Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi Swasta Pada Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Penanaman Modal Kota Medan

(1)

KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN INVESTASI SWASTA PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL

KOTA MEDAN

DISUSUN OLEH :

HARIS LOUIS KING GULTOM 040903016

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus sang Kepala Gerakan buat segala kebaikan yang penulis dapatkan selama ini. Hanyalah berkat kasih karunia dan anugerahNya semata penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr. M.Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP-USU

3. Ibu Dra.Beti Nasution MSi, selaku Sekretaris Departemen Ilmu administrasi Negara FISIP-USU.

4. Bapak Drs. Husni Thamrin MSi, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Kepada kak Mega dan kak Dian selaku Staff Edukatif Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP-USU, yang telah banyak membantu penulis dalam urusan perlengkapan administrasi.

6. Kepada orangtua saya, Bapak saya M.R.Gultom dan Ibu saya H.Ambarita, saudara-saudari saya, bang Ando, kak ellis, kak ika, dan adekku tercinta Elsa Riana Margaretha Gultom. Kalian sebagai motivator saya dalam menyelesaikan skripsi ini

7. Kepada Rudi Kristian Manurung, yang telah menemani, memberi saran,memotivasi dan membantu penulis selama pengerjaan skripsi ini, tidak ada kata ataupun materi yang dapat membayar kebaikanmu sobat.


(3)

8. Kepada rekan-rekan di Administrasi Negara FISIP USU (Tantri dkk), terima kasih buat dukungan dan bantuannya.

9. Kepada sahabat-sahabat GMKI FISIP USU (Rony Sibarani, Melki Naibaho, Frans silaen, Alex Sidabutar, Berkatdo, Yhonatan,) yang telah banyak membantu dalam mengerjakan skripsi ini, dan terimakasih atas tempat dan waktu yang kalian sediakan.

10.Kepada rekan-rekan Sosiologi 03 FISIP USU (Bastian, Vorta, Fery, Alex, Madan, Tobing, David, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebut, terimah kasih buat dukungan materil dan motivasinya.

11.Kepada Fransiska Dewi br.Bukit (nang Q) yang telah mau mendengarkan keluh kesah penulis serta menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

ABSTRAK

KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN INVESTASI SWASTA PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL KOTA MEDAN

Nama :Haris Louis King Gultom

NIM :040903016

Departemen :Ilmu Administrasi Negara

Dosen Pembimbing :Drs. Husni Thamrin Nasution, M.Si Kata Kunci :Kualitas, pelayanan publik

Pelayanan pada dasarnya dibuat untuk membentuk sebuah proses pencapaian tujuan agar berjalan dengan baik. Berarti tujuan pelayanan menjadi indikator keberhasilan dari pelayanan. Pelayanan ada yang bersifat umum atau publik dan bersifat pribadi atau privat. Pelayanan merupakan bentuk dari keutuhan sebuah negara/pemerintah. Pelayanan menjadi bukti eksistensi dari fungsi negara. Pelayanan dibuat agar proses pencapaian tujuan tidak terhambat oleh halangan yang bisa merusak atau mengganggu fungsi dari negara itu sendiri.

Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan-kebikakan pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi kebijakan tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna bagi dua pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan pemerintah selaku pelaksana pelayanan.

Pelayanan yang baik/ memuaskan dan efektif efisien akan menciptakan persepsi positif dari masyarakat/objek dari pelayanan terhadap kinerja dari pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap pemerintah dan apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan ragu dalam memenuhi kewajibannya dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat pelayanan yang memuaskan dari pemerintah. Persepsi merupakan efek balik terhadap perilaku pemerintah yang terbentuk dalam pelayanan. Persepsi merupakan suatu penilaian terhadap pemerintah atau lembaga bersangkutan. Persepsi juga berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap kinerja yang telah dicapai oleh pemerintah. Persepsi masyarakat membuat pemerintah bisa melihat bahwa pada dasarnya sebuah kebijakan tidak semata harus sempurna tapi mampu menarik masyarakat. Masyarakat memandang perilaku petugas pelayanan menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan, karena proses kontak terjadi pada saat masyarakat berurusan dengan petugas. Baik buruk dari perilaku petugas akan langsung mendapatkan respon dari masyarakat. Sedangkan jasa pelayanan yang didapatkan masyarakat cenderung menjadi faktor kedua yang harus diperhatikan.

Kualitas Pelayanan terbentuk lebih karena faktor kontak langsung antara petugas pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan, faktor tersebut langsung menjadi penilaian dari masyarakat selaku pelanggan. Evaluasi terhadap kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan publik.


(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...i

Abstraksi...iii

Daftar Isi ... iv

Bab I Pendahuluan ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Teori ... 9

E.1 Kualitas Pelayanan ... 9

E.1.1 Kualitas ... 9

E.1.2 Pelayanan ... 11

E..1.3 Kualitas Pelayanan ... 12

E.2 Pengukuran Kualitas Pelayanan ... 12

E.3 Prosedur Permohonan Investasi Swasta ( Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman modal Asing) ... 18

E.3.1 Persetujuan Penanaman Modal ... 18

E.3.1.1 Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri ... 18

E.3.1.2 Persetujuan Penanaman Modal Asing ... 20

E.3.2 Izian Usaha Tetap ( IUT) ... 22

E.4 Pelayan Perizinan Investasi Swasta. ... 23

F. Defenisi Konsep ... 29

G. Defenisi Operasional. ... 29

H. Sistematika Penulisan. ... 31

Bab II Metode Penelitian. ... 33

A. Bentuk penelitian. ... 33

B. Lokasi Penelitian. ... 33

C. Informan ... 33

D.Teknik Pengumpulan Data... 34


(6)

Bab III. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

A. Lokasi, Demografi dan Geografi. ... 36

A.1 Wilayah dan Pemerintahan ... 36

A.2 Infrastruktur Jalan dan Angkutan Kota ... 37

A.3 Pos dan Telekomunikasi ... 38

A.4 Kependudukan ... 38

B. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing Kota Medan ... 39

B.1 Secara Umum ... 39

B.2 Tugas Pokok ... 40

B.3 Fungsi ... 40

B.4 Struktur Organisasi ... 40

Bab IV Penyajian Data ... 46

Bab V Analisa Data ... 57

Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi Swasta pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing Kota Medan ... 57

Bab VI Penutup... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran-saran ... 88 Daftar Pustaka.


(7)

ABSTRAK

KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN INVESTASI SWASTA PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL KOTA MEDAN

Nama :Haris Louis King Gultom

NIM :040903016

Departemen :Ilmu Administrasi Negara

Dosen Pembimbing :Drs. Husni Thamrin Nasution, M.Si Kata Kunci :Kualitas, pelayanan publik

Pelayanan pada dasarnya dibuat untuk membentuk sebuah proses pencapaian tujuan agar berjalan dengan baik. Berarti tujuan pelayanan menjadi indikator keberhasilan dari pelayanan. Pelayanan ada yang bersifat umum atau publik dan bersifat pribadi atau privat. Pelayanan merupakan bentuk dari keutuhan sebuah negara/pemerintah. Pelayanan menjadi bukti eksistensi dari fungsi negara. Pelayanan dibuat agar proses pencapaian tujuan tidak terhambat oleh halangan yang bisa merusak atau mengganggu fungsi dari negara itu sendiri.

Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan-kebikakan pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi kebijakan tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna bagi dua pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan pemerintah selaku pelaksana pelayanan.

Pelayanan yang baik/ memuaskan dan efektif efisien akan menciptakan persepsi positif dari masyarakat/objek dari pelayanan terhadap kinerja dari pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap pemerintah dan apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan ragu dalam memenuhi kewajibannya dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat pelayanan yang memuaskan dari pemerintah. Persepsi merupakan efek balik terhadap perilaku pemerintah yang terbentuk dalam pelayanan. Persepsi merupakan suatu penilaian terhadap pemerintah atau lembaga bersangkutan. Persepsi juga berfungsi sebagai alat evaluasi terhadap kinerja yang telah dicapai oleh pemerintah. Persepsi masyarakat membuat pemerintah bisa melihat bahwa pada dasarnya sebuah kebijakan tidak semata harus sempurna tapi mampu menarik masyarakat. Masyarakat memandang perilaku petugas pelayanan menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan, karena proses kontak terjadi pada saat masyarakat berurusan dengan petugas. Baik buruk dari perilaku petugas akan langsung mendapatkan respon dari masyarakat. Sedangkan jasa pelayanan yang didapatkan masyarakat cenderung menjadi faktor kedua yang harus diperhatikan.

Kualitas Pelayanan terbentuk lebih karena faktor kontak langsung antara petugas pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan, faktor tersebut langsung menjadi penilaian dari masyarakat selaku pelanggan. Evaluasi terhadap kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan publik.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menetapkan aspek-aspek penting tentang pemerintahan di daerah. Menurut Baharuddin Tjenreng (2005:2) aspek pemerintahan di daerah yang terpenting adalah kewenangan otonomi untuk Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang didasarkan pada asas desentralisasi saja, dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Kewenangan daerah yang dimaksud adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menetapkan kewenangan otonomi luas yaitu keleluasaan Daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan di semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Di samping itu, keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang pada dasarnya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Sedangkan prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam


(9)

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional. Kebijakan otonomi daerah yang ditetapkan pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, mengharuskan pemerintah daerah melakukan terobosan-terobosan yang memberikan nilai positif bagi daerah itu sendiri, guna kemandirian masyarakatnya. Untuk merealisasikan maksud tersebut, bidang ekonomi merupakan salah satu hal yang harus diprioritaskan karena mengembangkan investasi dan bisnis merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus meningkatkan penerimaan daerah untuk membiayai program pembangunan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, telah mengatur pendanaan untuk daerah yang masih dialokasikan oleh pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan sebagainya. Namun alokasi dana yang disediakan tersebut terbatas sedangkan di sisi lain kebutuhan daerah akan pembangunan makin bertambah dengan jumlah dana yang tidak mungkin disiapkan sepenuhnya oleh pemerintah daerah, sehingga diperlukan adanya tambahan dana dari sektor lainnya untuk membantu membiayai pembangunan di daerah dan salah satu di antaranya yaitu sektor swasta baik asing maupun dalam negeri dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) untuk sektor usaha yang diizinkan oleh pemerintah. Untuk menarik investasi swasta ini, dilaksanakan melalui pelayanan administrasi penanaman modal yang merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah, sebagaimana yang ditetapkan di dalam Bab II Bagian Kedua Pasal 14 ayat (1) huruf n Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yaitu Pelayanan Administrasi Penanaman Modal.


(10)

Pelayanan administrasi penanaman modal, dalam konteks penulisan ini adalah penanaman modal yang tunduk pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mencakup penetapan kebijakan dan rencana penanaman modal, penyediaan data potensi dan peluang usaha daerah, promosi dan kerjasama investasi atau penanaman modal, perizinan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan penanaman modal. Salah satu hal yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan administrasi penanaman modal adalah pelayanan perizinan investasi khususnya perizinan investasi swasta Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Titik berat penekanan pada investasi swasta PMA dan PMDN adalah untuk membedakannya dari investasi pemerintah ataupun investasi non profit yang dilakukan oleh masyarakat melalui yayasan. Pelayanan perizinan adalah bagian dari pelayanan publik untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya kalangan dunia usaha. Dalam rangka pemberian pelayanan tersebut pemerintah telah memberikan pedoman atas penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana diatur di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63/KEP/M.PAN/2003, tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pelayanan publik itu sendiri pada hakekatnya adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Apapun pelayanan kepada masyarakat tentunya telah ada suatu ketetapan tata laksananya, prosedur dan kewenangan sehingga penerima pelayanan puas apa yang telah diterimanya. Sehubungan dengan itu pelayanan kepada masyarakat harus mempunyai makna mutu pelayanan yang :


(11)

1. Memenuhi standar waktu, tempat, biaya, kualitas dan prosedur yang ditetapkan untuk penyelesaian setiap tugas dalam pemberian pelayanan.

2. Memuaskan pelanggan artinya bahwa setiap keinginan orang yang menerima pelayanan merasa puas, berkualitas dan tepat waktu dan biaya terjangkau.

Berikut unsur –unsur dari pelayanan prima :

1. PENAMPILAN. Personal dan fisik sebagaimana layanan kantor depan (resepsionis) memerlukan persyaratan seperti : wajah harus menawan, badan harus tegap / tidak cacat, tutur bahasa menarik, familiar dalam perilaku, penampilan penuh percaya diri, busana harus menarik

2. TEPAT WAKTU & JANJI. Secara utuh dan prima petugas pelayanan dalam menyampaikan perlu diperhitungkan janji yang disampaikan kepada pelanggan bukan sebaliknya selalu ingkar janji. Demikian juga waktu jika mengutarakan 2 hari selesai harus betul-betul dapat memenuhinya.

3. KESEDIAAN MELAYANI. Sebagaimana fungsi dan wewenang harus melayani kepada para pelanggan, konsekuensi logis petugas harus benar-benar bersedia melayani kepada para pelanggan.

4. PENGETAHUAN DAN KEAHLIAN. Sebagai syarat untuk melayani dengan baik, petugas harus mempunyai pengetahuan dan keahlian. Disini petugas pelayanan harus memiliki tingkat pendidikan tertentu dan pelatihan tertentu yang disyaratkan dalam jabatan serta memiliki pengalaman yang luas dibidangnya.

5. KESOPANAN & RAMAH TAMAH. Masyarakat pengguna jasa pelayanan itu sendiri dan lapisan masyarakat baik tingkat status ekonomi dan sosial rendah maupun tinggi terdapat perbedaan karakternya maka petugas pelayanan masyarakat dituntut


(12)

adanya keramahtamahan yang standar dalam melayani, sabar, tidak egois dan santun dalam bertutur kepada pelanggan.

6. KEJUJURAN DAN KEPERCAYAAN. Pelayanan ini oleh pengguna jasa dapat dipergunakan berbagai aspek, maka dalam penyelenggaraannya harus transparan dari aspek kejujuran, jujur dalam bentuk aturan, jujur dalam pembiayaan dan jujur dalam penyelesaian waktunya. Dari aspek kejujuran ini petugas pelayanan tersebut dapat dikategorikan sebaga pelayanan yang dipercaya dari segi sikapnya, dapat dipercaya dari tutur katanya, dapat dipercaya dalam menyelesaikan akhir pelayanan sehingga otomatis pelanggan merasa puas. Unsur pelayanan prima dapat ditambah unsur yang lain.

7. KEPASTIAN HUKUM. Secara sadar bahwa hasil pelayanan terhadap masyarakat yang berupa surat keputusan, harus mempunyai legitimasi atau mempunyai kepastian hukum. Bila setiap hasil yang tidak mempunyai kepastian hukum jelas akan mempengaruhi sikap masyarakat, misalnya pengurusan KTP, KK dllbila ditemukan cacat hukum akan mempengaruhi kredibilitas instansi yang mengeluarkan surat legitimasi tersebut.

8. KETERBUKAAN. Secara pasti bahwa setiap urusan / kegiatan yang memperlakukan ijin, maka ketentuan keterbukaan perlu ditegakan. Keterbukaan itu akan mempengaruhi unsur-unsur kesederhanaan, kejelasan informasi kepada masyarakat.

9. EFISIEN. Dari setiap pelayanan dalam berbagai urusan, tuntutan masyarakat adalah efisiensi dan efektifitas dari berbagai aspek sumber daya sehingga menghasilkan biaya yang murah, waktu yang singkat dan tepat serta hasil kualitas yang tinggi. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas merupakan tuntutan yang harus diwujudkan dan perlu diperhatikan secara serius.

10. BIAYA. Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diperlukan kewajaran dalam penentuan pembiayaan, pembiayaan harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat


(13)

dan pengeluaran biaya harus transparan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

11. TIDAK RASIAL. Pengurusan pelayanan dilarang membeda-bedakan kesukuan, agama, aliran dan politik dengan demikian segala urusan harus memenuhi jangkauan yang luas dan merata.

12. KESEDERHANAAN. Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat untuk diperhatikan kemudahan, tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal Kota Medan, merupakan unit kerja Pemerintah Daerah Kota Medan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang pelayanan administrasi penanaman modal di Kota Medan, khususnya untuk pelayanan perizinan investasi swasta Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) harus mampu memberikan pelayanan terbaik bagi investor yang bermaksud menanamkan modalnya, sesuai dengan Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang termuat dalam Surat Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor : 57/SK/2004 jo. Nomor : 70/SK/2004, yaitu tentang Pedoman dan Tata Cara Persetujuan Penanaman Modal. Ini merupakan usaha untuk memberikan pelayanan prima kepada investor mengingat semakin besarnya tantangan ke depan dalam menarik investasi. Pelayanan prima tersebut dapat tercermin dari, adanya transparansi dalam pemberian pelayanan, pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan, pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan, dan pelayanan yang tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, dan lain-lain.

Proses perizinan investasi swasta pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal Kota Medan, yaitu investor yang ingin menanamkan modalnya harus mencermati jenis aplikasi apa yang akan diajukan, dan apa jenis persyaratan yang


(14)

dibutuhkan, setelah investor mengisi formulir aplikasi dan melampirkan dengan semua persyaratan yang dibutuhkan, lalu investor mengisi formulir Check List Self Assesment, setelah itu petugas melakukan penelitian untuk memperoleh pembenaran dan memberikan tanda terima aplikasi, apabila ada kekurangan data maka aplikasi akan dikembalikan kepada investor dengan catatan apa saja kekurangannya, kemudian apabila aplikasi yang diajukan telah lengkap maka akan diproses perizinan investasinya.

Dalam usaha peningkatan mutu pelayanan publik, setiap instansi diharapkan mampu menjamin keleluasaan dan kepercayaan dari masyarakat terhadap kinerja setiap instansi tersebut. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana , apa kiat-kiat yang harus dilakukan untuk keberhasilan sebuah pelayanan pulik.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing Kota Medan adalah salah satu dari berbagai instansi pemerintah yang berusaha memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan disini adalah pelayanan dalam pembuatan surat izin usaha investasi swasta. Kemampuan setiap segawai dan aparatur pemerintah yang ada dikantor tersebut sangat mempengaruhi sebuah pelayann publik, bagaimana para pegawai mampu menciptakan suatu pelayanan publik yang baik dengan ketersediaan peralatan dan perlengkapan yang ada dikantor tersebut? lalu bagaimana prosesnya sehingga semua dapat terjadi?

Berdasarkan Penjelasan diatas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian secara mendalam tentang pelayanan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan, dengan judul “Kualitas Pelayanan Perizinan Investasi Swasta Pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan”.


(15)

B. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti.

Bertolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah kualitas pelayanan perizinan investasi swasta pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan?“

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mendeskripsikan kualitas pelayanan Pembuatan surat izin investasi swasta yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal Kota Medan

b. Untuk mengetahui apakah pelayanan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan sudah memenuhi standar pelayanan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan Dilakukannya kegiatan penelitian ini tentunya akan memberikan manfaat bagi sipenulis maupun pihak lain yang memerlukannya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi peneliti serta menjadi langkah awal dalam penyusunan tugas akhir peneliti sendiri


(16)

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan/evaluasi khusus bagi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan

c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khasanah ilmiah dalam penelitian ilmu sosial khususnya bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

E. Kerangka Teori

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian.

E.1. Kualitas Pelayanan E.1.1. Kualitas

Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang optimal menjadi sangat penting untuk dilakukan. Pelayanan publik harus memperoleh perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh karena merupakan tugas dan fungsi yang melekat pada setiap aparatur pemerintah. Tingkat kualitas kinerja pelayanan publik memiliki dampak yang luas dalam berbagai aspek kehidupan, terutama untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, upaya penyempurnaan pelayanan publik harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan dan dilaksanakan oleh seluruh jajaran aparatur pemerintah baik di pusat maupun di daerah.

Istilah kualitas menurut Crosby (dalam Nasution, 2001:16) merupakan Conformance to Requirement, yaitu sesuai dengan yang di syaratkan atau di standarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk. Menurut Deming (dalam Nasution, 2001:16) kualitas adalah


(17)

kesesuaian dengan kebutuhan sepenuhnya. Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya pada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk.

Dalam pandangan lain, Tjiptono (1996:51) mengemukakan konsep kualitas sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian yang memuaskan konsumen. Tjiptono (1997:129) berpendapat bahwa keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan konsumen sebab kepuasan konsumen sangat tergantung pada kualitas suatu produk serta kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelolanya.

Garvin (dalam Nasution, 2001:16) mengatakan bahwa kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. Dengan demikian mutu adalah kondisi dinamis yang bisa menghasilkan pelayanan yang lebih baik, lebih murah, lebih cepat, lengkap dan tuntas. Dengan kata lain jika suatu produk, jasa atau proses yang dihasilkan tidak memenuhi harapan pelanggan berarti produk, jasa atau proses itu kurang bermutu. Maka pelayanan kepada pelanggan dikatakan bermutu bila memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Sejalan dengan itu dikatakan pula bahwa pengertian mutu dapat diartikan sebagai hasil kinerja untuk suatu proses pekerjaan yang sesuai standar sebagaimana diharapkan oleh pelanggan.

Eduarson (dalam Tjiptono, 1997:53) menyatakan bahwa kualitas lebih menekankan aspek kepuasan pelanggan dan pendapatan. Kualitas memiliki hubungan erat dengan kepuasan pelanggan. Kepuasan memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka


(18)

panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka.

E.1.2. Pelayanan

Menurut Hodges (dalam Sutarto, 2002:123) secara etimologis, kata pelayanan berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya melayani kepentingan dan kemauan orang lain.

Selanjutnya menurut Sinambela (2007:5) dalam Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003, dikatakan bahwa pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan perundang-undangan. Beberapa unsur yang terkandung dalam pengertian pelayanan yaitu :

a.) Pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan lembaga atau aparat pemerintah maupun swasta.

b.) Objek yang dilayani adalah masyarakat (publik) berdasarkan kebutuhannya c.) Bentuk pelayanan yang diberikan berupa barang atau jasa

d.) Ada aturan atau sistem dan tata cara yang jelas dalam pelaksanaannya.

Menurut Komaruddin (1993:448), bahwa pelayanan adalah alat-alat pemuas kebutuhan yang tidak berwujud atau prestasi yang dilakukan atau dikorbankan untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan konsumen.

Lebih jauh dikemukakan oleh Daviddow dan Uttal (dalam Lukman, 2001:5) bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertingi kepuasan pelanggan (whatever enhances customer satisfaction).

Pendapat tersebut dipertegas oleh Sianipar (1999:4), bahwa pelayanan dikatakan sebagai cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan,


(19)

kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi (sekelompok orang anggota organisasi).

E.1.3. Kualitas Pelayanan

Menurut Sianipar (1999:32) kualitas pelayanan difokuskan kepada cara penyerahan dan pada saat penggunaan sejauhmana dapat memenuhi ketentuan-ketentuan dasar desain atau kesepakatan serta waktu pemeliharaan dan perbaikan. Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan.

Menurut Wyekof (dalam Tjiptono, 1997:59) kualitas jasa atau pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada 2 (dua) faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan yaitu pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan.

Dengan memiliki kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan / instansi yang bertugas melayani masyarakat.

E.2. Pengukuran Kualitas Pelayanan

Kualitas Pelayanan merupakan penilaian atas sejauh mana suatu jasa sesuai dengan apa yang seharusnya diberikan atau disampaikan (Tjiptono, 1997:45). Lebih lanjut Tjiptono (1997:45) mengatakan bahwa kualitas diukur melalui penelitian konsumen mengenai persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan sebuah organisasi.


(20)

Kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator dalam mengukur efektifitas kinerja organisasi baik swasta maupun publik.

Menurut Vincent Gasperz (dalam Sianipar, 1999:18-19) ada 10 (sepuluh) dimensi yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas jasa atau pelayanan :

a. Kepastian waktu pelayanan. Ketepatan waktu yang diharapkan berkaitan dengan waktu proses atau penyelesaian, pengiriman, penyerahan, pemberian jaminan atau garansi dan menanggapi keluhan.

b. Akurasi pelayanan. Hal ini berkaitan dengan realibilitas pelayanan, bebas dari kesalahan.

c. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Personil yang berada pada garis depan yang berinteraksi langsung dengan pelanggan eksternal harus dapat memberikan sentuhan pribadi yang menyenangkan yang tercermin melalui penampilan pribadi, bahasa tubuh, tutur kata, dan sopan santun

d. Tanggung jawab. Bertanggung jawab dalam penerimaan pesan atau permintaan dan penanganan keluhan masyarakat.

e. Kelengkapan. Kelengkapan pelayanan menyangkut lingkup pelayanan, ketersediaan prasarana pendukung dan pelayanan komplementer.

f. Kemudahan mendapatkan pelayanan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya outlet petugas yang melayani dan fasilitas pendukung.

g. Variasi model pelayanan. Hal ini berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru pelayanan.

h. Pelayanan pribadi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan dalam memberikan dan menanggapi kebutuhan khas.


(21)

i. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan. Kenyamanan memperoleh pelayanan berkaitan dengan tempat pelayanan, kemudahan, ketersediaan data dan petunjuk.

j. Atribut pendukung pelayanan.

Moenir (2000:47), mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Dalam hal ini perannya akan lebih besar dan bersifat menentukan manakala dalam kegiatan-kegiatan jasa di masyarakat terdapat kompetisi atau persaingan dalam usaha merebut pelanggan. Garvin (dalam Nasution, 2001:17) mengemukakan 5 (lima) macam perspektif yang digunakan untuk mewujudkan kualitas suatu produk:

a. Transcendental Approach, dalam pendekatan ini kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit untuk dioperasionalisasikan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni.

b. Product-Based Approach, menganggap bahwa kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur

c. User-Based Approach, didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang menggunakannya dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

d. Manufacturing-Based Approach, memperhatikan praktek-praktek perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefenisikan kualitas sebagai kesesuaian atau sama dengan persyaratan.

e. Value-Based Approach, memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif sehingga produk yang memiliki


(22)

kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi, yang paling bernilai adalah barang dan jasa yang tepat dibeli.

Christoper (dalam Sianipar, 1999:6) mengatakan pelayanan pelanggan (masyarakat yang menjadi sasaran pelayanan) yang berkesinambungan antara waktu pemesanan dan waktu barang dan jasa diterima, digunakan dengan tujuan memuaskan pelanggan dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Granroos (dalam Sutopo, 2002:11) ada 6 (enam) kriteria untuk menilai kualitas pelayanan yang baik, yaitu :

a. Profesionalisme dan Ketrampilan.

Para pelanggan menyadari bahwa pemberi pelayanan dan para petugas memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara profesionalisme.

b. Sikap dan Perilaku

Para pelanggan merasakan bahwa para petugas pelayanan memperhatikan dan tertarik untuk memecahkan masalah secara spontan dan ramah.

c. Aksesibilitas dan Fleksibilitas

Para pelanggan merasakan bahwa pemberi pelayanan, lokasinya, waktu, kegiatan para pegawai dan sistem operasionalnya dirancang dan beroperasi dengan baik, sehingga mudah memiliki akses kepada konsumen, dan kesemuanya dipersiapkan agar sesuai dengan permintaan dan keinginan pelanggan.

d. Reliabilitas dan Kepercayaan

Para pelanggan mengetahui bahwa mereka mempercayai pemberi pelayanan, para petugas pelayanan akan menepati janjinya dan melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati.


(23)

e. Perbaikan

Para pelanggan menyadari apabila ada kesalahan, dan terjadi hal-hal tidak diperhitungkan sebelumnya, maka pihak pemberi pelayanan akan segera mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan.

f. Reputasi dan Kredibilitas

Para pelanggan percaya bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan para pemberi pelayanan dapat dipercaya dan berusaha memiliki kinerja yang baik.

Jika suatu organisasi ingin berkualitas, maka apa yang ingin dilakukan oleh sebuah organisasi perlu disesuaikan dengan kebutuhan anggota organisasinya dan masyarakat luas sebagai pengguna jasa. Apa yang menjadi tujuan, minat, dari karyawan dan apa yang masyarakat inginkan seharusnya merupakan feedback pada sebuah organisasi.

Dimensi-dimensi jasa yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi jasa, seperti yang dikemukakan oleh Zeithaml, Berry, dan Parasuraman (dalam Nasution 2001:18) adalah sebagai berikut:

a. Bukti langsung (Tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.

b. Keandalan (Reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

c. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

d. Jaminan (Assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.


(24)

e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.

Kualitas menurut Kottler harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (dalam Tjiptono 1997:61) hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan sudut pandang atau persepsi pelanggan. Pelangganlah yang mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa.

Sebagai pihak yang ingin memperoleh pelayanan yang baik dan memuaskan maka perwujudan pelayanan menurut Moenir (2000:41) yang didambakan adalah :

a. Adanya kemudahan dalam kepentingan dan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang-kadang dibuat-buat.

b. Memperoleh pelayanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran, atau kata-kata lain yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu baik dengan alasan untuk dinas atau alasan untuk kesejahteraan.

c. Mendapat perlakuan yang sama dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib, dan tidak pandang bulu.

d. Pelayanan yang jujur. Terus terang apabila ada hambatan karena sesuatu masalah yang tidak dapat dihindarkan hendaknya diberitahukan sehingga orang tidak menunggu sesuatu yang tidak menentu.

Setiap penyelenggaraan pelayanan perizinan harus memiliki standar pelayanan yang merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima layanan. Standar pelayanan perizinan Penanaman Podal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA) juga harus ditentukan. Standar pelayanan perizinan yang dikemukakan oleh Pusat Penelitian


(25)

dan Pelatihan Badan Koordinasi Penanaman Modal, Pelayanan Perizinan Penanaman Modal (2006:6) paling tidak terdiri dari:

a. Prosedur Pelayanan. Yaitu prosedur yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan.

b. Waktu Penyelesaian. Yaitu waktu yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan.

c. Biaya Pelayanan. Yaitu biaya atau tarif pelayanan yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

d. Sarana dan Prasarana. Yaitu penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan.

e. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan. Yaitu pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

E.3. Prosedur Permohonan Investasi Swasta (Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing)

E.3.1. Persetujuan Penanaman Modal E.3.1.1. Persetujuan PMDN

Permohonan Baru dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat diajukan oleh Perseroan Terbatas (PT), Commanditaire Vennootschap (CV), Firma (Fa), Koperasi, BUMN, BUMD, atau Perorangan dalam 2 (dua) rangkap menggunakan formulir Model I/PMDN dengan melampirkan:

a.) Bukti diri pemohon

• Rekaman Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya bagi PT, BUMN/BUMD, CV, FA.


(26)

• Rekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi perorangan.

b.) Surat kuasa dari yang berhak apabila penandatanganan bukan pemohon sendiri c.) Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

d.) Uraian rencana kegiatan

• Uraian proses produksi yang dilengkapi dengan alir proses, serta mencantumkan proses produksi dan jenis barang dari bahan (bahan baku/bahan penolong) bagi industri pengolahan, atau

• Uraian kegiatan usaha bagi kegiatan di bidang jasa. e.) Rekomendasi sektoral

• Rekomendasi/penetapan izin prinsip sesuai ketentuan sektoral tertentu.

• Khusus sektor pertambangan yang merupakan kegiatan ektraksi, sektor energi, sektor perkebunan kelapa sawit, karet, dan sektor perikanan harus dilengkapi rekomendasi dari instansi yang bersangkutan.

• Khusus untuk bidang usaha pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet yang bahan bakunya tidak berasal dari kebun sendiri, harus dilengkapi dengan jaminan bahan baku dari pihak lain yang diketahui oleh Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota setempat.

f.) Bagi bidang usaha yang dipersyaratkan kemitraan

• Kesepakatan/perjanjian kerjasama tertulis mengenai kesepakatan bermitra dengan usaha kecil, yang antara lain memuat nama dan alamat masing-masing pihak, pola kemitraan yang akan digunakan, hak dan kewajiban masing-masing pihak, dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada pengusaha kecil.

• Akta Pendirian dan perubahannya atau risalah RUPS mengenai penyertaan Usaha Kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham.


(27)

g.) Surat pernyataan diatas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai Undang-undang No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Persetujuan atas permohonan penanaman modal diterbitkan dalam bentuk Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (SP PMDN) selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak diterima lengkap, kecuali bidang-bidang usaha yang memerlukan konsultasi dengan Departemen Teknis terkait. Tembusan SP PMDN disampaikan kepada Instansi terkait dan Gubernur/Bupati/Walikota.

E.3.1.2. Persetujuan PMA

Permohonan persetujuan Penanaman Modal Asing (PMA) dapat diajukan oleh Warga Negara Asing, Badan Hukum Asing, Perusahaan PMA, atau bersama dengan Warga Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia dalam 2 (dua) rangkap menggunakan formulir Model I/PMA. Lampiran kelengkapan data PMA sama dengan kelengkapan data permohonan PMDN namun ada tambahan data berupa : a.) Bukti diri pemohon

• Peserta Asing, Rekaman Article of Association (untuk perusahaan) dalam Bahasa Inggris atau Indonesia, atau Paspor yang masih berlaku untuk peserta asing perorangan lengkap dengan lembaran yang kosong.

• Peserta Indonesia (apabila ada), Rekaman Akta Pendirian dan Perubahannya serta Pengesahan Menteri Hukum dan HAM, atau Rekaman Anggaran Dasar/Rumah Tangga (untuk Koperasi), atau Rekaman KTP yang masih berlaku (untuk perorangan).


(28)

c.) Rekaman Nomor Wajib Pajak (NPWP) yang terbaru (hanya untuk peserta Indonesia dan PT. PMA yang telah ada di Indonesia)

d.) Uraian rencana kegiatan

• Uraian proses produksi yang dilengkapi dengan alir proses, serta mencantumkan proses produksi dan jenis barang dari bahan (bahan baku/bahan penolong) bagi industri pengolahan, atau

• Uraian kegiatan usaha bagi kegiatan di bidang jasa. e.) Rekomendasi sektoral

• Rekomendasi/penetapan izin prinsip sesuai ketentuan sektoral tertentu.

• Khusus sektor pertambangan yang merupakan kegiatan ektraksi, sektor energi, sektor perkebunan kelapa sawit, karet, dan sektor perikanan harus dilengkapi rekomendasi dari instansi yang bersangkutan.

• Khusus untuk bidang usaha pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet yang bahan bakunya tidak berasal dari kebun sendiri, harus dilengkapi dengan jaminan bahan baku dari pihak lain yang diketahui oleh Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota setempat.

f.) Bagi bidang usaha yang dipersyaratkan kemitraan

• Kesepakatan/perjanjian kerjasama tertulis mengenai kesepakatan bermitra dengan usaha kecil, yang antara lain memuat nama dan alamat masing-masing pihak, pola kemitraan yang akan digunakan, hak dan kewajiban masing-masing pihak, dan bentuk pembinaan yang diberikan kepada pengusaha kecil.

• Akta Pendirian dan perubahannya atau risalah RUPS mengenai penyertaan Usaha Kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham.


(29)

g.) Surat pernyataan diatas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai Undang-undang No 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Persetujuan atas permohonan penanaman modal diterbitkan dalam bentuk Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing (SP PMA) selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterima lengkap, kecuali bidang-bidang usaha yang memerlukan konsultasi dengan Departemen Teknis terkait. Tembusan SP PMA disampaikan kepada Instansi terkait, Gubernur/Bupati/Walikota serta Kepala Perwakilan RI di Negara dan Kedutaan Besar Asing yang bersangkutan.

E.3.2. Izin Usaha Tetap (IUT)

Perusahaan penanaman modal diluar dan dalam Kawasan Berikat wajib memiliki Izin Usaha/Izin Usaha Tetap untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan operasi / produksi. Permohonan diajukan dalam 2 (dua) rangkap dengan menggunakan formulir IUT, dengan melampirkan :

1. Rekaman Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya, yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM.

2. Rekaman Bukti Kepemilikan Tanah atau perjanjian sewa menyewa bagi tanahnya yang disewa.

3. Rekaman Izin Mendirikan Bangunan atau perjanjian sewa menyewa bangunan bagi yang menyewa bangunan atau gedung.

4. Rekaman Izin Undang-Undang Gangguan/HO 5. Rekaman Dokumen AMDAL/UKL-UPL/SPPL. 6. Rekaman LKPM semester terakhir.


(30)

8. Rekaman SP PMDN / SP PMA beserta perubahannya

9. Surat kuasa jika yang mengajukan bukan direktur (atau yang berhak)

Untuk bidang usaha tertentu harus memperhatikan ketentuan sektor terkait beserta persyaratan izin lainnya (misalnya : untuk angkutan udara harus ada AOC (Air Operation Clearence), Titik Koordinat untuk usaha penangkapan ikan dari Departemen Kelautan dan Perikanan, dll)

Penerbitan persetujuan Izin Usaha Tetap dikeluarkan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan berlaku selama perusahaan berproduksi bagi perusahaan PMDN, dan selama 30 (tiga puluh) tahun bagi perusahaan PMA sejak produksi dimulai. Tembusannya disampaikan kepada pejabat-pejabat instansi terkait sesuai SP PMDN/PMA.

Strategi pelayanan investasi Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu dengan meningkatkan mutu pelayanan administrasi khususnya perizinan secara prima, konduktif, dan berorientasi pasar, reformasi perizinan melalui peningkatan efisiensi dan penyajian lebih banyak pilihan pelayanan, kemudian juga dengan merubah sikap dan cara aparatur dalam memberikan pelayanan kepada pelaku bisnis untuk lebih ramah dan lebih profesional.

E.4. Pelayanan Perizinan Investasi Swasta

Dikaitkan dengan pelayanan umum atau pelayanan publik, Sianipar (1999:5) mengatakan bahwa pelayanan masyarakat sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama yang berhubungan dengan kepentingan umum dan kepentingan golongan atau individu dalam bentuk barang dan jasa. Masyarakat di atas adalah pihak yang dimaksud sebagai pelanggan atau obyek pelayanan. Penegasan ini dikemukakan


(31)

pula oleh Moenir (2000:6), bahwa pelayanan umum tidak terlepas dari kepentingan umum, yakni kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan alasan faktor materiil melalui sistem, prosedur, metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai haknya. Pelayanan masyarakat adalah segala bentuk pelayanan sektor publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah, termasuk pelaku bisnis, BUMN, BUMD dalam bentuk barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik bahwa pengertian Pelayanan Publik, hakekatnya adalah Pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Penerima pelayanan publik tersebut adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan hukum, sementara pemberi pelayanan publik adalah pejabat atau pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsinya.

Dengan demikian pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan untuk investasi swasta, merupakan bagian dari pelayanan publik itu sendiri, dimana pelayanan yang diselenggarakan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan perizinan investasi swasta di Kota Medan khususnya para penanam modal swasta sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Budiono (1987:17) menyatakan bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan dimasa yang akan datang. Dalam investasi tercakup dua tujuan utama yaitu untuk menggantikan bagian dari penyediaan modal yang rusak dan tambahan penyediaan modal yang ada.


(32)

Investasi dalam pengertian luas adalah suatu usaha dan pengorbanan untuk menghasilkan kemanfaatan yang lebih besar sebagai imbalan dari usaha dan pengorbanan tersebut (Pusat Penelitian dan Pelatihan BKPM 2006:4). Dalam perhitungan pendapatan nasional dan statistik, pengertian investasi adalah seluruh nilai pembelian para pengusaha atas barang-barang modal dan pembelanjaan untuk mendirikan industri dan pertambahan dalam nilai stok barang perusahaan, yang berupa bahan mentah, barang belum diproses dan barang jadi.

Suatu investasi akan dijalankan bila pendapatan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga, dan investasi dalam suatu barang modal adalah menguntungkan jika biaya ditambah bunga lebih kecil dari pada hasil pendapatan yang diharapkan dari investasi tersebut. Para pelaku investasi adalah pemerintah, swasta, dan kerjasama pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah pada umumnya dilakukan bukan untuk mencari keuntungan tetapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (nasional), seperti jaringan jalan raya, taman-taman umum dan sebagainya. Swasta tidak tertarik pada jenis investasi ini, karena memerlukan biaya besar dan tidak memberikan keuntungan secara langsung, melainkan secara berangsur-angsur dalam jangka waktu lama. Swasta lebih tertarik pada jenis investasi yang ditujukan untuk memperoleh laba, yang biasanya didorong oleh adanya pertambahan pendapatan.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan, merupakan unit kerja Pemerintah Daerah Kota Medan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang pelayanan administrasi penanaman modal di Kota Medan, khususnya pada Bidang Promosi dan Perizinan Penanaman Modal untuk memberikan pelayanan perizinan investasi swasta yaitu Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).


(33)

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), adalah penggunaan dari bagian kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh Negara, maupun Swasta nasional atau asing yang berdomisili di Indonesia untuk menjalankan usaha baik secara langsung atau tidak langsung.

Modal Dalam Negeri yaitu penggunaan dari bagian kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh Negara maupun Swasta nasional atau asing yang berdomisili di Indonesia.

Penanaman Modal Asing (PMA) hanya meliputi penanaman modal secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang, untuk menjalankan perusahaan di Indonesia. Pemilik modal secara langsung menanggung resiko atas penanaman modal tersebut.

Modal Asing yaitu alat pembayaran Luar Negeri yang tidak merupakan kekayaan devisa Indonesia yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. Alat-alat untuk perusahaan termasuk bahan-bahan atau penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari bagian kekayaan devisa Indonesia.

Dalam rangka memberikan pelayanan perizinan penanaman modal PMDN dan PMA, pola yang digunakan adalah pelayanan langsung kepada penanaman modal / investor yang mengajukan aplikasi melalui Front Office (FO) dan Back Office (BO). Selain itu juga digunakan pola tidak langsung melalui pengiriman aplikasi via pos dan pemantauan perkembangan persetujuan melalui web-site.

a. Pola Pelayanan Langsung

Pada prinsipnya pelayanan perizinan yang dilakukan berdasarkan asas transparansi yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan. Untuk


(34)

transparansi pelayanan perizinan telah dipublikasi melalui papan pengumuman dan web-site, tentang:

• Alur proses pengajuan aplikasi • Persyaratan aplikasi

• Bidang usaha yang memerlukan persyaratan khusus / teknis • Bidang usaha yang perlu rekomendasi

• Bidang usaha yang kepemilikan saham asingnya dibatasi.

Dengan memperhatikan persyaratan tersebut diatas para pengusaha dapat mempersiapkan aplikasinya secara cepat dan benar.

Pada saat ini untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pengusaha, telah diterapkan System Front Office (FO) dan Back Office (BO). Dengan cara ini pengusaha yang telah siap dan akan mengajukan permohonan persetujuan penanaman modal dapat secara langsung bertemu dan berkomunikasi dengan petugas Front Office untuk mengkonsultasikan aplikasi yang telah diisi oleh pengusaha. Apabila kedatangan investor tersebut untuk menyerahkan aplikasi maka diwajibkan melakukan Self Assesment dengan mengisi formulir Check List Self Assesment lebih dahulu. Aplikasi yang disampaikan tersebut diserahkan kepada petugas Front Office untuk dilakukan verifikasi. Apabila aplikasi yang diterima dinyatakan lengkap maka diberikan tanda pembenaran atau sebaliknya berkas yang tidak lulus verifikasi dikembalikan saat itu juga kepada pengusaha secara tertulis diatas formulir yang telah disediakan dengan menyebutkan kekurangan-kekurangan permohonan tersebut. Apabila aplikasi telah lengkap dan benar, pengusaha kemudian menerima tanda terima aplikasi dari petugas dengan mencantumkan dalam tanda terima tersebut mengenai waktu; tanggal dan jam berapa persetujuan perizinan tersebut dapat diambil oleh investor. Atas aplikasi yang


(35)

lengkap tersebut oleh petugas dilakukan pemasukan / entre data dalam sistem berkas lulus verifikasi.

Berkas aplikasi yang dinyatakan lengkap tersebut diteruskan kepada petugas Back Office untuk diproses penyiapan konsep surat persetujuannya. Prinsipnya aplikasi yang diberikan tanda pembenaran oleh FO dan diproses oleh BO tidak diperkenankan lagi surat menyurat Kelengkapan Data (KD).

b. Pola Pelayanan Tidak langsung

Pelayanan tidak langsung ini maksudnya setiap penyampaian aplikasi penanaman modal tidak disampaikan secara langsung oleh pengusaha namun dapat melalui jasa kurir seperti kantor pos atau facsimile sehingga pengusaha tidak perlu datang sendiri. Dengan cara ini setiap aplikasi yang diterima melalui pos atau facsimile harus diteruskan kepada petugas FO untuk diperiksa dan diverifikasi atas data yang disampaikan dalam aplikasi. Dalam memproses penyelesaian aplikasi apabila terdapat ketidaklengkapan data maka petugas FO langsung memberitahu pengusaha melalui surat atau facsimile.

Perkembangan proses persetujuan penanaman modal PMDN / PMA dapat dipantau oleh investor melalui web-site. Menggunakan media web-site akan memudahkan bagi investor untuk mengetahui secara cepat dan akurat penyelesaian perizinan. Khusus pengusaha yang menyampaikan dokumen perizinan melalui facsimile apabila telah selesai maka surat izin asli baru dapat diterima setelah menyerahkan permohonan yang asli.


(36)

F. Defenisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun (1995 : 33) konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat ilmu sosial.

Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teoritis yang telah dikemukakan diatas, maka konsep operasional tersebut adalah :

1. Pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang memepunyai kepentingan pada organisasi itu sendiri dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

2. Kualitas pelayanan publik adalah hasil akumulasi dari pelanggan berupa kepuasan dan mutu yang dihasilkan dari pelayanan yang diberikan oleh aparat pemerintah.

3. Pengukuran kualitas pelayanan adalah penilaian atas sejauh mana suatu jasa sesuai dengan apa yang seharusnya diberikan atau disampaikan.

G. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang kerangka konsep yang telah diklarifikasikan kedalam variabel-variabel untuk memudahkan didalam penelitian, maka teori dan konsep haruslah terlebih dahulu dioperasionalkan, yang mana variabel-variabel dalam penelitian perlu digambarkan dengan tegas tentang indikator-idikator agar pengumpulan data dan pengolahan dapat lebih terarah. Defenisi operasional adalah “unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur variabel, sehingga dengn pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja


(37)

sebagai penunjang untuk analisis variabel-variabel tersebut (Singarimbun dan Sofyan, 1995 : 46).

Konsep operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Konsep operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator sehingga akan lebih memudahkan operasionalisasi dari suatu penelitian.

Berikut ini adalah indikator dari penelitian ini:

a. Kriteria penyelenggaraan pelayanan publik yang baik, sesuai Kepmenpan No. 25 Tahun 2004, tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, antara lain meliputi:

a. Kesederhanaan, maksudnya prosedur atau tata cara pelayanan umum secara mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan b. Kejelasan wewenang dan tanggungjawab petugas pelayanan, maksudnya ada kejelasan dan kepastian mengenai prosedur, baik secara teknis maupun secara administrasi , rincian biaya, jadwal umum, hak dan kewajiban bagi pemberi dan penerima pelayanan.

c. Kesesuaian persyaratan pelayanan d. Kedisiplinan petugas pelayanan e. Kejelasan petugas pelayanan

f. Keahlian dan keterampilan petugas pelayanan g. Kepastian jadwal pelayanan dan ketepatan waktu h. Kecepatan Pelayanan

i. Keadilan mendapatkan pelayanan j. Kesopanan dan keramahan petugas


(38)

l. Kejujuran petugas pelayanan

m. Keamanan, kenyamanan dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta memberikan kepastian hukum. n. Kenyamanan lingkungan

b. Persepsi masyarakat penerima Pelayanan pembuatan surat izin usaha terhadap kualitas pelayanan publik yang diberikan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Moadal Asing kota Medan.

H. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Defenisi Konsep, dan Sistematika Penulisan

BAB II : Metode Penelitian

Pada bab ini berisikan Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Informan, Tehnik Pengumpulan Data, dan Tehnik Analisa Data.

BAB III : Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada bab ini berisikan Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Sejarah Singkat Dinas Perindustrian, Perdagangan Dan Penanaman Modal Kota medan, Struktur Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan, Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal kota Medan. BAB IV : Penyajian Data

Pada bab ini berisikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang dianalisis


(39)

BAB V : Analisa Data

Pada bab ini berisikan analisa data, yaitu pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan dan diperoleh dari lokasi penelitian. BAB VI : Penutup

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bersifat membangun bagi objek penelitian.


(40)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa data kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dikantor Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kota medan. Jl. Karya Jasa No.17, Pangkalan Mansyur. Medan. Sumatera Utara

C. Informan

Untuk memeperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang sedang diteliti, maka peneliti menggunakan tehnik informan, yang nantinya informan ini menjadi pedoman peneliti dalam mendapatkanb data-data yang berkaitan dengan apa yng diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti membedakan dua jenis informan yaitu : informan kunci (key informan) dan informan biasa.

Informan kunci (key informan) adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti dan mendapat posisi atau jabatan yang mengetahui jelas objek yang sedang diteliti. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah :


(41)

1. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan.

2. Kepala Tata Usaha Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan.

Untuk memperkaya data yang akan diolah, maka peneliti mengambil informan biasa yang mengetahui atau berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti yaitu : Perusahaan-perusahaan swasta yang pernah menerima pelayanan pembuatan surat perizinan penanaman modal dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan yang masih aktif beroperasi dengan ketentuan sampai pencapaian informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

D. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan data yang diperlukan, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu perolehan data melalui kegiatan menulis langsung kelokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti, kegiatan ini dilakukan dengan cara :

a. Interview (wawancara), yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan penelitian ini dengan bertanya langsung kepada responden.

b. Observasi, yaitu tehnik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang lebih spesifik, karena tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek lainnya, dimana peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengamati permasalahan yang dihadapi.


(42)

2. Data Sekunder

a. Metode kepustakaan (Library Research) yaitu penulis mempelajari beberapa data yang diambil dari berbagai literatur yang relevan dengan judul penelitian ini.

b. Metode Penelitian Lapangan (Field Research) yaitu peneliti terjun langsung kelapangan untuk menghimpun data yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Tehnik Analisa Data

Tehnik yang digunakan dalam mengelola dan menganalisi data dilakukan secara deskriptif kualitatif, dimana penulis menggambarkan, menguraikan serta mengintepretasikan masalah dalam penelitian yang kemudian akan memberikan kesimpulan yang didapat berdasarkan penelitian yang dilakukan. Dengan hasil kesimpulan tersebut akan diberikan rekomendasi berupa saran dalam hal memberikan perubahan yang membangun.


(43)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Lokasi, Demografi dan Keadaan Geografis A.1. Wilayah Dan Pemerintahan

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.


(44)

Secara administratif , wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

A.2. Infrastruktur Jalan dan Angkutan Kota

Bila diperhatikan jalan protokol kota Medan pada saat ini sudah dapat dikatakan tergolong baik, beberapa susunan jalur protokol sudah dibuat satu arah, hal ini untuk menghindari kemacetan dan kecelakaan. Rute/jalur yang ada dapat menghubungkan kesegala arah. Beberapa jalan yang menghubungkan jalan protokol juga sudah tergolong baik. Namun untuk beberapa jalan masih perlu mengalami perbaikan.


(45)

Angkutan kota yang ada dapat dikatakan sudah memenuhi kebutuhan masyarakat untuk melakukan perjalanan kesegala arah dikota Medan. Berbagai nama atau merek angkutan kota setiap hari beroperasi,dan rute setiap angkutan sudah ditentukan, dan siap untuk mengantar penumpang ketujuan yang diinginkan. Selain angkutan kota tersedia juga betor (becak bermotor) dan juga taksi sebagai unit jasa pengangkutan.

A.3. Pos dan Telekomunikasi

Di kota Medan terdapat satu kantor pusat dari kantor pos yang terletak di jalan Putri Hijau Medan.kantor pos ini melayani jasa layanan berupa pengiriman barang, uang serta jasa pos lainnya. Fasilitas jasa pos telah mencakup seluruh kelurahan Di kota Medan dengan kantor pelayanan perpusat di kecamatan. Pengembangan pelayanan tehnologi maju seperti pelayanan pusat elektronik, wesel elektronik, surat kilat, pemasangan internet dan lain-lain.

Jasa komunikasi di Kota Medan sudah tergolong sangat banyak, hal ini terjadi karena banyaknya jasa telekomunikasi baik milik negara maupun milik swasta menginvestasikan jasanya di Kota Medan. Untuk saat iani kehadiran jasa telekomunikasi swasta dikota Medan membuat akses informasi sangat mudah. Sehingga dalam urusan kebutuhan akan informasi masyarakat sudah terpenuhi dengan baik.

A.4. Kependudukan

Jumlah penduduk kota Medan pada tahun 2007 sebanyak 2.083.156 jiwa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(46)

Tabel 1 :Jumlah penduduk menurut jenis kelamin.

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) persentase

1. Laki-laki 1.034.696

2. Perempuan 1.048.460

jumlah 2.083.156

Sumber : BPS Kota Medan ( Angka penduduk kota medan tahun 2008) Tabel 2 : Jumlah penduduk menurut golongan usia.

B. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan B.1. Secara umum

Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun 1999 dan sesuai dengan peraturan daerah Kota Medan No.4 tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas-dinas dilingkungan Kota Medan, maka Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan adalah satu unit kerja Pemerintah Kota Medan yang terdiri dari gabungan eks Departemen Perdagangan Kodya Medan dengan Kantor Departemen Perindustrian Kodya Medan (gabungan dari eks kantor departemen perdagangan dengan eks kantor departemen perindustrian pada tahun 1996).

Dengan bergabungnya kedua departemen tersebut diatas, maka dengan sendiriya pengurusan izin untuk legalitas sebuah perusahaan berada pada satu atap. Izin untuk perusahaan dagang dan perusahaan industri di pimpin oleh Kepala Dinas. Dalam menjalankan suatu perusahaan atau organisasi baik instansi pemerintah maupun swasta membutuhkan adanya suatu struktur organisasi untuk uraian tugas yang jelas.


(47)

B.2. Tugas Pokok

1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang perindustrian dan perdagangan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang perindustrian dan perdagangan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

B.3. Fungsi

• Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang perindustrian dan perdagangan;

• Melaksanakan pemberian bimbingan, pembinaan dalam pelaksanaan kegiatan industri dan perdagangan;

Menyelenggarakan perlindungan konsumen;

• Menetapkan tera dan tera isi ulang alat UTTP (ukuran, takaran, timbangan dan perdagangan);

Menyelenggarakan pemberian perizinan bidang perindustrian dan perdagangan; Menyelenggarakan kerja sama dibidang industri dan perdagangan;

Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya; Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

B.4. Struktur Organisasi

Dalam menjalankan suatu perusahaan, baik instansi pemerintah maupun swasta membutuhkan adanya suatu struktur organisasi untuk uraian tugas yang jelas. Dengan


(48)

demikian setiap pegawai akan dapat memahami secara jelas apa tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang diberikan kepadanya, sejauh mana wewenang seorang pegawai sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat lebih efisien dan akan mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap tujuan perusahaan dan kebijaksanaan yang telah ditentukan oleh perusahaan tersebut.

Berikut struktur organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas bertugas untuk :

• Merumuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan teknis dibidang perindustrian dan perdagangan

• Melaksanakan pemberian bimbingan, pembinaan dalam pelaksanakan kegiatan industri dan perdagangan

• Menyelenggarakan perlindungan konsumen

• Menetapkan tera dan tera ulang, alat ukur, tukar, timbang perlengkapan (UTTP)

• Menyelenggarakan kerja sama dibidang industri dan perdagangan

• Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang dan tugasnya.

• Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah. 2. Bagian Tata Usaha

 Sub bagian kepegawaian  Sub bagian keuangan  Sub bagian umum  Sub bagian perlengkapan


(49)

Tugas dari bagian Tata Usaha :

• Menyusun rencana kegiatan kerja

• Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang • Mengelola urusan administrasi kepegawaian

• Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta penyusunan laporan keuangan

• Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya • Melaksanakan tuga-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

3. Sub Dinas Perencanaan

 Seksi Penyusunan Program Perindustrian  Seksi Penyusunan Program Perdagangan  Seksi Data dan Informasi

 Seksi Evaluasi dan Pelaporan Tugas Sub Dinas Perencanaan :

• Menyusun rencana kegiatan kerja

• Mempersiapkan dan merumuskan rencana program kerja serta mengkoordinasi unit terkait

• Mengumpulkan, merumuskan kebijakan dan menyajikan data dibidang perindustrian dan perdagangan

• Mempersiapkan, merumuskan dan menyusun kegiatan pelaksanaan program kerja Dinas

• Mengevaluasi, menganalisa dan menyusun laporan kegiatan pelaksanaan program kerja Dinas


(50)

• Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang dan tugasnya.

4. Sub Dinas Perindustrian  Seksi agro dan hasil hutan

 Seksi industri tekstil, kimia dan tambang  Seksi logam, elektronik dan perekayasaan  Seksi pengembangan dan pembinaan. Tugas Sub Dinas Perindustrian

• Menyusun kegiatan kerja

• Membina dan mengembangkan usaha dan produksi serta melaksanakan hubungan kerja sama dengan Mitra Usaha Industri

• Memberikan pelayanan penerbitan izin bidang industri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

• Memantau, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan bidang perindustrian

• Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai drngan bidang dan tugasnya.

5. Sub Dinas Industri Kecil dan Menengah  Seksi Industri Kecil dan Menengah  Seksi Dagang Kecil dan Menengah  Seksi Iklim Usaha

 Seksi Industri dan dagang informal

Tugas Sub Dinas Industri Kecil dan Menengah • Menyusun rencana kerja

• Menyusun petunjuk teknis pembinaan kegiatan dibidang usaha industri kecil dan menengah, dagang kecil dan menengah serta industri dagang formal


(51)

• Mempersiapkan bahan pembinaan bidang iklim usaha

• Melaksanakan bimbingan dalam mengembangkan sarana usaha, produksi dibidang usaha kecil dan menengah, dagang kecil dan menengah serta industri dan dagang formal

• Melaksanakan pemantauan sibidang industri dagang kecil dan menengah

• Menciptakan kerja sama dengan dunia usaha dibidang industri dagang kecil dan menengah.

6. Sub Dinas Perdagangan  Seksi Usaha Perdagangan  Seksi Pendaftaran Perusahaan  Seksi Metrologi

 Seksi Pembinaan dan pengembangan Tugas Sub Dinas Perdagangan

• Menyusun rencana kegiatan kerja

• Mempersiapkan pembinaan petunjuk teknis bidang kegiatan usaha perdagangan • Memberikan pelayanan penerbitan izin usaha perdagangan

• Menerbitkan tanda daftar perusahaan dan penyajian data dan informasi serta melaksanakan penyelidikan terhadap pelanggaran tindak pidana wajib daftar perusahaan

• Melaksanakan pemantauan, penyaluran barang dan jasa serta fasilitas distribusi bahan-bahan pokok

• Melaksanakan penolakan standart alat ukut, takar, timbang dan perlengkapan dan melaksanakan pengawasan barang dalam keadaan berbungkus

• Menerbitkan angka pengenal impor dan surat keterangan asal serta tanda daftar gudang


(52)

• Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan

• Memberikan laporan kegiatan yang dilaksanakan kepada Kepala Dinas

• Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidangnya.

7. Sub Dinas Pengawasan

 Seksi Perlindungan Konsumen  Seksi Pengawasan Perindustrian  Seksi Pengawasan Perdagangan  Seksi Penyuluhan dan Promosi Tugas Sub Dinas Pengawasan

• Menyusun rencana kegiatan kerja

• Pelaksanakan pengawasan terhadap kegiatan industri dan perdagangan • Melaksanakan pengawasan perencanaan usaha perindustrian dan perdagangan • Melaksanakan kegiatan pameran dan promosi hasil-hasil perindustrian dan

perdagangan didalam negeri dan diluar negeri

• Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan peraturan perundang-undangan perindustrian dan perdagangan serta penertiban izin gangguan

• Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan

• Memberikan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada Kepala Dinas • Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan


(53)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Data yang akan penulis sajikan mengenai kualitas perizinan investasi swasta pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Medan adalah data primer dan sekunder. Kemudian akan penulis analisis dan interpretasikan secara deskriptif kualitatif. Adapun data yang akan disajikan dalam penulisan ini adalah data hasil wawancara dengan informan kunci dan informan biasa. Informan kunci, dalam hal ini adalah Kepala Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kota Medan.

Pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung, merupakan konsep senantiasa aktual dalam berbagai aspek kelembagaan. Bukan hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah berkembang lebih luas pada tatanan organisasi pemerintah. Hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan kompetisi global yang semakin ketat.

Dalam kondisi demikian hanya organisasi yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan dan berkualitas akan merebut hati pelanggan, seperti halnya lembaga pemerintah semakin dituntut untuk menciptakan kualitas pelayanan yang dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, pelayanan aparatur harus lebih proaktif dalam memberikan layanan kepada masyarakat, sehingga pelayanan yang diberikan dapat memberikan citra positif terhadap lembaga pemerintah tersebut.

Pelayanan tidak bisa dilepaskan dari faktor manusia, baik sebagai pemberi layanan maupun penerima layanan. Manusia sebagai sumber daya dalam organisasi menjadi alat dalam menggerakkan roda organisasi. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan sebagai instansi yang dibentuk pemerintah untuk pengelolaan pemenuhan kebutuhan sebuah unit usaha terhadap pembuatan surat


(54)

izin usaha tidak akan bisa dilepaskan dari perilaku mereka sebagai pemberi layanan serta perusahaan atau oraganisasi yang menjadi penerima layanan. Pelayanan yang sederhana seperti tidak berbelit-belit, lancar, dan mudah dipahami membuat masyarakat senang datang ke tempat pelayanan dalam hal ini Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing. Hal ini ditunjukkan melalui mekanisme pembuatan surat izin usaha, seperti bagaimana yang dijelaskan oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing Kota Medan;

“Dalam Pembuatan suatu surat ijin usaha itu, Mekanismenya adalah pengusaha datang dan mengisi formulir serta melengkapi berkas yang diminta, kemudian setelah itu kebagian Tata Usaha dan Kepala Dinas. Kemudian berkas-berkas serta formulir diantar kepada seksi-seksi untuk diproses. Setelah diproses diserahkan ke KASUBDIS untuk pemeriksaan akhir. Setelah diperiksa kembali lagi kebagian Tata Usaha untuk pelakukan pembayaran retribusi. Setelah pembayaran selesai kembali kepada Kepala Dinas untuk penandatanganan. Setelah itu kebagian Tata Usaha untuk mengambil nomor surat dan semuanya dilakukan didalam kantor ini”. Setiap pengurusan selalu disertai oleh satu pegawai, supaya apabila pengurus surat izin tersebut mengalami kesulitan akan segera dijelaskan oleh pegawai tersebut”.

Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Bustaman Sitorus.SE dari Perusahaan PT.Tonga Tiur;

“Saya mengurus surat izin usaha dikantor itu tidak rumit, karena selain dibantu dan diarahkan oleh pegawai, semua dikerjakan didalam kantor tersebut, dan ketika survey ke perusahaan kami juga tidak ada yang dipersulit”.

Dalam pelayanannya kantor dinas perindustrian,Perdagangan dan penanaman Modal Asing Kota Medan membagi menjadi beberapa sub Dinas. Petugas yang bertugas untuk pembuatan surat izin usaha secara terpisah didasarkan kepada pemerima pelayanan yang bergerak di bidangnya masing-masing, hal ini dijelaskan oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing;

“Jadi dikantor ini yang bertugas untuk pembuatan surat izin usaha dibagi atas dua bagian, untuk surat izin usaha perindustrian dikeluarkan sub Dinas Perindustrian. Untuk surat izin usaha perdagangan dikeluarkan oleh sub Dinas Perdagangan.”


(1)

masalah parkir memang sampai saat ini kita masih gabung dengan dua instansi lainnya yang ada dilokasi ini, jadi mungkin untuk memarkirkan kendaraannya sedikit kesulitan karena banyaknya orang yang datang kelokasi ini. Karena pada umumnya orang-orang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi. Kita sedang berusaha untuk mencari alternatif untuk menyikapi masalah ini”.

Jadi, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan belum bisa memberikan pelayanan yang lengkap, dimana sarana dan prasarana belum lengkap tersedia. Kurangnya area tempat parkir yang aman dan memadai menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan belum lengkap. Namun para penerima pelayanan sendiri sudah merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan.


(2)

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah melalui analisa data, penulis perlu mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Beberapa hal yang menjadi kesimpulan adalah:

1. Para penerima pelayanan yang melakukan pengurusan surat izin usahanya pada kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan memberikan persepsi positif atau cukup baik terhadap pelayanan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan. Terpenuhinya pelayanan yang sama dan merata, pelayanan yang tepat waktu, pelayanan yang mudah, pelayanan yang ramah, pelayanan yang jujur, dan pelayanan yang gratis menjadi alasan mengapa para penerima pelayanan memandang positif terhadap kinerja/pelayanan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan. Para penerima pelayanan merasa puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan. Namun tidak bisa kita pungkiri bahwa Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan juga memiliki kekurangan terutama dalam hal pelayanan yang lengkap yakni kurang terpenuhinya penyediaan sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan yang memuaskan.

2. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan telah berusaha untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para penerima pelayanan. Dengan memenuhi Indeks Kepuasan masyarakat yang ditunjukkan dengan tujuh poin pelayanan seperti telah disebutkan terdahulu. Hal ini ditunjukkan dengan memberikan pelayanan yang sama dan merata,


(3)

pelayanan yang tepat waktu, pelayanan yang mudah, pelayanan yang ramah, pelayanan yang jujur, dan pelayanan yang gratis kepada para penerima pelayanan.

3. Sesuai dengan standar pelayanan berdasarkan KEPMENPAN No. 63 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik seperti prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya atau tarif pelayanan, produk atau hasil pelayanan, kompetensi pegawai sudah dipenuhi oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan, walaupun penyediaan sarana dan prasarana pelayanan masih memiliki kekurangan.

4. Disamping kurangnya area parkir yang memadai, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan juga masih mengharapkan adanya tambahan perlengkapan kerja, sehingga para pegawai dapat bekerja dengan lebih maksimal lagi.

B. Saran-saran

1. Dalam merealisasikan pelaksanaan pelayanan kepada para penerima pelayanan pengurusan surat izin usaha ada baiknya pegawai agar lebih meningkatkan sikap tanggap, cermat, kinerja yang efektif dan efisien, sikap ramah, jujur agar para penerima pelayanan semakin merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Asing kota Medan.

2. Sosialisasi informasi perlu ditingkatkan agar petugas tidak bersusah payah menjelaskan pelayanan serta menyediakan papan informasi untuk tempat iklan atau bentuk pemberitahuan lainnya.


(4)

3. Agar melengkapi sarana dan prasarana pelayanan, sebaiknya dilakukan perluasan area tempat parkir yang memadai. Serta menambahi perlengkapan kerja Pegawai sehingga pegawai dapat lebih bekerja secara maksimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Referensi Buku

Budiono, 1985, Ekonomi Makro seri Sinopsis – Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2, BPFE, Yogyakarta

Boediono. 2003. Manajemen pelayanan di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta Komaruddin, A., 1993, Ensiklopedia Manajemen, Alumni, Bandung

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Pembaruan, Yogyakarta Lukman, S., 2001, Membangun Kepemerintahan Yang Baik, Lembaga Administrasi

Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Moenir, A.S., 2000, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, PT. Bumi Aksara, Jakarta

Nasution, M. N., 2001, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Ghalia-Indonesia, Jakarta

Nazir, Moh., 1988, Metode Penelitian, Ghalia-Indonesia, Jakarta Sianipar, 1999, Manajemen Jasa, Andi, Yogyakarta.

Sinambela, L.P., 2007, Reformasi Pelayanan Publik (Teori, Kebijakan, dan Implementasi), Bumi Aksara, Jakarta.

Singarimbun, Masri, 1999, Metode penelitian Survey (edisi revisi), jakarta LP3ES Singarimbun, Masri. Sofyan Efendi, 1995, Metode Penelitian Survey, Jakarta LP3ES

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Ed, -VI, Alfabeta Bandung Sutarto, 2002, Dasar-Dasar Organisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sutopo, 2002, Pelayanan Prima, Lembaga Administrasi Negara-RI, Yogyakarta


(6)

Tjandra, Riawan dkk.2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik, Pembaharuan, Yogyakarta

Tjenreng, Baharudin, 1994/1995, Aktualisasi Landasan Konstitusional, Tujuan dan Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Mimbar Departemen Dalam Negeri No. 24

Tjiptono, F., 1996, Strategi Bisnis dan Manajemen, Andi, Yogyakarta

Referensi Peraturan-Peraturan

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No 25 tahun 2005tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat

Surat Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor : 57/SK/2004 jo. Nomor : 70/SK/2004, tentang Pedoman dan Tata Cara Persetujuan Penanaman Modal

Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 jo. Undang-Undang No. 11 Tahun 1970, tentang Penanaman Modal Asing

Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 jo. Undang-Undang No. 12 Tahun 1970, tentang Penanaman Modal Dalam Negeri

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.