TINJAUAN PUSTAKA Efek ekstrak kayu manis (cinnamomun cassia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain sprague dawley yang diinduksi aloksan

bekerja menurunkan kadar glukosa darah. Insulin bekerja pada perpindahan glukosa pada sirkulasi darah ke dalam sel target terutama sel-sel jaringan otot dan adiposa melalui membran sel. Fungsi lain insulin adalah merangsang sel-sel otot dan hepatosit untuk mengubah glukosa menjadi glikogen, membantu asam amino untuk masuk ke dalam sel dan membantu sintesis protein dan lemak. 14 Gambar 2.1 Pulau Langerhans Sumber : Tortora, 2009 Pengangkutan glukosa antara darah dan sel dilaksanakan oleh suatu pembawapengangkut membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter GLUT. Terdapat enam bentuk pengangkut glukosa yang telah diketahui dan dinamai sesuai urutan penemuannya yakni GLUT-1, GLUT-2, dan seterusnya. Pengangkutan glukosa yang bertanggungjawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh mayoritas sel adalah GLUT-4 yang merupakan satu-satunya jenis pengangkut glukosa yang berespon terhadap insulin. 6 Pembuluh darah kapiler Asinus eksokrin Sel alfa sekresi glukagon Sel beta sekresi insulin Sel delta sekresi somatostatin Sel F sekresi polipeptida pankreas Gambar 2.2 Pengaruh Insulin terhadap Sel dan Glukosa Darah Sumber : Gardner, 2007

2.1. 3.1 Patofisiologi dan Komplikasi DM

Pada penderita DM terjadi gangguan regulasi insulin terhadap glukosa darah. Pada penderita DM tipe 1 terjadi perusakan imunologik sel- sel penghasil insulin yakni sel pankreas, sedangkan pada penderita DM tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin serta kerja insulin karena kelainan dalam pengikatan insulin terhadap reseptornya sehingga terjadi gangguan penggabungan antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa. 10 Pada awalnya, saat terjadi resistensi insulin dimana sel target tidak sensitif insulin maka akan terjadi hiperinsulinemia untuk mengompensasi resistensi insulin tersebut. 25 Akan tetapi, setelah terjadinya ketidakmampuan sel pankreas untuk menghasilkan insulin, baru terjadi DM secara klinis yang ditandai dengan adanya peningkatan glukosa darah sesuai dengan kriteria diagnosis DM. 5 Terjadinya kondisi hiperglikemia pada penderita DM akibat dari berkurangnya penyerapan glukosa oleh sel dan peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati. 6 Pada defisiensi insulin, penyerapan glukosa ke dalam sel otot dan sel adiposit sangat berkurang atau bahkan tidak terjadi sehingga tidak terjadi penyimpanan glikogen di dalam hati dan otot sehingga memicu adanya glikogenolisis yang menyebabkan peningkatan glukosa darah puasa dan glikosuria yang parah. Glikosuria menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi gejala poliuria. Pengeluaran air melalui urin disertai hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas sehingga cenderung mengurangi kadar air intrasel dan merangsang osmoreseptor di pusat haus polidipsia. Pada defisiensi insulin juga menyebabkan keseimbangan bergeser dari anabolisme menjadi katabolisme protein dan lemak yang cenderung menyebabkan penurunan berat badan dan menimbulkan peningkatan nafsu makan polifagia. 15 Jika DM tidak dikelola dengan baik, maka DM dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kronik baik komplikasi mikroangiopati maupun makroangiopati. Adanya pertumbuhan sel dan kematian sel yang abnormal merupakan dasar terjadinya komplikasi DM. 5 Jaringan yang rentan terhadap komplikasi jangka panjang DM adalah pembuluh darah, ginjal, mata, dan saraf yang merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. 15 Disfungsi utama terjadi pada sel endotel dan otot polos pembuluh darah dan sel mesengial ginjal, semuanya dapat menyebabkan perubahan pertumbuhan dan kemampuan bertahan hidup sebuah sel, yang kemudian dapat menyebabkan komplikasi vaaskuler diabetes. 5 Pada retinopati diabetik proliferatif, terjadi kehilangan sel perisit dan terjadi pembentukan mikroaneurisma. Hal tersebut dikarenakan adanya akumulasi sorbitol dan fruktosa yang mengganggu pompa ion. 15 Selain itu, terjadi hambatan aliran darah dan penyumbatan kapiler sehingga menyebabkan iskemik dan hipoksia lokal. Sebagai upaya kompensasi, sel retina meningkatkan ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor, suatu faktor pertumbuhan endotel vaskular yang memicu terjadinya pembentukan pembuluh darah baru pada retina. 5 Pada nefropati diabetik, terjadi peningkatan tekanan glomerular disertai meningkatnya matriks ekstraseluler yang menyebabkan terjadinya ekspansi mesangial dan hipertrofi glomerular. 5 Sedangkan pada kardiomiopati diabetik, terjadi disfungsi ventrikular dan disfungsi diastolik akibat adanya hipertensi dan infark miokardium. Carugo et al melaporkan bahwa pada kardiomiopati diabetik terjadi penebalan dinding dan index massa ventrikel kiri. 27

2.1. 4.1 Diagnosis DM

Diagnosis DM dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan glukosa darah. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. 9 Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM. kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM , yaitu: 9 - Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. - Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita Kriteria diagnosis DM dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM 1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥β00 mgdL 11,1 mmolL Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir Atau 2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥1β6 mgdL 7,0 mmolL Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam Atau 3. Kadar gula plasma β jam pada TTGO ≥β00 mgdL 11,1 mmolL TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. P emeriksaan HbA1c ≥6,5 oleh American Diabetes Association ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terhidrasi dengan baik Sumber: PERKENI, 2011 Kadar glukosa darah sewaktu dan darah puasa sebagai patokan penyaring dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.3 Patokan penyaring kadar glukosa darah sewaktu dan darah puasa Bukan DM Belum pasti DM DM Kadar glukosa darah sewaktu mgdL Plasma vena Darah kapiler 100 90 100 – 199 90 – 199 200 200 Kadar glukosa darah puasa mgdL Plasma vena Darah kapiler 100 90 100 – 125 90 – 99 126 100 Catatan : Untuk kelompok resiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia 45 tahun tanpa faktor resiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun. Sumber : PERKENI, 2011 Untuk menegakkan diuagnosis DM, dapat digunakan alur diagnosis di bawah ini: Gambar 2.3 Alur diagnosis DM Sumber: PERKENI; 2011

2.1. 5.1 Pengelolaan DM

Pengelolaan DM didasarkan pada rencana diet, latihan fisik dan pengaturan aktifitas fisik, agen-agen hipoglikemik oral, terapi insulin, pengawasan glukosa di rumah dan pengetahun tentang DM serta perawatan diri. 10 Pada DM tipe 1, tujuan pengelolaan adalah mempertahankan seoptimal mungkin kualitas hidup penderita dengan mengusahakan kadar glukosa darah dalam batas normal atau mendekati nilai normal tanpa menyebabkan hipoglikemia karena DM tipe 1 tidak dapat disembuhkan. Komponen pengelolaan DM tipe 1 meliputi pemberian insulin, pengaturan makan, olahraga dan edukasi yang didukung oleh pemantauan diri home monitoring. Insulin merupakan elemen utama kelangsungan hidup penderita DM tipe 1. 15 DM tipe 2, pengelolaan bertujuan untuk menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah. Beberapa tujuan tersebut merupakan tujuan jangka pendek. Sedangkan tujuan jangka panjang pengelolaan DM adalah mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Serta tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbidotas dan mortalitas DM. Pasien dengan gejala DM tipe 2 dini dapat mempertahankan glukosa darah normal dengan menjalankan rencana diet dan latihan fisik saja. Tetapi, sebagai penyakit progresif, obat-obat oral yang mempunyai efek hipoglikemik juga dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah pensensitif insulin dan sulfonilurea. Dua tipe pensensitif yang tersedia adalah metformin dan tiazolidinedion. Bila kadar glukosa tidak dapat dikontrol secara optimal dengan pemberian obat-obat pensensitif maka digunakan sulfonilurea untuk merangsang fungsi sel beta dan meningkatkan sekresi insulin. 9

2.1. 2 Aloksan

Aloksan 2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil merupakan senyawa hidrofilik dan tidak stabil. 16 Aloksan telah diketahui sebagai agen diabetogenik yang digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 pada hewan percobaan karena aloksan merupakan turunan urea yang menyebabkan nekrosis selektif terhadap sel pada pulau pankreas sehingga mengganggu produksi insulin oleh sel pankreas. 19 Waktu paro aloksan pada suhu 37°C dan pH netral adalah 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai diabetogenik, aloksan dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena yang digunakan biasanya 65 mgkgbb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2 – 3 kalinya. 16 Gambar 2.4 Struktur Kimia Aloksan Sumber : Nugroho, 2008 Aloksan digunakan untuk menginduksi percobaan diabetes dengan merusak secara selektif pulau sel pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Pembentukan oksigen reaktif merupakan faktor utama pada kerusakan sel tersebut. Pembentukan oksigen reaktif diawali dengan proses reduksi aloksan dalam sel pankreas. Aloksan mempunyai aktifitas yang tinggi terhadap senyawa seluler yang mengandung gugus Sh, glutation tereduksi GSH, sistein dan senyawa sulfhidril terikat protein misalnya SH-containing enzyme. Hasil dari proses reduksi aloksan adalah asam dialurat, yang kemudian mengalami reoksidasi mengalami reoksidasi menjadi aloksan, menentukan siklus redoks untuk membangkitkan radikal superoksida. Salah satu dari target dari oksigen reaktif adalah DNA pulau Langehans pankreas. Kerusakan DNA tersebut menstimulasi poly ADP-ribosylation, proses yang terlibat pada perbaikan DNA. 16,17 Faktor lain selain pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan pada homeostatis kalsium intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik pada sel pankreas. Efek tersebut diikuti oleh beberapa kejadian: influks kalsium dari cairan ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari simpanannya secara berlebihan dan eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium akibat aloksan tersebut mengakibatkan depolarisasi sel pankreas, lebih lanjut membuka kanal kalsium tergantung voltase dan semakin menambah masuknya ion kalsium ke sel. Pada kondisi tersebut, konsentrasi insulin meningkat sangat cepat dan secara signifikan mengakibatkan gangguan pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor tersebut diatas, aloksan juga diduga berperan dalam penghambatan glukokinase dalam proses metabolisme energi. 16

2.1. 3 Kayu Manis Cinnamomum cassia

Cinnamomum cassia merupakan famili dari Lauraceae. Biasanya tumbuh di daerah Malaysia-Indonesia. Tapi kebanyakan tumbuh di kepulauan Indonesia khususnya Sumatera, Jawa dan Jambi. Di Indonesia sendiri Cinnamomum cassia disebut kayu manis. 18 Bagian kulit dan bunga dapat digunakan sebagai pengobatan, namun yang sering digunakan adalah bagian kulitnya. 19 Berikut adalah taksonomi dari Cinnamomum cassia menurut Integrated Taxonomic Information System ITIS: 21 Kingdom : Plantae Subkingdom : Viridaeplantae Infrakingdom : Steptophyta Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Spermatophytina Infradivisi : Anhiospermae Kelas : Magnoliopsida Superorder : Magnolianae Order : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum Spesies : Cinnamomum cassia Gambar 2.5 Kulit Kayu Manis Cinnamomum Cassia Sumber: EOL Interns LifeDesk http:www.eol.org Berdasarkan analisa gas kromatografi, didapatkan total 72 kandungan dalam minyak daun, kulit dan kulit akar kayu manis. Cinnamomum cassia mengandung minyak volatile 1-4 seperti cinnamaldehyde 60-80, eugenol mencapai 10 dan asam trans- cinnamic 5-10. Selain itu, Cinnamomum cassia juga mengandung Fenol 4-10 seperti tannin yang padat, cathecin dan proanthocyanidin . 19 Di dalam Cinnamomum cassia ditemukan zat aktif yang mempunyai efek antidiabetes yaitu Methylhydroxychalcone polymer MHCP yang merupakan insulin mimetik yang efektif. 19 Selain MHCP, terdapat juga zat aktif Cinnamaldehyde yang menghambat kerja enzim Aldose reductase , sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi DM. 22 Di dalam Cinnamomum cassia terdapat polimer polifenol yang mempunyai aktifitas antioksidan dengan cara menghambat enzim 5- lipooxygenase. 19

2.2 KERANGKA KONSEP

Keterangan: Induksi aloksan Destruksi sel pankreas Defisiensi atau resistensi insulin DM Komplikasi Kayu manis Cinnnamomum cassia Gangguan uptake glukosa ke intrasel Katabolisme lemak dan protein meningkat Glukosa darah meningkat Penurunan berat badan Ginjal Jantung Nefropati diabetik Hipertensi = Dilakukan Penelitian Atrofi pankreas = Pemberian Terapi

2.3 DEFINISI OPERASIONAL

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Skala ukur 1. Kadar glukosa darah Hasil pemeriksaan gula darah sampel secara acak tanpa dipuasakan Darah diambil dari ekor hewan percobaan secukupnya Glukometer dan strip glukosa Numerik 2. Berat badan Hasil penimbangan berat badan untuk mengukur keadaan gizi Diukur sebelum pemberian ekstrak dan 14 hari selama pemberian ekstrak Timbangan Numerik 3. Berat organ penkreas, ginjal dan jantung Hasil penimbangan organ pakreas, ginjal dan jantung Diukur setelah hewan percobaan dilakukan terminasi Neraca analitik Numerik 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Disain yang digunakan pada penelitian ini adalah disain eksperimental.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013-Maret 2014 dan penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, laboratorium Biologi, laboratorium Farmakologi, laboratorium Histologi dan laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Kertamukti No. 05, Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan strain Sprague dawley berumur 2 – 3 bulan, dengan berat badan rata- rata 200 – 240 gram dan telah dinyatakan sehat lampiran 2. Hewan percobaan diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor IPB. Pada penelitian ini, hewan percobaan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok N adalah kelompok kontrol negatif atau kelompok tanpa perlakuan Kelompok DM adalah kelompok kontrol positif atau kelompok tikus DM setelah diinduksi aloksan 150 mgkgbb. Kelompok D + CC adalah kelompok DM yang diberikan terapi ekstrak Cinnamomun cassia dengan dosis 300 mgkgbb. Untuk menentukan jumlah hewan percobaan pada setiap kelompok penelitian, maka digunakan rumus Federer sebagai berikut: Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Federer, maka jumlah hewan percobaan minimal yang digunakan setiap kelompok percobaaan adalah sebanyak 9 tikus. Tetapi pada penelitian digunakan 15 tikus pada setiap kelompok percobaan untuk menghindari kejadian tak terduga. Jadi jumlah tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 45 tikus jantan strain Sprague dawley.

3.4 Kriteria Inklusi

- Kelompok N : Tikus jantan strain Sprague dawley dengan kadar glukosa darah sewaktu 200 mgdL. - Kelompok D dan D + CC : Tikus jantan strain Sprague dawley dengan kadar glukosa darah sewaktu 200 mgdL.

3.5 Kriteria Eksklusi

- Tikus yang mati dalam proses penelitian. - Tikus yang resisten terhadap pemberian aloksan.

3.6 Cara Kerja Penelitian

3.6.1 Alat Penelitian

Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah glukometer, strip glukosa, silet, vortex, kulkas -80°C, timbangan, n - 1 t - 1  15, dengan t = jumlah kelompok, n = jumlah sampel n – 1 3 – 1  15 n – 1 2  15 n – 1  152 n  152 + 22 n  8,5 dibulatkan menjadi 9 minor set, dan efendorf, sonde, kandang tikus, botol minum, tempat makan tikus dan neraca analitik.

3.6.2 Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah kulit kayu manis Cinnamomun cassia yang didapatkan dari pusat konservasi Kebun Raya Bogor sebanyak 2 kg. Kulit kayu manis yang didapat diekstraksi di Institut Pertanian Bogor dan didapatkan hasil 1.100 gr ekstrak kayu manis. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk proses induksi adalah alloxan monohydrate 5, ethanol 70, dextrose 40, dan destilation water. Untuk terminasi adalah natrium hidroklorida 0,9 dan ether.

3.6.3 Adaptasi Hewan Percobaan

Hewan percobaan dalam penelitian ini diadaptasikan di laboratorium Animal House Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari ke 0 sampai hari ke 21. Hewan percobaan diadaptasikan terhadap lingkungan yang baru baik tempat tinggal, maupun makanan dan minuman ad libitum. Tujuan proses ini untuk mengkondisikan seluruh hewan percobaan dalam kondisi yang sama sebelum diberikan perlakuan.

3.6.4 Induksi Tikus dengan Aloksan

Hari ke-21, Pada kelompok D dan D + CC diinduksi dengan alloxan monohydrate 5 dalam aquades dengan dosis 150 mgkgbb secara intraperitoneal. Setelah tikus diinduksi aloksan, tikus diberi makanan yang cukup dan dalam waktu 3 x 24 jam pertama dalam air minumnya ditambahkan 40 larutan D-glukosa monohidrat untuk mencegah hipoglikemia yang berat. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan 7 hari setelah diinduksi aloksan hari ke-28. Hanya tikus dengan glukosa darah 200 mgdL yang digunakan pada percobaan ini.

3.6.5 Pemberian Ekstrak Kayu Manis Terhadap Tikus

Tikus yang dinyatakan DM, dilakukan pemberian ekstrak kayu manis selama 14 hari mulai hari ke 28 sampai hari ke-42 dengan dosis 300 mgkgbbhari, pemberian secara oral dengan menggunakan alat sonde, satu kali dalam sehari.

3.6.6 Pengukuran Sampel

3.6.6.1 Glukosa Darah

Pengambilan glukosa darah dilakukan tiga kali, yaitu pertama saat sebelum pemberian ekstrak, tujuh hari setelah pemberian ekstrak dan terakhir saat pemberian ekstrak selesai setelah 14 hari. Pengambilan darah dilakukan dengan memotong sedikit ujung ekor tikus. Sebelum dipotong ekornya, tikus dibius sampai tidak sadarkan diri menggunakan larutan ether secara inhalasi yang memiliki efek anastesi, hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa sakit saat dipotong ujung ekornya. Setelah darah keluar teteskan pada strip glukosa darah dan diukur dengan glukometer. Pengukuran yang dilakukan adalah untuk mengukur kadar glukosa darah tikus.

3.6.6.2 Berat Badan

Untuk mendapatkan hasil perbandingan berat badan sebelum dan sesudah pemberian ekstrak, maka setelah tikus dinyatakan DM, berat badan awal diukur. Selanjutnya pengukuran berat badan tikus dilakukan setiap hari selama 14 hari sejak diberikan ekstrak kayu manis.

3.6.6.3 Berat Organ Pankreas, Ginjal dan Jantung

Pengukuran berat organ pankreas, ginjal dan jantung dilakukan setelah 14 hari pemberian ekstrak kayu manis. Setelah 14

Dokumen yang terkait

Efek ekstrak kayu manis “cinnamomum cassia” terhadap kadar glukosa darah, berat badan dan trigliserida pada tikus jantan strain sparague dawley yang diinduksi aloksan

2 13 69

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar Trigliserida pada Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 15 61

Efek Ekstrak Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 16 51

Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 3 69

Pengaruh Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, serta HDL Tikus Diabetes (Sprague dawley) yang Diinduksi Aloksan

2 25 65

Efek Ekstrak Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 9 51

Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, dan Trigliserida Tikus strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 5 69

Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Low Density Lipoprotein (LDL) pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

0 6 72

Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Cassia) Terhadap Indeks Apoptosis Sel Jantung Pada Tikus Jantan Diabetes Melitus

0 7 65

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar Trigliserida pada Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 3 61