BAB I PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang
UU SISDIKNAS No. 2 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan generasi muda yang unggul.
Sehingga pendidikan dimasukkan kedalam salah satu dari Milllenium Development Goals MDGs atau tujuan pembangunan milinium Media
Indonesia, 2010. Pendidikan memiliki beberapa komponen, seperti tujuan pendidikan, peserta didik, orang tua, guru, pemimpin masyarakat dan keagamaan,
interaksi edukatif peserta didik dan pendidik, isi pendidikan dan lingkungan pendidikan Anonimous, 2011.
Perkin dalam Sopiatin, 2010 menyebutkan sekolah merupakan misi yang dilaksanakan untuk mencapai bermacam-macam keinginan pelajar atas
pengetahuan dasar, wawasan, peningkatan kemampuan dan pengetahuan yang mendalam. Sekolah yang berhasil adalah sekolah yang memiliki visi dan misi,
keyakinan dan nilai-nilai, tujuan serta objek serta faktor kritis keberhasilan, sedangkan kualitas sekolah dapat dilihat dari kualitas input, kualitas proses,
kualitas outcome, dan adanya jaminan mutu terhadap pengguna. Sekolah bermutu
Universitas Sumatera Utara
merupakan harapan dari seluruh sehingga tidak mengherankan jika setiap pelajar berlomba untuk dapat diterima disekolah tersebut dengan harapan bahwa sekolah
bermutu adalah sekolah yang mempunyai kualitas pelayanan pendidikan yang baik dan dapat memberikan kepuasan yang berhubungan dengan salah satunya
yaitu prestasi belajar pelajar Sopiatin, 2010. Dembo 2004 menjelaskan bahwa untuk menjadi pelajar yang berhasil
bukanlah sesuatu yang gampang. Pelajar harus memiliki keefektifan yang lebih dan belajar dengan strategi yang benar dan tekun dalam meningkatkan
pengetahuannya, dapat memotivasi dirinya sendiri dan dapat memonitori dan mengubah perilaku mereka ketika proses pembelajaran itu terjadi. Seperti musisi,
penari ataupun pemain golf tidak dapat berhasil apabila mereka tidak mempraktekkannya, terlepas dari membaca ataupun mendengarkan dasar-dasar
dan tehnik-tehnik khusus dalam kelas. Agar mencapai keberhasilan dan kesuksesan, pelajar harus mampu mengatur dirinya dalam belajar untuk
memenuhi tuntutan-tuntutan yang ada agar bisa menjadi pelajar yang berhasil dalam pendidikannya. Pengaturan diri dalam hal akademis ini disebut dengan
academic self management. Dembo 2004 menyatakan academic self management adalah suatu
strategi pembelajaran yang digunakan oleh pelajar untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajarannya. Fattah 2010 menambahkan hal ini
dengan berkaitan dengan masalah pengontrolan tugas yang meliputi bagaimana cara untuk mencapai tujuan belajar dan bagaimana mengatur hasil dan dukungan
dari belajar.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jones 2003, sistem pendidikan yang formal tidak menjamin pelajar sukses. Bukan hanya sekedar kemampuan akademis, tetapi juga
kemampuan diri personal skill yang baik. Haddril Singh 2008 meyatakan pelajar yang drop-out bukan karena dia memiliki kemampuan yang di bawah rata-
rata, tetapi karena dia tidak dapat mengatur dirinya, dalam hal pendidikan maupun pekarjaan atau aktivitas yang lain, dia tidak mampu mengatur urusan pendidikan
dan urusan keluarga misalnya. Ia menambahkan pelajar dapat menghindari hal- hal tersebut dengan menyeimbangkan segala aktivitas ataupun kegiatan. Self-
management merupakan sebuah cara untuk memodifikasi perilaku yang dilakukan untuk merubah perilaku diri sendiri. Dengan kata lain, pengaturan diri dalam hal
akademis ini adalah sebuah proses di mana seseorang melakukan kontrol terhadap perilakunya untuk membantuk perilaku yang diinginkan pada masa mendatang.
Strategi self-management dilakukan untuk mengontrol perilaku Primardi, 2006. Self-management bertujuan untuk mengajarkan kepada pelajar bagaimana
mengatur proses pembelajarannya atau mengefektifkan perilakunya. Pelajar seharusnya dapat berfikir bagaimana mengobservasi perilakunya dan bagaimana
mengevaluasi perilakunya tersebut. Pelajar harus belajar untuk membuat keputusan dari pilihan yang ada. Penerapan self-management dapat meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusan pada pelajar yang kurang bisa mengambil keputusan Dean, Malott, Fulton dalam Gerhardt, 2006. Dembo 2004
mengatakan pelajar yang berhasil adalah pelajar yang memiliki strategi yang efektif dan efisien untuk mengakses dan menggunakan pengetahuan, memotivasi
Universitas Sumatera Utara
diri sendiri dan dapat memonitor atau mengubah perilaku ketika pembelajaran itu tidak terjadi.
Menurut Panjaitan 2006, salah satu faktor penting dalam mempengaruhi keberhasilan pelajar dalam belajar adalah karakteristik dari peserta didik.
Selanjutnya Uno 2006 menjelaskan bahwa karakteristik pelajar perlu diidentifikasi oleh guru untuk digunakan sebagai petunjuk dalam mengembangkan
proses pembelajaran. Karakteristik yang diidentifikasi tersebut dapat berupa bakat, motivasi, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat, sikap, kecerdasan dan
kepribadian. Sifat-sifat pribadi seseorang sangat mempengaruhi proses belajar pada
pelajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadian masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Ada orang yang mempunyai sifat keras
hati, berkemauan keras, tekun dalam segala usahanya, halus perasaannya dan ada pula yang sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit
banyaknya turut pula mempengaruhi sampai dimana hasil belajarnya dapat dicapai Purwanto, 1990. Dalam hal ini peneliti ingin membaginya ke dalam dua
dimensi kepribadian yang diungkapkan oleh Eysenck 1998 yaitu dimensi kepribadian ekstrovert dan introvert.
Eysenck 1998 mengatakan bahwa dimensi kepribadian ekstrovert bercirikan suka bergaul, memiliki banyak teman, membutuhkan orang lain untuk
diajak berbicara, suka mengambil kesempatan, selalu ingin tahu, senang lelucon dan umumnya suka perubahan. Selain itu cenderung agresif dan gampang
kehilangan kesabaran, sekaligus perasaannya tidak tersimpan dengan baik serta
Universitas Sumatera Utara
tidak selalu dapat dipercaya. Sementara itu dimensi kepribadian introvert dinyatakan bercirikan pendiam, penyegan, introspektif, lebih menyukai buku
daripada orang banyak, memikirkan kehidupan sehari-hari secara serius, menyukai keteraturan, menyimpan perasaan, jarang berperilaku agresif dan tidak
gampang marah, dapat dipercaya, cenderung pesimis dan menaruh penilaian yang tinggi pada standar etika, lebih sensitif terhadap penderitaan, gampang letih dan
lebih cepat bosan. Eysenck dalam Pervin 2005 menyatakan perbedaan ekstrovert dan
introvert. Dikatakan introvert lebih baik dalam hal sekolah khususnya dalam pelajaran yang lebih sulit. Murid yang berhenti dari sekolah karena alasan
akademis cenderung merupakan ekstrovert, sedangkan yang berhenti karena alasan psikiatrik merupakan introvert. Selain itu ekstrovert lebih sering memberi
saran daripada introvert. Ekstrovert menyukai bekerja dengan adanya interaksi dengan orang lain, sedangkan introvert lebih menyukai bekerja sendiri. Ekstrovert
menyukai variasi dalam pekerjaannya namun introvert cenderung tidak membutuhkan hal- hal baru dalam pekerjaannya. Penelitian Ghani, dkk 2008
yang menyatakan hal yang sebaliknya yaitu pencapaian akademik yang baik akan cenderung dimiliki oleh siswa dengan dimensi kepribadian ekstrovert.
Sesuai dengan dimensi kepribadian yang diungkapkan oleh Eysenck 1998, individu dengan dimensi kepribadian introvert memiliki ciri-ciri menyukai
keteraturan Eysenck dalam Atkinson, 1993 sehingga peneliti menduga akan lebih baik dalam hal academic self management daripada dimensi kepribadian
yang memiliki ciri-ciri seperti tidak menyukai belajar atau bekerja dengan sendiri
Universitas Sumatera Utara
Eysenck dalam Atkinson, 1993. Dari asumsi ini, maka peneliti ingin melihat perbedaan academic self-management pelajar ditinjau dari dimensi kepribadian
yang dikumukakan oleh Eysenck yaitu ekstrovert dan introvert. Dalam penelitian ini, SMA Sutomo I Medan diangkat menjadi subjek
penelitian dikarenakan fenomena yang terjadi di SMA Sutomo 1 Medan memperlihatkan bagaimana academic self management itu sangat diperlukan
pelajar untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikannya. Perguruan Sutomo adalah Sekolah Swasta di Medan yang dikelola Yayasan Perguruan Sutomo
Anonimous, 2011. Sekolah Sutomo adalah salah satu sekolah yang ada di kota Medan. Sekolah Sutomo memiliki lingkungan belajar yang nyaman, seperti pada
kutipan wawancara pada salah satu murid sekolah Sutomo kelas XI berinisial VV “ia kak, kalau lingkungan sekolahnya bagus lah, nyaman buat
belajar, terus kelasnya oke kan pake AC jadi enak, pokoknya baik lah buat belajar.
komunikasi personal 16022011”
Selain itu, sekolah Sutomo juga dilengkapi dengan bermacam-macam fasilitas untuk mendukung keberhasilan pelajar-siswi nya, seperti laboratorium
belajar yang nyaman, laboratorium kimia, laboratorium biologi, perpustakaan, laboratorium fisika, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, ruang
multimedia, pelatihan olimpiade, taman bermain dll Anonimous, 2011. Sejauh ini, prestasi yang di peroleh Sutomo cukup memuaskan. Memiliki
ambisi untuk menjadi salah satu sekolah modern yang unggul di Indonesia dan memiliki komitmen yang tegas untuk memajukan lembaga pendidikan serta tidak
mementingkan profit karena menyadari bahwa yayasan ini adalah milik masyarakat Anonimous, 2011. Sampai saat ini tetap menjadi unggulan di kota
Universitas Sumatera Utara
Medan dan merupakan sekolah yang masih berada di sepuluh besar sekolah terbaik se-Indonesia, seperti pada kutipan wawancara pada salah satu murid
berinisial VV “kalau prestasi Sutomo megang kak, lupa kali aku ntah apa-apa aja
itu, kakak liat aja website Sutomo, ada kok kak di situ. Trus yang tamat Sutomo kak paling banyak ngelanjut keluar kak, di dalam
atau di luar negeri, jarang di sini aja Ya..itulah kak keinginan kami, dapat universitas yang baik lah..
komunikasi personal 16022011”
Pelajar yang ada SMA Sutomo 1 Medan, umumnya memiliki kegiatan diluar proses belajar yang mereka ikuti di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dan
les tambahan lainnya merupakan kegiatan tambahan yang mereka ikuti, sementara sekolah cenderung mengutamakan prestasi akademis para pelajarnya. Tuntutan
disekolah membuat pelajar secara psikologis memiliki keinginan untuk melewati standart yang ditetapkan oleh pihak sekolah, seperti pada kutipan wawancara pada
salah satu murid berinisial VV “kalau di Sutomo kak, keras kali belajarnya. Soal yang dikasi itu
bukan kayak soal lain, soal anak sekolah lain. Trus terkadang soalnya itu dari modul kuliah, trus soal-soal olimpiade. Keras lah kak
pokoknya. Trus ada standart naik kelas. Nilai rata-rata 75, kalau gak, gak naik kelas kak
komunikasi personal 16022011” “ekstrakurikuler di Sutomo juga banyak kak, dan semuanya itu belajar
juga kayak bahasa Jepang, Jerman, mading tiga bahasa, KBS itu maksudnya yang senior pandai ajarin yang junior buat olimpiade gitu
lah kak, walaupun ada ekstrakurikuler yang seni, kek musik, tari, sama yang tiup-tiup itu kak sama olahraga juga
komunikasi personal 16022011”
Komunikasi personal yang dilakukan peneliti kepada sampel tentang gambaran yang terjadi di sekolah Sutomo, SMA Sutomo ini dapat di jadikan
sebagai sampel dikarenakan fenomena yang ada di SMA Sutomo ini mendukung
Universitas Sumatera Utara
penelitian yang akan dilakukan peneliti. Fenomena di Sutomo memperlihatkan bagaimana pelajar yang memiliki banyak tuntutan, baik dalam maupun luar
sekolah tetap dapat menjalankan tuntutan yang ada di sekolah dan tetap memiliki prestasi dan keberhasilan yang baik.
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, kita dapat melihat bahwa ada hubungan dari keberhasilan pelajar yang dilihat dari academic self-
management nya dengan sifat-sifat kepribadian individu. Hal ini didukung dengan kutipan wawancara kepada salah satu murid berinisial MFB
“Ia kak, kalau pelajar yang berprestasi itu biasanya kutu buku kak, misalnya kelas aksel kan, mereka itu kalau jam istirahat ga keluar kelas
kak, mereka didalam belajar dan mereka bawa bekal dari rumah sendiri. Belajar ajalah kak kerjaannya, trus ga berbaur gitu sama kami
komunikasi personal 13072011” Adanya perbedaan keberhasilan pelajar dilihat dari karakteristik individu juga
didukung oleh kutipan wawancara kepada salah satu guru yang berinisial E “anak-anak yang berprestasi adalah anak-anak yang memang memiliki
kemampuan dan kecerdasan tersendiri, banyak juga faktor lain yang mendukung. Anak-anak yang berhasil disekolah biasanya mereka juga
yang berhasil dalam kegiatan mereka, terkadang mereka anggota OSIS, punya kegiatan yang padat dan Saya pikir mereka punya jadwal
belajar yang baik dirumah”
komunikasi personal 13072011” Faktor yang mengkaji keberhasilan pelajar dalam belajar adalah sifat-sifat
individu seseorang. Hal ini didukung oleh Good dan Brophy dalam Purwanto 1990 dengan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar pada individu
adalah sama dengan faktor yang mengkaji keberhasilan pelajar. Dari penelitian Chowdhury tentang students’ personality traits and academic performance: a
five-factor model perspective tahun 2006 dilihat hubungan dari tipe-tipe
Universitas Sumatera Utara
kepribadian dan penyebeb seseorang mendapatkan kesuksesan dipelajari oleh Cattel dan Butcher 1986, Eysenck 1967 dan Kline 1977 dimana McKenzie
1989 menemukan bahwa tipe kepribadian ekstrovert memiliki hubungan yang negatif dengan kesuksesan akademik yang tinggi.
Berbeda dengan hasil penelitian Catrunada 2008 diperoleh hasil bahwa mahapelajar dengan tipe kepribadian introvert memiliki kecenderungan
prokrastinasi yang lebih tinggi dibandingkan mahapelajar dengan tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini disebabkan karena performansi individu ekstrovert pada
aktifitas motorik akan terlihat lebih bertenaga, dan lebih cepat berinisiatif dalam bergerak. Sebaliknya individu dengan tipe kepribadian introvert cenderung
memperlambat gerak mereka pada aktifitas motorik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kepada guru Sutomo yang menyatakan bahwa pelajar dengan
memiliki kegiatan yang banyak, dengan kata lain yang aktif dalam OSIS dan ikut berpartisipasi dalan kegiatan sekolah memiliki tingkat prestasi yang lebih baik
daripada pelajar yang hanya suka berdiam diri diseolah. Oleh sebab itu, dengan adanya dua pendekatan yang sudah dipaparkan diatas, peneliti ingin melihat
perbedaan academic self-management pelajar SMA Sutomo I Medan yang ditinjau dari dimensi kepribadian yang dikemukakan oleh Eysenck yaitu
ekstrovert dan introvert.
I.B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian “perbedaan academic self management ditinjau dari dimensi kepribadian ekstrovert dan introvert.”, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
apakah terdapat perbedaan academic self management ditinjau dari dimensi kepribadian ekstrovert dan introvert di SMA Sutomo I Medan.
I.C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan academic self management ditinjau dari dimensi kepribadian ekstrovert dan
introvert di SMA Sutomo I
I.D. Manfaat Penelitian
Apabila rumusan masalah dalam penelitian ini sudah terjawab dan tujuan penelitian sudah tercapai, maka penelitian yang berjudul “Perbedaan academic
self management ditinjau dari dimensi kepribadian ekstrovert dan introvert di SMA Sutomo I” ini diharapkan akan membawa manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah diharapkan akan dapat memberikan kontribusi informasi di bidang psikologi pada umumnya
dan secara khusus dapat menambah wawasan dalam bidang Psikologi Pendidikan, terutama mengenai Academic Self Management dan Tipe kepribadian ekstrovert
dan introvert. 2.
Manfaat praktis a.
Diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pelajar agar dapat mempergunakan strategi academic self management ini untuk
meningkatkan kesuksesan bagi pelajar.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi pihak sekolah agar mengetahui metode dan stategi yang terbaru
dalam mengajarkan academic self management kepada pelajar agar semakin dapat meningkatkan prestasi pelajar.
I.E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disajikan dalam beberapa BAB dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan berisikan uraian mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan BAB II : Landasan teori berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang
diteliti dan hubungan antara variabel dan hipotesa penelitian. BAB III : Metode penelitian berisi uraian mengenai metodelogi penelitian yang
terdiri dari: identifikasi variabel, definisi variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, instrumentalat ukur yang digunakan,
prosedur penelitian, dan metode analisi data. Bab IV : Analisa data dan pembahasan. Berisi pengolahan dan pengorganisasian
data penelitian serta membahas data-data penelitian dengan teori yang relevan.
BAB V : Kesimpulan dan saran. Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI