Generasi Digital Native dan Digital Immigrant

Perubahan Paradigma Layanan Perpustakaan 2 informasi pemakainya. Jika tidak demikian, perpustakaan tentu akan ditinggalkan oleh pemakainya.

2. Generasi Digital Native dan Digital Immigrant

Teknologi komunikasi dan teknologi informasi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat sekarang. Bahkan karena adanya pengaruh teknologi informasi tersebut, sekarang ini muncul sebutan baru pemakai perpustakaan, yaitu generasi Digital Native dan generasi Digital Immigrant. Digital native adalah istilah yang digunakan untuk menamakan generasi anak-anak yang lahir setelah tahun 1990-an. Mereka ini hidup dalam dunia teknologi informasi dan selalu terhubung dengan berbagai kalangan secara online, baik melalui mobile technology maupun teknologi berkabel. Generasi ini juga bersifat multi-tasking dan multi modal. Digital native juga sering disebut sebagai Generation Y, Generation I, Net Generation, Millenials, atau Echoboom. Menurut Priyanto 2009 : “Net Gen atau digital native biasanya berharap teknologi dan konektivitas selalu ada kapanpun dan dimanapun. Konektivitas bagi mereka sangat penting karena mereka menggunakannya sebagai media untuk membangun jaringan kerja sosial dan profesional. Mereka sudah biasa menggunakan e-mail, IM, chatting, blog, webcam, camera phones, TV, video cameras, internet forum, digital music, online gaming, digital photos, laptops, dan lain-lain”. Digital native adalah generasi digital yang sangat paham dengan internet, multitasking, dan technologically literate. Mereka ingin cepat dalam menelusur informasi dan selalu tersambung dengan internet. Mereka sangat menyukai sumber-sumber informasi dalam bentuk digital. Mereka sembarangan dalam mengakses informasi random access to information dan menyukai fun learning. Lebih lanjut dapat disebutkan karakteristik dari digital native adalah: mereka berada dalam dunia media dan gadgets terkait teknologi informasi, teknologi yang mereka gunakan mobile, internet menjadi bagian dari dunia mereka, mereka multitaskers, mereka siap dengan perubahan besar teknologi bahkan untuk 10 tahun mendatang, cara belajar dan meneliti terbentuk oleh techno-world mereka, selalu on, selalu connected, canggih dan mudah beradaptasi dengan teknologi baru. Perubahan Paradigma Layanan Perpustakaan 3 Digital natives ini adalah generasi yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya Digital Immigrant. Generasi ini terbiasa berkomunikasi dan berinteraksi melalui situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, online game, dan lain-lain. Menurut artikel yang dimuat di majalah, Indonesia sudah menjadi negara terbesar di dunia yang menggunakan facebook dan sebagai negara yang sangat cepat mengadopsi twitter. Indonesia juga memiliki lebih dari 120 juta pemakai handphone HP, dan market ini terus tumbuh dengan pesat. 60 dari semua lalu lintas internet di Indonesia terjadi lewat handphone HP, bukan melalui komputer. Sumber : Majalah Charisma Edisi Februari-Maret 2011. Net Generation atau generasi digital native adalah anak-anak yang ada pada saat ini. Ini berarti, mereka adalah orang-orang akan menjadi pemakai perpustakaan sekarang dan masa depan. Generasi digital native ini akan mendominasi pemakai perpustakaan sampai kurang lebih tahun 2030. Untuk itu perpustakaan, apapun jenis perpustakaannya, harus mengubah paradigma layanannya untuk memenuhi kebutuhan akan informasi generasi digital native ini. Digital Immigrant adalah sebutan bagi mereka yang lahir sebelum tahun 1980. Generasi digital immigrant adalah generasi yang pada masa mudanya masih menggunakan fasilitas konvensional atau tradisonal seperti mesin ketik, surat pos, dan sebagainya. Mereka adalah generasi yang mau belajar teknologi baru tetapi belum bisa meninggalkan tradisi lama secara 100 . Mereka memanfaatkan teknologi informasi yang baru tersebut dengan cara mereka sendiri dan terkadang menemukan berbagai kesulitan dalam memanfaatkannya. Digital immigrants ini adalah generasi yang sudah dewasa atau tua pada waktu internet mulai ada. Mereka generasi yang beralih dari teknologi konvensional ke teknologi digital, dari mesik ketik manual menjadi keyboard, dari menulis surat menjadi e-mail, dan mereka belum terbiasa menggunakan Google internet sebagai search engine. Sangat berbeda dengan generasi digital natives yang selalu menggunakan Google ataupun search engine lainnya internet untuk mencari informasi yang mereka butuhkan. Kenyataan lainnya adalah bahwa para digital immigrants melihat bahwa orang-orang tidak akan berhasil kalau belajar sambil nonton TV atau mendengarkan musik. Belajar seharusnya tidak sambil bermain. Padahal justru saat ini gaya atau cara belajar para digital natives sudah jauh berubah. Mereka justru bisa belajar kalau sambil mendengarkan musik atau bahkan sambil membuka website karena mereka adalah multi-taskers. Untuk mengantisipasi hal-hal seperti Perubahan Paradigma Layanan Perpustakaan 4 ini tentu saja perpustakaan sebagai penyedia informasi dan fasilitas publik harus selalu tanggap dengan berbagai perubahan perilaku pemakainya. Kalau tidak maka perpustakaan pasti akan ditinggalkan oleh para pemakainya.

3. Perubahan Paradigma Layanan Perpustakaan untuk Generasi Digital Immigrant