Pada primary acquired cholesteatoma tidak ditemukan riwayat penyakit otitis media atau perforasi membran timpani sebelumnya. Kolesteatom ini timbul akibat
terjadi proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba Dhingra, 2007; Djaafar, 2007.
Pada secondary acquired cholesteatoma, kolesteatom yang terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani. Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari
masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi
yang berlangsung lama Dhingra, 2007; Djaafar, 2007.
2.2.6. Gambaran Klinis
OMSK memiliki beberapa gambaran klinis, antara lain telinga berair sekret dimana sekret bersifat purulen kental atau mukoid seperti air dan encer tergantung
stadium peradangan. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil,
berwarna putih, mengkilap Dhingra, 2007. Gangguan pendengaran berupa tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran. Gangguan pendengaran bervariasi namun jarang melebihi 50 dB. Perforasi membran timpani pada yang jinak biasanya sentral, bisa di anterior, posterior atau
inferior dari malleus. Pada yang ganas di daerah atik atau posterosuperior. Mukosa kavum timpani tampak pada perforasi membran timpani yang besar. Secara normal
warnanya merah muda, saat terjadi inflamasi warnanya menjadi merah, udem dan lunak. Kadang-kadang tampak polip Dhingra, 2007.
2.2.7. Diagnosa
Diagnosis OMSK dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan otoskopi, pemeriksaan audiometri, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan bakteriologi. Melalui
Universitas Sumatera Utara
anamnesa dapat diketahui tentang awal mula penyakit, riwayat penyakit terdahulu, faktor risiko, gejala klinis serta hal-hal lainnya yang mengarah ke diagnosis yang
mungkin terjadi. Diagnosis pasti OMSK dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006.
Pada pemeriksaan otoskopi dapat dibedakan jenis OMSK berdasarkan perforasi pada membran timpani, yang terdiri dari perforasi sentral, marginal dan atik. Gambaran
yang terlihat dengan otoskopi pada perforasi sentral adalah tampak perforasi yang letaknya sentral pada pars tensa, dapat berbentuk bundar, oval, bentuk ginjal atau hati.
Perforasinya dapat subtotal atau total, masih terlihat pinggir membran timpani annulus timpanikus, melalui perforasi tampak mukosa kavum timpani bewarna pucat, bila ada
eksaserbasi akut maka warna mukosa menjadi merah dan jarang terdapat granulasi atau polip. Gambaran otoskopi pada perforasi marginal adalah tampak perforasi yang
letaknya marginal, pada pars tensa belakang atas biasanya besar, atau pada pars flaksida muka atau belakang kecil, prosesnya bukan hanya pada mukosa kavum timpani dan
tulang-tulang pendengaran ikut rusak, sering terdapat granulasi atau polip, annulus timpanikus tidak terlihat lagi dan terlihat gambaran nekrosis tulang. Sedangkan
gambaran pada perforasi atik adalah perforasi yang letaknya di pars flaksida Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006.
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif, tetapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar
dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz , 2006.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.
Pemeriksaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih
Universitas Sumatera Utara
kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom Mills,
1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006. Pemeriksaan bakteriologi sekret telinga penting untuk menentukan bakteri
penyebab OMSK dan antibiotika yang tepat Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006.
2.2.8. Komplikasi