4.2.1 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Perintah
Kalimat imperatif dalam data dilihat dari bentuknya terdapat dalam struktur kalimat yang terdiri dari dua kata atau frasa dan kalimat yang unsurnya
lebih dari dua kata atau klausa seperti tampak pada contoh berikut: 1.
simpan di langit Doa Sepasang Petani Muda, Album Camelia 4,1980
2. taburkan senyuman Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986
Kedua frasa di atas merupakan pemarkah imperatif perintah dari si penutur kepada lawan tuturnya agar berbuat atau melakukan sesuatu seperti yang
dinyatakan oleh verbanya. Reaksi nonverbal berupa perbuatan atau tindakan fisik sebagaimana pada frasa 2 sedangkan frasa 1 berupa perbuatan nonfisik.
Sementara itu, pemarkah imperatif perintah yang berupa klausa tampak pada contoh berikut:
3. dengar suara angin berdesau semilir
4. lihat pucuk-pucuk daunan melambai
5. dengar derap langkah serentak terhenti
Biduk Telah Sarat dan Kutambatkan, Album Langkah Berikutnya, 1982 Klausa 4,5 dan 6 yang terdiri atas struktur kalimat V dasar + N FN
termasuk ke dalam pemarkah imperatif klasifikasi perintah dengan kadar suruhan bersifat biasa. Penggunaan kalimat imperatif klasifikasi perintah yang bersifat
biasa tersebut disampaikan oleh penutur yang mempunyai hubungan yang dekat dengan mitra tuturnya.
Reaksi nonverbal pada klausa 4,5 dan 6 merupakan reaksi fisik, yaitu mitra tutur dituntut melakukan perbuatan mendengar suara angin yang berdesau
Universitas Sumatera Utara
semilir, melihat pucuk-pucuk daunan melambai, serta dituntut mendengar derap langkah yang serentak terhenti.
Pemarkah kalimat imperatif yang bersifat biasa juga terdapat pada kalimat dengan struktur V dasar + N + V -lah dan V dasar + Adv seperti pada contoh:
6. dekap aku, dekaplah
Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982 7.
salin dengan cerita indah Catatan Seorang Penyair, Album 1984, 1984
Klausa 7dan8 dapat ditafsirkan sebagai pemarkah kalimat imperatif klasifikasi perintah yang bersifat biasa. Di samping itu, partikel –lah pada klausa
7 berfungsi sebagai penegas dalam klausa, yaitu perintah yang disampaikan dengan sopan. Pada klausa 7 reaksi nonverbal yang dituntut oleh penutur adalah
reaksi fisik, yaitu mitra tutur dituntut untuk memeluk si penutur sedangkan pada klausa 8 adalah reaksi nonfisik, yaitu mitra tutur dituntut agar menyalin sesuatu
dengan cerita indah. Kalimat imperatif klasifikasi perintah juga terdapat pada kalimat imperatif
yang berupa klausa dalam bentuk V-kan + FN, sebagaimana tampak pada contoh di bawah ini.
8. Singkirkan debu yang masih melekat
Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982 9.
Berikan kebebasan untuk memilih tambatan hati Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982
10. Endapkan hasrat dalam dada
Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986
Universitas Sumatera Utara
11. Teguhkan bibirku sebut namaMu
Biduk Telah Sarat dan Kutambatkan, Album Langkah Berikutnya, 1982 12.
Leburkan jiwa raga kita kemudian berikrar Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982
Kelima kalimat dalam lirik lagu tersebut termasuk ke dalam klasifikasi perintah yang bersifat biasa. Tetapi pada kalimat 12 maknanya dapat ditafsirkan
sebagai perintah yang disampaikan secara sopan dan tingkat keformalannya berada pada tingkat keformalan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan hadirnya
enklitik –Mu yang mengacu kepada Allah. Reaksi nonverbal pada kelima kalimat tersebut bisa berupa reaksi fisik dan nonfisik sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh verbanya. Kalimat imperatif perintah yang bersifat biasa juga dapat ditemukan pada
kalimat dengan struktur V -kan + Adj, V kan-lah + Adj dan V -kan +V + Konjungsi + N, seperti pada contoh:
13. Sembunyikan duka, lapar, dahaga
14. Singkirkanlah cemburu, buang tanda tanya
Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya, Album Menjaring Matahari, 1987
15. Bangkitkan hidup dan gairah Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986
Meskipun ketiga kalimat di atas berasal dari struktur kalimat yang berbeda, tetapi memiliki persamaan yaitu sama-sama termasuk ke dalam kalimat
imperatif klasifikasi perintah yang bersifat biasa. Dan memiliki kadar suruhan dan tingkat keformalan yang sedang. Reaksi nonverbal pada ketiga kalimat tersebut
Universitas Sumatera Utara
berupa reaksi nonfisik, yaitu mitra tutur dituntut untuk melakukan sebagaimana yang dinyatakan oleh verbanya.
Pemarkah kalimat imperatif klasifikasi perintah juga terdapat pada kalimat imperatif dalam bentuk V -lah + N + Konj+ V -lah, V -lah + Adj + Fprep,
dan V -lah + Fprep + Adv seperti contoh berikut: 16.
Peluklah aku dan peluklah Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982
17. Simpanlah putik jauh di dalam
Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986 18.
Lihatlah betapa aku hanya gemetar Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982
19. Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982 Adanya partikel –lah pada verba berfungsi sebagai penegas sifat perintah.
Dengan demikian, kadar suruhannya pun berupa perintah pada tingkat yang rendah.
Demikian pula kalimat imperatif klasifikasi perintah yang berupa klausa pada klausa 21, 22 dan 23 seperti berikut:
20. Berhentilah sebelum terlambat
21. Berhentilah sebelum terjebak
Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986 22.
Berbahagialah dan bersyukurlah atas kelahiran anak kita Seruling Malam, Album Tokoh-tokoh, 1982
Universitas Sumatera Utara
Struktur V ber-lah yang bergabung dengan kategori lain sebagaimana pada lirik lagu tersebut maknanya menyampaikan perintah. Kadar suruhan bisa
berupa perintah yang sedang atau cukup halus. Sementara itu, kalimat imperatif dalam struktur V me-lah + Fprep,
seperti pada contoh 24 berikut ini: 23.
Menyingkirlah dari pusarannya Hemat Cintamu, Album Isyu, 1986
Klausa di atas termasuk ke dalam kalimat imperatif klasifikasi perintah. Kalimat imperatif aktif sebagaimana pada klausa 24 tersebut mempunyai kadar
suruhan yang lebih tinggi daripada disampaikan dalam konstruksi kalimat imperatif pasif.
Reaksi nonverbal yang terdapat pada kalimat imperatif aktif tersebut berupa reaksi fisik, yaitu mitra tutur dituntut untuk menyingkir dari pusaran
tersebut. Selanjutnya, kalimat imperatif dalam bentuk V -i + N FN seperti pada
contoh 25, 26 dan 27 berikut: 24.
basahi ladang kita yang butuh minum 25.
basahi sawah kita yang kekeringan 26.
basahi jiwa kita yang putus asa Doa Sepasang Petani Muda, Album Camelia 4, 1980
Ketiga klausa di atas yang berawal dengan V -i mengandung makna perintah agar mitra tutur melakukan perbuatan sebagaimana yang terdapat pada
makna predikatnya. Perintah pada ketiga klausa tersebut menyiratkan perintah dengan kadar suruhan yang sedang dengan tingkat keformalan yang biasa.
Universitas Sumatera Utara
Kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an, selain diawali oleh verba sebagaimana yang telah dikemukakan, terdapat pula kalimat imperatif
yang diawali oleh Adv -lah, Adj dan N FN yang didampingi kategori lain, sebagaimana tampak pada contoh-contoh berikut:
27. segeralah dewasa dalam asuhanku
Tentang Seorang Sahabat, Album Tokoh-tokoh, 1982 28.
pandai-pandailah memilih Konserto Doa, Album 1984, 1984
29. Istriku, dengar, dengarlah
Kado Kecil Buat Istri, Album Langkah Berikutnya, 1982 30.
Anakku tercinta, tengadahlah ke langit Ketegaran Hati Seorang Pengemis dan Anaknya, Album Menjaring
Matahari, 1987 31.
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih 32.
Kita mesti tabah menjalani 33.
Kita mesti berjuang memerangi diri Untuk Kita Renungkan, Album Tokoh-tokoh, 1982
34. Misteri mesti diungkapkan
Catatan Seorang Penyair, Album 1984, 1984 Klausa 28-35 termasuk ke dalam pemarkah kalimat imperatif klasifikasi
perintah. Adanya partikel –lah pada klausa 28-31 dapat memperlunak perintah sehingga kadar suruhan pada klausa tersebut dapat ditafsirkan sebagai permintaan.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, klausa 32-35 termasuk ke dalam klasifikasi perintah dengan kadar suruhan yang tinggi. Reaksi nonverbal pada klausa 28-35 di atas bisa
berupa reaksi fisik dan nonfisik sebagaimana yang dimaksudkan oleh predikatnya.
4.2.2 Pemarkah Kalimat Imperatif Klasifikasi Perintah Negatif