalam Mulyani, 2004:17) membahas verba dari kategori struktur, verba dibagi menjadi verba aktif dan pasif; dari kategori fungsi sintaksis: verba transitif dan verba intransitif.

Verba aktif adalah verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku atau penanggap, sedangkan verba pasif adalah verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran atau hasil. Verba transitif adalah verba yang bisa mempunyai atau harus mendampingi obyek dan verba intransitif adalah verba yang menghindarkan obyek (Kridalaksana, 2001:226-228). Berkaitan dengan penelitian ini, kata yang bersifat imperatif yang berkategori verba, pemunculannya dapat dilihat dari segi struktur.

b. Nomina

Nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subyek atau obyek dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda atau hal lain yang dibendakan dalam alam di luar bahasa; kelas ini dalam Bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak; dalam Bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinannya dengan sufiks jamak; misalnya, rumah adalah nomina karena tidak rumah adalah tidak mungkin; book dalam


(25)

Bahasa Inggris adalah nomina karena books adalah mungkin (Kridalaksana, 2001:145-146).

Dalam kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an, kemunculan nomina akan dilihat dari segi unsur yang berdiri sendiri atau bergabung dengan partikel -lah, dan sufiks –kan yang berfungsi sebagai pembentuk imperatif.

c. Adverbia

Adverbia adalah kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat, misalnya sangat, lebih, tidak (KBBI, 2007:10). Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva atau adverbia lain.

Contoh:

a) Ia sangat mencintai istrinya.

b) Wati selalu sedih mendengar cerita itu.

Dalam tataran klausa, adverbia menjelaskan fungsi-sungsi sintaksis. Pada umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Fungsi sebagai pewatas predikat ini bukan satu-satunya ciri adverbia karena adverbia juga dapat menerangkan kata atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Contoh: a) Guru saja tidak dapat menjawab pertanyaan itu. b) Saya suka menari hanya di ruangan ini.

(http://kd.sumedang.upi.edu/index.php?option=com_content&view=article&id=2 91:tbbbi-adverbia&catid=61:kapita-selekta-bahasa-indonesia&Itemid=75).


(26)

d. Preposisi

Preprosisi adalah kata yang biasa terdapat di depan nomina (KBBI, 2007:894). Dalam bahasa Indonesia preposisi dapat mempunyai peran sebagai penanda berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi itu dan konstituen di belakangnya, misalnya:

1. penanda hubungan tempat seperti di, ke, dari, hingga

2. penanda hubungan peruntukan seperti bagi, untuk, buat, guna

3. penanda hubungan ihwal waktu seperti pada, sampai, sejak, semenjak 4. penanda hubungan ihwal peristiwa seperti tentang, mengenai (Mulyani,

2004:20).

2.2.6 Kalimat Imperatif

Rahardi (2005:79) mengungkapkan kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sebagaimana diinginkan si penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Predikat (P) biasanya verba yang menyatakan perbuatan dan verbanya umumnya tidak mendapat awalan me-N.

Ciri lain kalimat imperatif dapat diawali kata seperti tolong, coba, mari, silahkan, dan biar (Mulyani, 2004:2). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya. Kalimat imperatif dibedakan berdasarkan nilai komunikatif dalam bahasa


(27)

Indonesia menjadi lima macam, yakni (1) Kalimat imperatif biasa, (2) Kalimat imperatif permintaan, (3) Kalimat imperatif pemberian izin, (4) Kalimat imperatif ajakan, (5) Kalimat imperatif suruhan (Rahardi, 2005:79-83).

2.2.7 Lirik Lagu

Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang dalam alam batinnya. Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi selanjutnya difasilitasi melalui bahasa yang memberikan kesan dan suasana emotif tertentu untuk mempengaruhi perasaan/pikiran penikmat puisi.

Pada perkembangan puisi, bahasa puisi diapresiasikan oleh sarana kesenian, salah satunya adalah lirik lagu dalam seni musik. Seni musik yang awalnya merupakan kegiatan mengolah nada dan irama untuk menghasilkan komposisi suara yang harmonis memerlukan media bahasa untuk menyampaikan ide dan gagasan. Maka hal inilah yang melatari kehadiran lirik dalam suatu lagu (www.pdfcari.com/analisis-gaya-bahasa).

Bahasa lirik lagu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan bahasa puisi. Definisi lirik lagu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:678) adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi. Bentuk curahan perasaan tersebut diwujudkan dalam bunyi dan kata.

2.3 Tinjauan Pustaka

Sebuah karya ilmiah membutuhkan referensi atau acuan yang menopang proyek yang dikerjakannya. Ada sejumlah sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini, adapun sumber tersebut sebagai berikut:


(28)

Keraf (1991) dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia menjelaskan kalimat perintah dalam bahasa Indonesia di dalam karya ketatabahasaannya. Beliau mendefinisikan kalimat imperatif atau perintah sebagai kalimat yang mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan sesuatu, seperti yang diinginkan oleh orang yang memerintahkan itu.

Rahardi (2005) dalam bukunya yang berjudul Kesantunan Imperatif Dalam Bahasa Indonesia yang membicarakan kalimat imperatif. Beliau mengatakan bahwa kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan si penutur.

Sibarani (1997) dalam bukunya yang berjudul Sintaksis Bahasa Batak Toba yang membicarakan mengenai tata kalimat dan kalimat imperatif. Kalimat imperatif adalah kalimat yang memerintahkan sesuatu dengan mengharapkan tanggapan berupa tindakan.

Lasmaina Simarmata (2009) dalam skripsinya yang berjudul Kesantunan Imperatif Dalam Bahasa Simalungun yang membicarakan kesantunan nilai komunikatif imperatif dalam bahasa Simalungun dan kesantunan wujud imperatif dalam bahasa Simalungun.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Menurut KBBI (2007:1102) sumber adalah asal. Sedangkan data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (KBBI, 2007:239). Jadi, sumber data adalah asal dari mana keterangan di dapat yang kemudian dijadikan untuk dasar kajian penelitian.

Data yang terkumpul haruslah data lingual yang sahih (valid) dan sekaligus terandal atau terpercaya (reliable), karena hanya dengan kesahihan dan keterandalan itu dimungkinkan dilakukan langkah awal analisis yang diharapkan benar dan tepat (Sudaryanto, 1990:33-34).

Data yang digunakan dalam penelitian ini data tulis berupa kalimat dalam bentuk tulisan pada lirik lagu Ebiet G Ade. Data-data yang diperoleh berasal dari bahasa tertulis. Pada bahasa tertulis, peneliti mengumpulkan data dengan menentukan lirik lagu pada tahun 1980-an.

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Menurut KBBI (2007:740) metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9).


(30)

Data yang digunakan dalam penelitian ini data tulisan lirik lagu Ebiet G Ade yang diambil dari situs internet. Oleh karena itu, metode simak dianggap relevan dalam penelitian ini. Disebut metode simak karena metode tersebut berupa penyimakan, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Dalam hal ini, peneliti menyimak kalimat-kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade yang diambil dari situs internet.

Untuk mengembangkan metode simak, digunakanlah teknik sadap sebagai teknik dasar. Dikatakan teknik sadap karena peneliti secara langsung membaca kalimat-kalimat imperatif dalam lirik lagu tersebut untuk mempelajari atau memeriksa kalimat imperatif di dalamnya. Selanjutnya, digunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Dalam teknik catat, peneliti mencatat data dari kumpulan lirik lagu Ebiet G Ade yang diperoleh dari situs internet. Data tersebut adalah data yang sudah dipilih.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam pengkajian struktur dan pemarkah kalimat imperatif tersebut dianalisis dengan menggunakan metode agih. Menurut Sudaryanto (1993:15) metode agih adalah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Penggunaan metode agih dilakukan dengan menggunakan alat penentu berupa bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri.


(31)

Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca markah. Disebut demikian karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis ini adalah baca markah. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah pemarkah itu (baik secara sintaksis, morfologis, ataupun dengan cara yang lain) menunjukkan suatu kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu; dan kemampuan pembaca membaca pemarkah itu (marker) berarti kemampuan melakukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 1993:95). Dalam menganalisis data, peneliti mencari kata-kata apa saja yang termasuk ke dalam kalimat imperatif.

Contoh :

1. a. Harumkan jiwa cinta kita b. Dengar aku yang bernyanyi, pasti bagi kamu c. Ikrarkan kita tak lagi bertengkar

d. Pegang erat tanganku dan janganlepaskan

(Nyanyian Cinta Satu Ketika, 1982)

Konstruksi kalimat pada lirik lagu dengan contoh klausa tersebut terdiri atas verba yang didampingi nomina, pronomina dan adjektiva. Fungsi-fungsi sintaksis pada klausa tersebut adalah verba harumkan, dengar, ikrarkan dan pegang dalam klausa berfungsi sebagai predikat, sedangkan kata jiwa cinta kita dan erat tanganku dan jangan lepaskan berfungsi sebagai objek. Pada contoh (b dan c) menyiratkan jenis kalimat inversi, yaitu fungsi predikat mendahului subjek (pola P-S). dikatakan berpola P-S karena dalam klausa tersebut kata aku dan kita urutannya berada sesudah predikat.


(32)

2. Ada yang ingin aku titipkan Sebelum aku pergi jauh

Istri dan anakku tak bersalah, jangan dilibatkan

Biarlah aku tanggung sendiri

(Aku Pasrah Kepada Kebenaran, 1988).

Dapat kita lihat dalam penggalan lagu tersebut memiliki makna imperatif, yaitu kata ingin, jangan dan biarlah. Imperatif ingin berfungsi sebagai pemarkah hendak. Imperatif jangan berfungsi sebagai pemarkah perintah biasa yang bersifat larangan yang disampaikan cukup sopan. Dan partikel -lah pada kata biar berfungsi untuk merendahkan atau menghaluskan kadar perintah dan termasuk ke dalam klasifikasi imperatif pemberian izin.


(33)

BAB IV

ANALISIS STRUKTUR DAN PEMARKAH KALIMAT IMPERATIF LIRIK LAGU EBIET G ADE TAHUN 1980-ANKAJIAN SINTAKSIS

4.1 Struktur Kalimat Imperatif Lirik Lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an 4.1.1 Berupa Frasa

Struktur kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an terdapat dalam lirik lagu dengan konstruksi kalimat terdiri dari dua kata atau berupa frasa. Konstruksi kalimat yang berupa frasa tersebut dalam data terdapat konstruksi kalimat imperatif hanya berupa frasa verba.

Konstruksi Imperatif berupa Frasa Verba

Konstruksi kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa frasa dalam data terdapat frasa verba, seperti tampak dalam data berikut:

1. usah menangis 2. simpan di langit

(Doa Sepasang Petani Muda, Album Camelia 4,1980) 3. taburkan senyuman (Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Ketiga contoh frasa di atas menempati fungsi predikat, sedangkan subjeknya tidak dieksplisitkan. Pada contoh (1) adalah frasa verba dengan verba aktif menangis, sedangkan kata usah merupakan pemarkah imperatif negatif. Frasa verba usah menangis termasuk jenis verba intransitif. Pada contoh (2) inti verbanya adalah simpan yang mengandung makna perbuatan, sedangkan di langit merupakan keterangan tempat.


(34)

Kemudian pada klausa(3) intinya adalah verba taburkan, sedangkan senyuman berfungsi sebagai pewatas. Kata senyuman merupakan objek bagi kata taburkan.

4.1.2 Berupa Klausa

Struktur kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an, selain terdapat konstruksi berupa frase, juga terdapat konstruksi kalimat berupa klausa. Konstruksi kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an berdasarkan data didominasi struktur kalimat yang berupa klausa. Klausa yang membentuk kalimat imperatif tersebut cukup beragam bentuknya yang terdiri atas satuan sintaksis yang berupa kata dengan kata lain. Konstruksi kalimat imperatif yang berupa klausa tersebut adalah sebagai berikut:

4.1.2.1 Klausa yang Diawali dengan Verba

Konstruksi kalimat imperatif yang berupa klausa memiliki tujuh bentuk yang dijelaskan pada bagian ini.

1) Verba dasar 2) V (-kan) 3) V (kan-lah) 4) V (-lah) 5) V (ber-lah) 6) V(me-lah) 7) V (i)

Struktur kalimat imperatif yang berupa kalausa yang diawali dengan verba tersebut akan diuraikan secara rinci sebagai berikut:


(35)

1) Verba dasar

Konstruksi kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa yang diawali oleh verba dasar dan didampingi oleh kategori lain dalam data, terdapat lima struktur, yaitu:

a. V dasar + N (FN) b. V dasar + V + FN c. V dasar + V (-lah) + N d. V dasar + N + V (-lah) e. V dasar + Adv

Kelima bentuk struktur tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. V dasar + N (FN)

1. dengar suara angin berdesau semilir 2. lihat pucuk-pucuk daunan melambai 3. dengar derap langkah serentak terhenti

(Biduk Telah Sarat dan Kutambatkan, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Konstruksi pada lirik lagu bagian (a) dengan contoh klausa (1,2 dan 3) tersebut terdiri atas verba dasar yang didampingi frasa nomina (FN). Kategori verba dasar pada klausa tersebut yaitu dengar dan lihat pada klausa (1-3) menduduki fungsi sebagai predikat. Sedangkan kata yang mengikutinya yaitu suara angin berdesau semilir, pucuk-pucuk daunan melambai, dan derap langkah serentak terhenti berfungsi sebagai objek.

Verba dasar yang berfungsi sebagai predikat yang tidak dilekati dengan partikel –lah dapat ditafsirkan sebagai ciri sintaksis yang bisa menentukan jenis


(36)

kalimat imperatif. Dan apabila dilihat dari jenis verbanya, ketiga verba dalam kalimat imperatif yang berupa klausa merupakan verba transitif yang ditandai oleh hadirnya objek yang berupa frasa nomina (FN).

b. V dasar + V + FN

4. coba basuh wajah dan jiwamu

( Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Struktur kalimat imperatif pada contoh tersebut menggunakkan konstruksi kalimat aktif yang dibentuk dari dua verba, yaitu verba didampingi verba seperti tampak pada contoh klausa (4).

Ciri-ciri sintaksis pada kalimat imperatif yang berupa klausa pada contoh (4) selain menggunakan konstruksi kalimat aktif, juga adanya verba coba dan basuh yang mengandung makna perintah. Kata coba dan basuh berfungsi sebagai predikat, sedangkan wajah dan jiwamu berfungsi sebagai objek.

Kategori kata yang membentuk konstruksi kalimat imperatif yang berupa klausa pada data (4), verba pertama adalah verba dasar coba diikuti verba dasar basuh dan kata wajah dan jiwamu berkategori frase nomina.

c. V dasar + V (-lah) + N

5. Tolong, sambutlah persembahan ini

(Biduk Telah Sarat dan Kutambatkan, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Kalimat imperatif yang berupa klausa pada lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an terdapat klausa dengan struktur V dasar + V (-lah) + N. Kategori verba pada kata tolong dan sambutlah dalam klausa (5) tersebut dapat berfungsi sebagai


(37)

predikat. Verba sambutlah mengandung makna inheren perbuatan, sedangkan kategori nomina yang mendampingi verba sambutlah berfungsi sebagai objek.

d. V dasar + N + V (-lah) 6. Dekap aku, dekaplah

(Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Kalimat imperatif yang berupa klausa yang diawali dengan V dasar yang berstruktur V dasar + N + V (-lah) seperti tampak pada klausa (6). Kata dekap yang mengawali klausa tersebut berkategori verba dasar dan pada akhir klausa tersebut, verba dasar itu dilekati oleh partikel –lah menjadi dekaplah. Partikel – lah pada kata dekaplah secara sintaksis merupakan ciri yang dapat menyatakan bahwa klausa tersebut adalah klausa imperatif.

Jika dilihat dari fungsinya, dekap dan dekaplah dalam klausa berfungsi sebagai predikat. Konstituen yang ada setelah verba dasar yaitu aku yang berkategori nomina berfungsi sebagai objek.

e. V dasar + Adv

7. Salin dengan cerita indah

( Catatan Seorang Penyair, Album 1984,1984)

Kalimat imperatif yang berupa klausa yang diawali dengan verba dasar berstruktur V dasar + Adv seperti tampak pada klausa (7) di atas. Berdasarkan kategorinya, kata salin yang mengawali klausa tersebut berkategori verba dasar dan kata yang mengikutinya yaitu dengan cerita indah berkategori adverbia cara.

Kemudian berdasarkan fungsi sintaksisnya, kata salin yang berupa verba dasar tersebut berfungsi sebagai predikat dan kata dengan cerita indah tersebut berfungsi sebagai keterangan.


(38)

2) V (-kan)

Struktur kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa yang diawali verba (-kan) adalah sebagai berikut:

a) V (-kan) + FN b) V (-kan) + Adj

c) V (-kan) + V + Konjungsi + N

Ketiga kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade yang berupa klausa tersebut akan diuraikan berikut ini.

a) V (-kan) + FN

1. Singkirkan debu yang masih melekat ( Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982)

2. Berikan kebebasan untuk memilih tambatan hati ( Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982)

3. Endapkan hasrat dalam dada ( Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

4. Teguhkan bibirku sebut namaMu ( Biduk Telah Sarat dan Kutambatkan, Album Langkah Berikutnya, 1982)

5. Leburkan jiwa raga kita kemudian berikrar ( Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)

6. Biarkan asmara tumbuh wajar ( Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Kalimat imperatif yang berupa klausa dengan struktur V (-kan) + FN dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an cukup banyak ditemukan. Adanya sufiks –kan yang melekat pada verba dalam kalusa (1-6) tersebut menjadi ciri pembentuk kalimat imperatif. Hal tersebut dapat diketahui dari bentuk kata seperti


(39)

singkirkan, berikan, endapkan, teguhkan, leburkan dan biarkan dalam lirik lagu tersebut apabila tidak dilekati sufiks –kan bukanlah bentuk imperatif.

Apabila dilihat dari fungsi sintaksisnya, kata pertama yang dilekati sufiks –kan pada klausa (1-6) dapat mengisi fungsi predikat. Sementara itu, kata yang mendampingi predikat tersebut seperti debu, kebebasan, hasrat, bibirku, jiwa raga kita dan asmara berfungsi sebagai objek.

Berdasarkan kategori kata yang membentuk klausa (1-6) adalah verba (kan) seperti pada kata singkirkan, berikan, endapkan, teguhkan, leburkan dan biarkan adalah bentuk verba transitif. Keenam verba tersebut mengandung makna tindakan. Sementara itu, frasa nomina dalam klausa tersebut, inti frasa berupa nomina, yaitu debu, kebebasan, hasrat, bibirku, jiwa raga kita dan asmara, sedangkan kata yang mengikutinya yaitu debu yang masih melekat, untuk memilih tambatan hati, dalam dada, sebut namamu, kemudian berikrar dan tumbuh wajar merupakan atribut bagi nomina.

b) V (-kan) + Adj

7. Sembunyikan duka, lapar, dahaga

(Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya, Album Menjaring Matahari, 1987)

Contoh (7) merupakan struktur kalimat imperatif yang berupa klausa dengan bentuk V (-kan) + Adj. Ciri sintaksis yang terdapat pada contoh tersebut adalah digunakannya verba + sufiks –kan yang dapat berfungsi sebagai pembentuk imperatif. Kategori verba atau V (-kan) dalam data yaitu sembunyikan dapat menduduki fungsi sebagai predikat, dan kata yang mengikutinya yang berkategori adjektiva yaitu duka, lapar, dahaga berfungsi sebagai objek.


(40)

c) V (-kan) + V + Konjungsi + N

8. Bangkitkan hidup dan gairah

(Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa dalam data terdapat klausa dengan struktur V (-kan) + V + N, sebagaimana tampak pada klausa (8). Konstruksi kalimat pada lirik lagu tersebut terdiri atas dua klausa. Dua klausa tersebut sebagai berikut:

9. bangkitkan hidup 10.bangkitkan gairah

Klausa (9 dan 10) digabungkan dengan cara koordinasi sehingga terbentuklah klausa (8). Penggabungan kedua klausa tersebut dihubungkan oleh konjungtor dan. Dan sebagai konjungtor tidak termasuk dalam klausa (9) atau (10).

Berdasarkan fungsi sintaksisnya, klausa (8) yang terdiri atas klausa (9 dan 10) konstituen bangkitkan hidup yang berkategori verba dapat menduduki fungsi sebagai predikat. Kemudian konstituen yang mengikuti verba yaitu dan sebagai konjungtor yang menghubungkan klausa koordinatif dapat berfungsi sebagai koordinator. Sedangkan gairah yang berkategori nomina berfungsi sebagai objek.


(41)

3) V (kan-lah)

Struktur kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa dalam bentuk V (kan-lah) yang diikuti kategori lain, seperti berikut ini:

a) V (kan-lah) + FN b) V (kan-lah) + Adj

c) V (kan-lah) + Konjungsi + Adv

Ketiga struktur kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade yang berupa klausa tersebut akan diuraikan satu persatu melalui contoh kalimat yang terdapat di dalam data.

a) V (kan-lah) + FN

1. Luluskanlah doa kami bersama (Konserto Doa, Album 1984, 1984)

Kalimat imperatif yang berupa klausa dengan bentuk V (kan-lah) + N dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an hanya satu contoh yang ditemukan. Pada contoh kalimat imperatif yang berupa klausa sebagaimana tampak pada klausa (1), ciri sintaksis yang memarkahi klausa adalah dilekatkannya sufiks –kan dan partikel –lah. Sufiks –kan berfungsi sebagai pembentuk imperatif dan partikel-lah berfungsi untuk menurunkan kadar perintah.

Kata luluskanlah yang berkategori verba dalam bentuk dasar (kan-lah) dalam klausa (1) adalah verba transitif yang menuntut kehadiran objek. Verba (kan-lah) dalam lirik lagu tersebut dapat menduduku fungsi predikat. Sementara itu, kata doa kami bersama yang berkategori frasa nomina berfungsi sebagai objek.


(42)

b) V (kan-lah) + Adj

2. singkirkanlah cemburu, buang tanda tanya

(Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya, 1987)

Contoh (2) di atas berupa klausa yang berstruktur V (kan-lah) + Adj. Dalam klausa tersebut terdapat dua verba yaitu singkirkanlah dan buang. Singkirkanlah dan buang berkategori verba transitif yang berfungsi sebagai predikat. Sedangkan konstituen yang mengikutinya yaitu cemburu dan tanda tanya berkategori adjektiva yang menduduki fungsi objek.

c) V (kan-lah) + Konjungsi + Adv

3. dengarkanlah dan jangan kau hentikan

(Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Kalimat imperatif yang berupa klausa seperti tampak pada klausa (3) berstruktur V (kan-lah) + Partikel + Adverbia. Kategori dan fungsi sintaksis yang menduduki klausa tersebut adalah kata dengarkanlah dan hentikan yang berkategori verba intransitif dan menduduki fungsi predikat yang merupakan tindakan atau perbuatan, jangan berkategori adverbia yang merupakan imperatif larangan, sedangkan kau berkategori nomina yang berfungsi sebagai subjek dan berperan sebagai pelaku.


(43)

4) V (-lah)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa dengan struktur yang diawali dengan V (-lah) dan didampingi kategori lain dalam data sangat beragam. Klausa yang diawali dengan V (-lah) tersebut bentuknya dapat dirinci sebagai berikut:

a) V (-lah) + N + Konjungsi + V (-lah) b) V (-lah) + N + Adj + Fprep

c) V (-lah) + Arkais Pron + N d) V (-lah) + Fprep + Adv

Keempat bentuk struktur yang berupa klausa tersdebut akan diuraikan sebagai berikut:

a) V (-lah) + N + Konjungsi + V (-lah)

1. Peluklah aku dan peluklah ( Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Kata peluklah yang mengawali klausa 1 di atas termasuk ke dalam kategori verba transitif yang mengandung makna tindakan. Dan kata yang mengikutinya yaitu aku berkategori nomina. Sementara itu berdasarkan fungsi sintaksisnya, V (-lah) pada kata peluklah dapat menduduki fungsi sebagai predikat, aku berfungsi sebagai objek, sedangkan dan berfungsi sebagai konjungtor atau penghubung.


(44)

b) V (-lah) + N + Adj + Fprep

2. Simpanlah putik jauh di dalam (Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986) Contoh klausa 2 di atas berstruktur V (-lah) + N + Adj + Fprep. Dan dalam klausa tersebut, kategori verba transitif pada kata simpan yang dilekati partikel -lah dapat menjadi ciri yang memarkahi kalimat imperatif yang mengandung makna tindakan. Kata putik yang mengikuti kata simpanlah tersebut berkategori nomina, jauh berkategori adjektiva, sedangkan di dalam berkategori frasa preposisi.

Berdasarkan fungsi sintaksisnya, simpanlah berfungsi sebagai predikat, putik berfungsi sebagai objek, sedangkan jauh di dalam berfungsi sebagai keterangan tempat.

c) V (-lah) + Arkais Pron + N

3. Lihatlah betapa aku hanya gemetar (Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Struktur V (-lah) + Arkais Pron + N pada contoh di atas merupakan kalimat imperatif berupa klausa. Berdasarkan kategori dan fungsi sintaksisnya, kata lihatlah berkategori verba dan berfungsi sebagai predikat, kata betapa berkategori arkais pronomina, aku berkategori nomina yang berfungsi sebagai objek dan hanya gemetar merupakan keterangan bagi nomina.


(45)

d)V (-lah) + Fprep + Adv

4. Tengoklah ke dalam sebelum bicara

(Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an berupa klausa yang berawal dengan V (-lah) berdasarkan data dapat pula bergabung dengan frasa preposisi dan adverbia sehingga strukturnya terdiri atas V (-lah) + Fprep + Adv. Konstituen tengoklah yang mengawali klausa (4) tersebut berfungsi sebagai predikat, konstituen yang mengikutinya yaitu ke dalam berfungsi sebagai keterangan yang menyatakan tempat, sedangkan sebelum bicara berfungsi sebagai keterangan waktu. Dengan demikian, kalimat imperatif yang berupa klausa tersebut terdiri atas dua konstituen, yaitu predikat dan keterangan.

Berdasarkan kategorinya, kalimat imperatif yang berupa klausa pada contoh (4) konstituen tengoklah berkategori verba dan dalam klausa tersebut termasuk verba intransitif yang mengandung makna tindakan. Kemudian kata yang mendampingi verba dalam lirik lagu tersebut yaitu ke dalam berkategori frasa preposisi dan kata sebelum bicara berkategori adverbia waktu.

5) V (ber-lah)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa yang diawali dengan V (ber-lah) dalam data terdapat dua bentuk, yaitu:

a) V (ber-lah) + Adv + V

b) V (ber-lah) + Konjungsi + V (ber-lah)


(46)

a) V (ber-lah) + Adv + V

1. berhentilah sebelum terlambat 2. berhentilah sebelum terjebak

(Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Konstruksi kalimat imperatif yang berupa klausa pada lirik lagu (1 dan 2) terdiri atas dua konstituen. Konstituen yang pertama yaitu berhentilah, terlambat dan terjebak dapat berfungsi sebagai predikat, sedangkan konstituen kedua yang mendampingi predikat yaitu sebelum berfungsi sebagai keterangan waktu. Dengan demikian, konstruksi kalimat imperatif yang berupa klausa tersebut terdiri atas dua konstituen, yaitu predikat dan keterangan.

Selanjutnya, kalimat imperatif berupa klausa pada lirik lagu (1 dan 2) merupakan kategori V (ber-lah) + Adv + V. V (ber-lah) yaitu berhentilah merupakan verba aktif intransitif. Partikel –lah yang dilekatkan pada verba berhenti dapat menghaluskan kadar perintah yang diinginkan penutur. Verba aktif intransitif dalam klausa tersebut didampingi oleh adverbia waktu, yaitu dengan adanya kata sebelum.

b) V (ber-lah) + Konjungsi + V (ber-lah)

3. Berbahagialah dan bersyukurlah atas kelahiran anak kita (Seruling Malam, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Sesungguhnya klausa (3) di atas terdiri atas dua klausa utama, yaitu dua klausa utama yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur kalimat tersebut. Kedua klausa utama tersebut sebagai berikut:

4. (kau) berbahagialah


(47)

Klausa (4 dan 5) digabungkan dengan cara koordinasi sehingga ter-bentuklah klausa (3). Penggabungan kedua klausa tersebut dihubungkan oleh konjungtor dan, sehingga tiap-tiap klausa kedudukannya setara karena klausa yang satu tidak menjadi bagian klausa yang lain.

Berdasarkan kategori dan fungsi sintaksisnya, klausa (3) yang terdiri atas klausa (4 dan 5) kata berbahagialah dan bersyukurlah yang berkategori verba menduduki fungsi sebagai predikat, atas kelahiran anak kita berkategori frasa nomina yang menduduki fungsi sebagai objek. Sedangkan kata dan sebagai konjungtor yang menghubungkan klausa koordinatif dapat berfungsi sebagai koordinator.

6) V(me-lah)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa yang di awali V (me-lah) dalam data hanya terdapat dalam satu bentuk struktur, yaitu V (me-lah) + Fprep.

1. menyingkirlah dari pusarannya (Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade Tahun 1980-an yang berupa klausa dalam data terdapat klausa dengan konstruksi kalimat aktif yang ditandai oleh prefiks me-N. Konstruksi kalimat imperatif aktif berupa klausa tersebut yaitu konstituen menyingkirlah yang berfungsi sebagai predikat, sedangkan dari pusarannya berfungsi sebagai keterangan tempat.

Konstruksi tersebut dilihat dari kategorinya terdiri atas V (me-lah) + Fprep. Kata menyingkirlah berkategori verba dan berupa verba intransitif.


(48)

Partikel –lah dalam verba tersebut berfungsi sebagai pembentuk imperatif dan menghaluskan kadar perintah. Verba dalam klausa (1) yang mendapat awalan meN- merupakan bentuk yang jarang digunakan oleh Ebiet G Ade dalam karyanya pada tahun 1980-an. Pada umumnya, verba predikat yang aktif intransitif biasanya tidak mendapat awalan meN-. Dengan demikian, verba yang mendapat awalan meN- pun dapat dipergunakan sebagai kalimat imperatif.

7) V (-i)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa dengan struktur yang berawal V (-i) dalam data hanya terdapat dalam satu bentuk, yaitu V (-i) + N (FN).

1. basahi ladang kita yang butuh minum 2. basahi sawah kita yang kekeringan 3. basahi jiwa kita yang putus asa

(Doa Sepasang Petani Muda, Album Camelia 4, 1980)

Konstruksi kalimat imperatif yang berupa klausa (1-3) tersebut terdiri atas dua konstituen, yaitu kata basahi yang berfungsi sebagai predikat, sedangkan kata yang mengikutinya yaitu ladang kita yang butuh minum, sawah kita yang kekeringan dan jiwa kita yang putus asa berfungsi sebagai objek. Jadi, konstruksi kalimat imperatif berupa klausa tersebut terdiri atas predikat-objek.

Kategori yang mengisi fungsi-fungsi itu adalah verba (-i) pada kata basahi yang mengisi fungsi predikat. Basahi sebagai verba imperatif adalah jenis verba imperatif transitif yang berperan sebagai tindakan. Sedangkan kata yang mengikuti verba (-i) yaitu ladang kita yang butuh minum, sawah kita yang


(49)

kekeringan dan jiwa kita yang putus asa berkategori nomina atau frasa nomina yang berperan sebagai sasaran.

4.1.2.2 Klausa yang Diawali dengan Adjektiva dan Adverbia

Dalam data lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an terdapat pula kalimat imperatif berupa klausa dengan struktur yang diawali kategori adjektiva dan adverbia, yaitu pada struktur:

a) Adj (-lah) + V

1. pandai-pandailah memilih

(Konserto Doa, Album 1984, 1984)

Struktur Adj (-lah) + V dalam lirik lagu (1) merupakan kalimat imperatif yang berupa klausa. Adjektiva (-lah) sebagaimana pada lirik lagu tersebut yaitu pandai-pandailah menjelaskan suatu perbuatan harus dilakukan dengan baik dan bijak agar tidak menyesal dikemudian hari. Adjektiva pandai-pandailah tersebut didampingi oleh kategori verba yaitu memilih.

Berdasarkan fungsi sintaksisnya, klausa (1) pandai-pandailah dapat berfungsi sebagai keterangan cara, sedangkan memilih dapat menempati fungsi predikat.

b) Adv (nya) + N

2. hendaknya pertengkaran kecil segera dapat diatasi 3. hendaknya perkawinan ini bukan sekedar cinta kasih

4. hendaknya kita ‘kan berlabuh di pantai yang penuh kembang (Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)


(50)

Kalimat imperatif berupa klausa yang berawal adverbia yang kedua adalah struktur adv(-nya) + N. Adverbia (-nya) pada kata hendakknya hendaknya mengandung makna seharusnya atau mudah-mudahan.

Sesuai dengan kategorinya, kata hendaknya yang mengawali klausa (2-4) tersebut berkategori adverbia dan mengisi fungsi sebagai keterangan yang menjelaskan kata yang mengikutinya. Sementara itu, klausa (2-4) kata yang mengikutu kata hendaknya yaitu pertengkaran kecil, perkawinan ini dan kita berkategori nomina. Meskipun kata tersebut sama-sama berkategori nomina, tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Konstituen pertengkaran kecil dan perkawinan ini menduduki fungsi objek yang berperan sebagai sasaran, sedangkan kita berfungsi sebagai subjek dengan peran pelaku. Dan yang berada setelah kategori nomina pada klausa (2dan3) tersebut yaitu segera dapat diatasi dan bukan sekedar cinta kasih dapat menempati fungsi pelengkap.

Kemudian pada klausa (4) yang mengikuti kategori setelah nomina yaitu kata ‘kan berlabuh berkategori verba yang berfungsi sebagai predikat dengan peran tindakan, sedangkan kata yang mengikutinya yaitu di pantai yang penuh kembang yang berkategori frasa adverbia lokatif yang berfungsi sebagai keterangan tempat.

c) Adv (-lah) + Adj + N

5. segeralah dewasa dalam asuhanku

(Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Struktur kalimat imperatif yang terakhir yang berupa klausa yang diawali adverbia pada lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an berstruktur Adv (-lah) + Adj+ N seperti tampak pada klausa (5) di atas.


(51)

Kata segeralah yang mengawali klausa tersebut berkategori adverbia waktu yang menjelaskan tentang peralihan waktu supaya lawan tutur lekas mencapai kematangan dalam pikiran atau pandangan sebagaimana yang diinginkan sipenutur. Dan jika dikaji berdasarkan fungsi sintaksisnya, kata segeralah berfungsi sebagai predikat, kemudian dewasa dalam asuhanku berfungsi sebagai objek.

4.1.2.3 Klausa yang Diawali dengan Nomina (FN)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berupa klausa dalam data terdapat struktur nomina atau frasa nomina yang diikuti kategori lain. Klausa yang berawal dengan nomina tersebut terdapat tujuh struktur, yaitu:

a) N + V + FN

b) N + Mari + V (-kan) + FN c) N + V (-lah) + FN

d) N + V + V (-lah) e) N + Adv

f) N + Adv + Adj + V g) FN + V (-lah) + Fprep

Di bawah ini akan diuraikansatu persatu ketujuh struktur yang diawali dengan nomina dan frasa nomina tersebut.

a) N + V + FN

1. Ibu biarkan aku jadi lelaki 2. Ibu, izinkan aku jatuh cinta


(52)

(Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982) 3. Istriku, coba bayangkan anak kita yang bakal lahir 4. Istriku, coba redakan tangisnya

(Seruling Malam, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Kalimat imperatif yang berupa klausa dengan bentuk N + V + FN dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an cukup banyak ditemukan. Pada contoh kalimat imperatif yang berupa klausa sebagaimana tampak pada kalimat (1-4), ciri sintaksis yang memarkahi klausa adalah dilekatkannya sufiks –kan pada verbanya yang berfungsi sebagai pembentuk imperatif.

Kata yang berkategori nomina yaitu ibu dan istriku pada klausa (1-4) dalam lirik lagu tersebut dapat menduduki fungsi subjek. Konstituen yang ada setelah subjek adalah biarkan, izinkan, coba bayangkan dan coba redakan dalam klausa tersebut merupakkan verba transitif yang menuntut kehadiran objek. Keempat verba dalam lirik lagu tersebut dapat menduduki fungsi predikat. Sementara itu, fungsi objek dalam lirik lagu tersebut ditempati oleh frasa nomina seperti aku jadi lelaki, aku jatuh cinta yang inti nominanya adalah aku, anak kita yang bakal lahir inti nominanya anak kita dan frasa nomina tangisnya.

b) N + Mari + V (-kan) + FN

5. Istriku, mari renungkan jalan terjal berliku

(Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Kata istriku yang mengawali klausa (5) di atas berkategori nomina dan menduduki fungsi subjek. Kemudian kata mari merupakan pemarkah atau ciri imperatif yang menyatakan ajakan, renungkan berkategori verba transitif dan


(53)

berfungsi sebagai predikat, sedangkan jalan terjal berliku berkategori frasa nomina dengan inti nomina jalan.

c) N + V (-lah) + FN

6. Tuhan bimbinglah anak dan cucuku (Konserto Doa, Album 1984, 1984)

Contoh klausa (6) merupakan kontruksi kalimat imperatif berupa klausa yang terdiri atas tiga konstituen. Tuhan yang berkategori sebagai nomina berfungsi sebagai subjek yang berperan sebagai pelaku. Konstituen bimbinglah berkategori verba berfungsi sebagai predikat, dan FN yang mengikuti verba, yaitu anak dan cucuku dapat mengisi fungsi objek dengan peran sasaran. Partikel –lah pada konstruksi kalimat imperatif tersebut dapat dilekatkkan pada verba yang tidak diikuti prefiks. Dan partikel –lah tersebut dapat menjadi ciri yang memarkahi kalimat imperatif dan berfungsi untuk menurunkan kadar perintah.

d) N + V + V (-lah)

7. Istriku, dengar, dengarlah

(Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Kalimat imperatif dalam lirik lagu Ebiet G Ade yang berupa klausa yang berstruktur N+ V + V dalam data tampak tampak pada klausa (7) Istriku, dengar, dengarlah.

Jika dikaji berdasarkan kategori dan fungsi sintaksisnya, konstituen istriku pada klausa (7) tersebut berkategori nomina yang menduduki fungsi sebagi subjek dengan peran pelaku. Sedangkan konstituen yang mengikuti kata istriku tersebut yaitu dengar yang berkategori verba dasar yang bersifat verba intransitif dan berfungsi sebagai predikat yang berperan sebagai tindakan. Konstituen yang


(54)

terakhir berkategori verba intransitif juga yang berasal dari verba dasar dari kata sebelumnya yaitu dengar yang dilekati dengan partikel –lah menjadi dengarlah. Partikel –lah tersebut berfungsi sebagai penghalus kadar perintah yang diberikan.

e) N + Adv + V

8. Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih 9. Kita mesti berjuang memerangi diri

(Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982) 10.Misteri mesti diungkapkan

(Catatan Seorang Penyair, Album 1984, 1984)

Selanjutnya, kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an yang berawal dengan nomina terdapat pula klausa yang berstruktur N + Adj. Ciri sintaksis yang menandai pemarkah imperatif dalam klausa (8-10) adalah adanya kata mesti yang artinya harus atau sesuatu yang harus dilakukan oleh lawan tutur.

Berdasarkan fungsinya, kata kita klausa (8-9) dan misteri klausa (10) yang sama-sama berkategori nomina tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Kita berfungsi sebagai subjek dengan peran pelaku, sementara misteri berfungsi sebagai objek. Kemudian kata yang mengikutinya yaitu mesti telanjang dan benar-benar bersih, mesti berjuang memerangi, dan mesti diuraikan berfungsi sebagai predikat. Sedangkan kata diri pada klausa (10) berfungsi sebagai objek.

f) N + Adv + Adj + V

11.Kita mesti tabah menjalani

(Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Berdasarkan kategori dan fungsi sintaksisnya, kata kita berkategori nomina dan menduduki fungsi sebagai subjek dengan peran pelaku. Kemudian kata yang


(55)

mengikutinya, mesti berkategori adverbia, tabah berkategori adjektiva dan menjalani berkategori verba berfungsi sebagai predikat.

g) FN + V (-lah) + Fprep

12.Anakku tercinta, tengadalah ke langit

(Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya, Album Menjaring Matahari, 1987)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an berupa klausa pada data (12) adalah konstruksi kalimat imperatif dengan tiga konstituen, yaitu anakku tercinta yang menduduki kategori nomina dan berfungsi sebagai subjek dengan peran pelaku. Konstituen tengadahlah dalam klausa dapat menduduki fungsi predikat, sedangkan ke langit berfungsi sebagai keterangan yang menyatakan tempat.

Berdasarkan kategori, kalimat imperatif yang berupa klausa pada data (12) tampak konstituen tengadahlah yang merupakan verba dalam bentuk dasar yang ditambahkan dengan partikel –lah. Kata tengadahlah dalam klausa ini merupakan verba intansitif yang mengandung makna tindakan dan ke langit yang mendampingi verba dalam lirik lagu tersebut adalah frasa preposisi yang berkonstruksi adverbia tempat.

4.1.2.4 Klausa yang diawali dengan kata Mari

Dalam data lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an, ditemukan beberapa lirik lagu yang menggunakan kata mari. Kemudian kata mari tersebut bergabung dengan berbagai kategori sehingga menghasilkan empat bentuk struktur kalimat imperatif sebagai berikut:


(56)

a) Mari + N + V b) Mari + Adj + N c) Mari + Adv + V d) Mari (-lah) + N + V

Keempat bentuk struktur kalimat imperatif tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a) Mari + N + V

1. Mari kita tunggu datangnya hujan

(Doa Sepasang Petani Muda, Album Camelia 4, 1980) 2. Mari kita buang suka

3. Mari kita buang duka 4. Mari kita gandeng tangan

(Kado Keccil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982) 5. Mari kita kupas seluruhnya

(Catatan Seorang Penyair, Album 1984, 1984) 6. Mari kita berteduh di bawah bayangan gedung

(Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya, Album Menjaring Matahari, 1987)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an berupa klausa yang diawali dengan kata mari dalam data terdapat struktur Mari + N + V. Kata mari dalam klausa tersebut menjadi pemarkah atau ciri imperatif yang menyatakan ajakan.

Dalam klausa (1-6), kata mari yang mengawali klausa tersebut diikuti persona pertama jamak, yaitu kita. Kata kita menduduki fungsi sebagai subjek,


(57)

kata tunggu datangnya, buang , gandeng, kupas, dan berteduh berfungsi sebagai predikat, kemudian kata hujan, suka, duka, dan tangan berfungsi sebagai objek, sedangkan di bawah bayangan gedung berfungsi sebagai keterangan tempat.

Kategori yang mengisi fungsi-fungsi kalimat dalam keenam klausa tersebut adalah kategori nomina atau pronomina persona jamak yaitu kita. Kategori verba transitif pada kata tunggu datangnya, buang, dan gandeng, sedangkan kupas merupakan verba intransitif. Dan yang terakhir kategori frasa preposisi yang terdapat dalam klausa (6), yaitu di bawah bayangan gedung.

b. Mari + Adj + N

7. Mari tuntas kita reguk satu gelas bersama

(Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an berupa kklausa yang diawali dengan kata mari berdasarkan data dapat bergabung dengan adjektiva dan nomina sehungga strukturnya terdiri atas Mari + Adj + N.

Sama halnya dengan penjelasan di atas, kata mari merupakan pemarkah imperatif yang menyatakan ajakan. Kemudian kata yang mengikuti kata mari yaitu tuntas berkategori adjektiva dan reguk yang berkategori verba berfungsi sebagai predikat, kategori nomina berupa persona pertama jamak yaitu kita berfungsi sebagai subjek, sedangkan satu gelas bersama berkategori frasa nomina berfungsi sebagai objek.

c. Mari + Adv + V

8. Mari hanya tunduk sujud padaNya


(58)

Bentuk struktur yang ketiga yang diawali dengan kata mari berstruktur Mari + Adv + V, seperti tampak pada klausa (8). Jika dilihat dari fungsinya, konstituen mari hanya tunduk sujud berfungsi sebagai predikat yang berarti perbuatan, sedangkan padaNya berfungsi sebagai objek.

d. Mari (-lah) + N + V

9. Marilah kita coba dengarkan

(Catatan Seorang Penyair, Album 1984, 1984)

Kalimat imperatif yang berupa klausa sebagaimana tampak pada klausa (9) sesungguhnya bentuk strukturnya hampir sama dengan klausa (1-6). Hanya saja yang membedakan bentuk struktur pada klausa (9) adalah adanya partikel –lah yang melekat pada kata mari.

Seperti penjelasan sebelumnya, kata mari merupakan pemarkah imperatif ajakan. Pada klausa (9) di atas, kata mari dilekati dengan partikel –lah menjadi marilah sehingga imperatif ajakan tersebut bersifat lembut.

Klausa yang di awali dengan kata marilah tersebut akan dikelompokkan berdasarkan kategori dan fungsinya. Kata kita yang berada setelah kata marilah berkategori nomina yang berupa persona pertama jamak dan berfungsi sebagai objek, sedangkan coba dengarkan berkategori verba intransitif dan menduduki fungsi sebagai predikat.

4.2 Pemarkah Kalimat Imperatif Lirik Lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an

Berikut ini akan diuraikan pemarkah kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an berdasarkan struktur yang telah diuraikan pada bagian 4.1. Pemarkah kalimat imperatif tersebut akan diklasifikasikan sebagai berikut.


(59)

4.2.1 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Perintah

Kalimat imperatif dalam data dilihat dari bentuknya terdapat dalam struktur kalimat yang terdiri dari dua kata atau frasa dan kalimat yang unsurnya lebih dari dua kata atau klausa seperti tampak pada contoh berikut:

1. simpan di langit

(Doa Sepasang Petani Muda, Album Camelia 4,1980) 2. taburkan senyuman (Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Kedua frasa di atas merupakan pemarkah imperatif perintah dari si penutur kepada lawan tuturnya agar berbuat atau melakukan sesuatu seperti yang dinyatakan oleh verbanya. Reaksi nonverbal berupa perbuatan atau tindakan fisik sebagaimana pada frasa ( 2) sedangkan frasa (1) berupa perbuatan nonfisik.

Sementara itu, pemarkah imperatif perintah yang berupa klausa tampak pada contoh berikut:

3. dengar suara angin berdesau semilir 4. lihat pucuk-pucuk daunan melambai 5. dengar derap langkah serentak terhenti

(Biduk Telah Sarat dan Kutambatkan, Album Langkah Berikutnya, 1982) Klausa (4,5 dan 6) yang terdiri atas struktur kalimat V dasar + N (FN) termasuk ke dalam pemarkah imperatif klasifikasi perintah dengan kadar suruhan bersifat biasa. Penggunaan kalimat imperatif klasifikasi perintah yang bersifat biasa tersebut disampaikan oleh penutur yang mempunyai hubungan yang dekat dengan mitra tuturnya.

Reaksi nonverbal pada klausa (4,5 dan 6) merupakan reaksi fisik, yaitu mitra tutur dituntut melakukan perbuatan mendengar suara angin yang berdesau


(60)

semilir, melihat pucuk-pucuk daunan melambai, serta dituntut mendengar derap langkah yang serentak terhenti.

Pemarkah kalimat imperatif yang bersifat biasa juga terdapat pada kalimat dengan struktur V dasar + N + V (-lah) dan V dasar + Adv seperti pada contoh:

6. dekap aku, dekaplah

(Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982) 7. salin dengan cerita indah

(Catatan Seorang Penyair, Album 1984, 1984)

Klausa (7dan8) dapat ditafsirkan sebagai pemarkah kalimat imperatif klasifikasi perintah yang bersifat biasa. Di samping itu, partikel –lah pada klausa (7) berfungsi sebagai penegas dalam klausa, yaitu perintah yang disampaikan dengan sopan. Pada klausa (7) reaksi nonverbal yang dituntut oleh penutur adalah reaksi fisik, yaitu mitra tutur dituntut untuk memeluk si penutur sedangkan pada klausa (8) adalah reaksi nonfisik, yaitu mitra tutur dituntut agar menyalin sesuatu dengan cerita indah.

Kalimat imperatif klasifikasi perintah juga terdapat pada kalimat imperatif yang berupa klausa dalam bentuk V(-kan) + FN, sebagaimana tampak pada contoh di bawah ini.

8. Singkirkan debu yang masih melekat

(Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982) 9. Berikan kebebasan untuk memilih tambatan hati

(Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982) 10.Endapkan hasrat dalam dada


(61)

11.Teguhkan bibirku sebut namaMu

(Biduk Telah Sarat dan Kutambatkan, Album Langkah Berikutnya, 1982) 12.Leburkan jiwa raga kita kemudian berikrar

(Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Kelima kalimat dalam lirik lagu tersebut termasuk ke dalam klasifikasi perintah yang bersifat biasa. Tetapi pada kalimat (12) maknanya dapat ditafsirkan sebagai perintah yang disampaikan secara sopan dan tingkat keformalannya berada pada tingkat keformalan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan hadirnya enklitik –Mu yang mengacu kepada Allah. Reaksi nonverbal pada kelima kalimat tersebut bisa berupa reaksi fisik dan nonfisik sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh verbanya.

Kalimat imperatif perintah yang bersifat biasa juga dapat ditemukan pada kalimat dengan struktur V (-kan) + Adj, V (kan-lah) + Adj dan V (-kan) +V + Konjungsi + N, seperti pada contoh:

13.Sembunyikan duka, lapar, dahaga

14.Singkirkanlah cemburu, buang tanda tanya

(Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya, Album Menjaring Matahari, 1987)

15.Bangkitkan hidup dan gairah (Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Meskipun ketiga kalimat di atas berasal dari struktur kalimat yang berbeda, tetapi memiliki persamaan yaitu sama-sama termasuk ke dalam kalimat imperatif klasifikasi perintah yang bersifat biasa. Dan memiliki kadar suruhan dan tingkat keformalan yang sedang. Reaksi nonverbal pada ketiga kalimat tersebut


(62)

berupa reaksi nonfisik, yaitu mitra tutur dituntut untuk melakukan sebagaimana yang dinyatakan oleh verbanya.

Pemarkah kalimat imperatif klasifikasi perintah juga terdapat pada kalimat imperatif dalam bentuk V (-lah) + N + Konj+ V (-lah), V (-lah) + Adj + Fprep, dan V (-lah) + Fprep + Adv seperti contoh berikut:

16.Peluklah aku dan peluklah

(Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982) 17.Simpanlah putik jauh di dalam

(Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986) 18.Lihatlah betapa aku hanya gemetar

(Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982) 19.Tengoklah ke dalam sebelum bicara

(Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Adanya partikel –lah pada verba berfungsi sebagai penegas sifat perintah. Dengan demikian, kadar suruhannya pun berupa perintah pada tingkat yang rendah.

Demikian pula kalimat imperatif klasifikasi perintah yang berupa klausa pada klausa (21, 22 dan 23) seperti berikut:

20.Berhentilah sebelum terlambat 21.Berhentilah sebelum terjebak

(Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

22.Berbahagialah dan bersyukurlah atas kelahiran anak kita (Seruling Malam, Album Tokoh-tokoh, 1982)


(63)

Struktur V (ber-lah) yang bergabung dengan kategori lain sebagaimana pada lirik lagu tersebut maknanya menyampaikan perintah. Kadar suruhan bisa berupa perintah yang sedang atau cukup halus.

Sementara itu, kalimat imperatif dalam struktur V (me-lah) + Fprep, seperti pada contoh (24) berikut ini:

23.Menyingkirlah dari pusarannya (Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

Klausa di atas termasuk ke dalam kalimat imperatif klasifikasi perintah. Kalimat imperatif aktif sebagaimana pada klausa (24) tersebut mempunyai kadar suruhan yang lebih tinggi daripada disampaikan dalam konstruksi kalimat imperatif pasif.

Reaksi nonverbal yang terdapat pada kalimat imperatif aktif tersebut berupa reaksi fisik, yaitu mitra tutur dituntut untuk menyingkir dari pusaran tersebut.

Selanjutnya, kalimat imperatif dalam bentuk V (-i) + N (FN) seperti pada contoh (25, 26 dan 27) berikut:

24.basahi ladang kita yang butuh minum 25.basahi sawah kita yang kekeringan 26.basahi jiwa kita yang putus asa

(Doa Sepasang Petani Muda, Album Camelia 4, 1980)

Ketiga klausa di atas yang berawal dengan V (-i) mengandung makna perintah agar mitra tutur melakukan perbuatan sebagaimana yang terdapat pada makna predikatnya. Perintah pada ketiga klausa tersebut menyiratkan perintah dengan kadar suruhan yang sedang dengan tingkat keformalan yang biasa.


(64)

Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an, selain diawali oleh verba sebagaimana yang telah dikemukakan, terdapat pula kalimat imperatif yang diawali oleh Adv (-lah), Adj dan N (FN) yang didampingi kategori lain, sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut:

27.segeralah dewasa dalam asuhanku

(Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982) 28.pandai-pandailah memilih

(Konserto Doa, Album 1984, 1984) 29.Istriku, dengar, dengarlah

(Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982) 30.Anakku tercinta, tengadahlah ke langit

(Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya, Album Menjaring Matahari, 1987)

31.Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih 32.Kita mesti tabah menjalani

33.Kita mesti berjuang memerangi diri

(Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982) 34.Misteri mesti diungkapkan

(Catatan Seorang Penyair, Album 1984, 1984)

Klausa (28-35) termasuk ke dalam pemarkah kalimat imperatif klasifikasi perintah. Adanya partikel –lah pada klausa (28-31) dapat memperlunak perintah sehingga kadar suruhan pada klausa tersebut dapat ditafsirkan sebagai permintaan.


(65)

Sementara itu, klausa (32-35) termasuk ke dalam klasifikasi perintah dengan kadar suruhan yang tinggi. Reaksi nonverbal pada klausa (28-35) di atas bisa berupa reaksi fisik dan nonfisik sebagaimana yang dimaksudkan oleh predikatnya.

4.2.2 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Perintah Negatif

Kalimat imperatif negatif yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an dalam bentuk frasa dan klausa dapat mengandung makna perintah negatif atau larangan kepada mitra tutur supaya tidak melakukan perbuatan atau tindakan sebagaimana yang dinyatakan oleh predikatnya. Untuk itu, bagian ini akan diuraikan kalimat imperatif pemarkah perintah negatif.

1. Usah menangis

(Doa Sepasang Petani Muda, Album Camelia 4, 1980) 2. Jangan kau kurung dengan peraturanmu

3. Jangan kau paksa atas pilihanmu

(Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982) 4. Jangan kau tabur di jalanan

(Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986)

5. Jangan lihat siapa yang bicara tapi dengar apa katanya 6. Jangan sisakan barang sedikit

(Catatan Seorang Penyair, Album 1984, 1984)

Kalimat imperatif yang berawal dengan kata usah dan jangan pada keenam contoh di atas ada yang disertai subjek dan yang tidak disertai subjek. Kalimat (1,2,3 dan 4) adalah kalimat imperatif pemarkah kalimat perintah negatif yang disertai oleh subjek dan dapat diklasifikasikan pada perintah biasa yang


(66)

bersifat larangan yang disampaikan cukup sopan. Sementara itu, kalimat (5 dan 6) yang tidak disertai subjek dapat diklasifikasikan pada klasifikasi perintah yang bersifat larangan dengan tingkat keformalan sedang.

Reaksi nonverbal terhadap kelima contoh kalimat imperatif negatif bisa berupa fisik dan nonfisik, sebagaimana yang dinyatakan oleh masing-masing verbanya.

4.2.3 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Kehendak

Pemarkah kalimat imperatif klasifikasi kehendak yang terdapat dalam lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an dalam struktur Adv (-nya) + N seperti contoh di bawah ini:

1. hendaknya pertengkaran kecil segera dapat diatasi 2. hendaknya perkawinan ini bukan sekedar cinta kasih

3. hendaknya kita ‘kan berlabuh di pantai yang penuh kembang (Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982)

Reaksi nonverbal yang terdapat dalam ketiga klausa tersebut adalah reaksi fisik dan nonfisik sebagaimana yang dimaksudkan oleh predikatnya masing-masing.

4.2.4 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Permohonan

1. Tuhan, bimbinglah anak dan cucuku 2. Luluskanlah doa kami bersama


(67)

Kedua kalimat imperatif yang berupa klausa di atas dapat diklasifikasikan pada klasifikasi kalimat imperatif permohonan. Meskipun kata mohon tidak secara eksplisit ada, tetapi klausa tersebut dapat ditafsirkan sebagai permohonan. Makna dari kedua klausa tersebut berupa permohonan pada orang kedua yang berperan sebagai pelaku demi kepentingan orang pertama dan persona ketiga jamak.

4.2.5 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Perizinan

Kalimat imperatif klasifikasi perizinan terdapat dalam bentuk N + V + FN dan N + V (-lah) + FN sebagaimana tampak dalam contoh berikut ini:

1. Ibu, izinkan aku jatuh cinta 2. Ibu, izinkanlah aku bicara

(Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982)

Secara semantis, kalimat imperatif yang mengandung kata izin dapat ditafsirkan sebagai permintaan sebagai pemberian izin atau bisa juga ditafsirkan sebagai permintaan apabila diparafrasakan dengan kata minta seperti contoh di bawah ini:

3. Saya minta supaya ibu mengizinkan saya jatuh cinta 4. Saya minta supaya ibu mengizinkan saya untuk bicara

Makna yang terdapat dalam kedua klausa tersebut adalah si penutur menginginkan supaya mitra tutur yaitu ibu memberikan izin kepada si penutur untuk jatuh cinta dan memberi izin untuk bicara.


(1)

5.Kado Kecil Buat Istri

oleh:

Istriku, dengar, dengarlah dekaplah aku, dekaplah Aku sangat mencintaimu ho.. Mari kita buang duka

Istriku, coba bayangkan anak kita yang bakal lahir Kita pasti menyayanginya ho.. Mari kita bagi suka

Hendaknya pertengkaran kecil segera dapat diatasi

Bahkan jadi penyegar cinta kita Hendaknya perkawinan ini bukan sekedar cinta kasih

Tapi juga sebuah tanggung jawab Mari tuntas kita reguk

satu gelas bersama Bahagia oh! bahagia Istriku mari renungkan jalanan terjal berliku

Kita bakal melewatinya ho.. Mari kita gandeng tangan Istriku duduk istirah atur nafasmu dan tenang Kita akan segera berangkat ho.. belayar menembus pekat Hendaknya kita 'kan berlabuh di pantai yang penuh kembang Harum wangi semerbak adalah sorga hm... Kita akan buang sauh berenang ke pinggiran Peluklah aku dan peluklah Leburkan jiwa raga kita kemudian berikrar Bahagia oh ! bahagia Du du ho ho ho


(2)

6.Biduk Telah Sarat Dan Kutambatkan

oleh:

Dengar suara angin berdesau semilir menyentuh legam lenganku telanjang tengah duduk menunggu fajar

Semburat sinar merah matahari Lihat pucuk-pucuk daunan melambai Berbagai kenangan silih berganti mengisi jiwa, menguak dada Kepak kelelawar pecahkan bintang Ingin aku sapa sekejap Kau sirna seperti di telan bianglala

Getar batang pinus gelombang samudra Teguhkan bibirku sebut namaMu Dengar derap langkah serentak terhenti Menyimak lirih bisikan kalbuku

Ada yang tertinggal, ada yang hilang Begitu kelam dan sangat dalam

Tinggal sepotong ranting erat kugenggam Tolong, sambutlah persembahan ini Heningnya malam bekukan embun Biduk telah sarat dan kutambatkan


(3)

7.Catatan Seorang Penyair

oleh:

Pengembara, penyair jalanan Sepi ia semadi di dalam sanggar Langlang jagat raya

sekejap dari dalam bilik Berbantal setumpuk buku Memasang mata dan fikiran Ada kabar apakah gerangan dari bumi belahan seberang? Kami rindu suasana baru Di sini telah terasa pengap, di sini telah terasa gelap Perjalanan di dalam batin Merangkak di atas langit, menyusuri semua ngarai Banyak yang tersembunyi dan belum sempat terungkapkan Rahasia lingkar Bima Sakti Misteri mesti diuraikan Mari kita kupas seluruhnya Jangan sisakan barang sedikit Langkah baru segera kita ambil Mengakhiri cerita kusam Salin dengan cerita indah Mengembara, menembus ruang, batas mimpi-mimpi, dan alam sadar

Lewat tiga langkah pandangan dan fikiranmu Tetapi kadangkala kabur

Terpaut jarak terlampau jauh Marilah kita coba dengarkan jalan fikirannya yang cemerlang Siapa tahu dapat kita mengerti


(4)

Jangan lihat siapa bicara tapi dengar apa katanya

8.Konserto Doa

oleh:

"Ke mari berkumpul, duduk melingkariku, semua anakku tercinta

Ada yang ingin kuwasiatkan sebelum aku harus pergi jauh Jalan kalian masih luas terbentang, pandai-pandailah memilih

Iman di tangan jangan dilepas Jadikan azimat penuntun hidup." "Terimakasih kami tak terhingga Petua ayahanda akan kami simpan di dalam sanubari yang paling dalam Menjadi pedoman memilih jalan." "Legalah sudah hatiku sekarang Mendengar janji kalian ucapkan kerna zaman ini tengah bergolak,

membawa iklim buruk panas menyesatkan Tuhan, bimbinglah anak dan cucuku yang muda memang banyak lupa T'lah kutanamkan iman di dada Semoga mereka memilih jalanMu." hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu hu ("Terimakasih kepadaMu, Tuhan

Engkau tak berpaling dari kami yang lalai Luluskanlah doa kami bersama


(5)

untuk seluruh umat seisi dunia Amin.")

9.Hemat Cintamu

oleh:

Berhentilah sebelum terlambat Kau terjerumus semakin jauh Berdiri di pinggir kegelapan Di sini, di pancuran yang bening Coba basuh wajah dan jiwamu Endapkan hasrat dalam dada Biarkan asmara tumbuh wajar

Bersemi dan kembang selaras langkah Tak perlu berebut tulang tanpa isi Sama dengan berebut kebodohan Hemat cintamu

Simpanlah putik jauh di dalam Taburkan senyuman

Bangkitkan hidup dan gairah Berhentilah sebelum terjebak dalam lingkaran yang memabukkan Menyingkirlah dari pusaranya Percayalah pada kebenaran Ia akan datang menuntunmu, mengangkatmu dari kegelapan mengajakmu dalam ketegaran Hemat cintamu

Jangan kau tabur di jalanan Belibis pun terbang

Kaki berlumpur bertebaran Hemat cintamu

Jangan kau tabur di jalanan Belibis pun terbang


(6)

10.Ketegaran Hati Seorang Pengemis Dan Anaknya

oleh:

Kututupi wajah dari terik matahari

Kuseka keringat dengan punggung tangan Mari kita berteduh di bawah bayangan gedung Sembunyikan duka, lapar, dahaga

Kugandeng tanganmu, jemari yang kurus Hayati kemiskinan merangkak ke depan Anakku tercinta, tengadahlah ke langit Tuhan pasti mendengar doa kita Semua langkah yang kita buat meninggalkan jejak di bumi Semua nafas yang kita hirup membawa kristal kehidupan

Singkirkanlah cemburu, buanglah tanda tanya Tentang kehendakNya membagi nikmat ho.... Mungkin yang buat kita masih tersimpan di sorga Menunggu kita siap menerima

Semua langkah yang kita buat meninggalkan jejak di bumi Semua nafas yang kita hirup membawa kristal kehidupan

Singkirkanlah cemburu, buanglah tanda tanya Tentang kehendakNya membagi nikmat ho... Mungkin yang buat kita masih tersimpan di sorga Menunggu kita siap menerima