Perumusan Masalah Landasan Teori

12

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 2. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 3. Bagaimana pengaruh suku bunga terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 4. Bagaimana pengaruh financing deposit ratio FDR terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 5. Bagaimana pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional BOPO terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014? 6. Bagaimana pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit FDR, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan penelitian ini, yaitu: a. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 b. Untuk menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 13 c. Untuk menganalisis pengaruh suku bunga terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 d. Untuk menganalisis pengaruh financing deposit ratio FDR terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 e. Untuk menganalisis pengaruh biaya operasional dan pendapatan operasional BOPO terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 f. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga, financing deposit ratio FDR, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014 2. Manfaat penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh faktor eksternal Inflasi, nilai tukar, suku bunga dan internal financing deposit ratio FDR, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap profitabilitas return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014.

b. Bagi sektor perbankan

Khususnya dalam menganalisis pengaruh pengaruh faktor eksternal Inflasi, nilai tukar, suku bunga dan internal financing deposit 14 ratio FDR, biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap profitabilitas return on asset perbankan syariah periode 2010 - 2014., penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan sektor perbankan syariah.

c. Bagi Pemertintah

Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.

d. Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya kepada khususnya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslimmuslimah. e. Bagi Pihak Lain Seperti pihak swastawiraswasta sebagai masukan bagi mereka untuk memilih sistem perbankan syariah sebagai pilihan alternatif. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Ekonomi Makro

Ekonomi makro merupakan bidang ekonomi yang mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas, misalnya inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Saat ini ekonomi makro mengkaji berbagai bidang yang luas, misalnya bagaimana total investasi dan konsumsi ditentukan, apa penyebab krisis moneter, bagaimana bank sentral mengelola uang dan suku bunga, mengapa beberapa negara maju berkembang pesat sementara yang lain mengalami stagnasi kemunduran. Ahman, 2007:113. Ilmu ekonomi makro memperhatikan perekonomian secara keseluruhan. Ilmu ekonomi makro tidak mencoba memahami apa yang menentukan output perusahaan atau industri tunggal atau pola konsumsi rumah tangga tunggal atau kelompok rumah tangga. Ilmu ekonomi makro sebaliknya menelaah faktor-faktor yang menentukan output nasional. Ilmu ekonomi makro berhubungan dengan ketenagakerjaan dan pengangguran agregat secara keseluruhan, berapa banyak pekerjaan yang tersedia dalam perekonomian secara keseluruhan dan berapa banyak orang yang mau bekerja tapi tak mamapu pekerjaan Case dan Fair, 2007:11. 16 Prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan, sehingga analisis penilaian saham yang dilakukan investor juga harus memperhatikan beberapa variabel ekonomi makro yang mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Investor bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama kali perlu dilakukan analisa terhadap faktor- faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisa industri dan pada akhirnya dilakukan analisis terhadap perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkan menguntungkan atau merugikan bagi investor Tandelilin, 2010:338.

2. Bank Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Perkembangan ekonomi islam ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah Suwiknyo, 2010:1. Bank syariah adalah institusi keuangan institusi keuangan yang berbasis syariah islam. Hal ini berarti secara makro bank syariah adalah institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat sekitarnya. Dalam kaamata mikro bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya telah sesuai dengan syariah Ascarya, 2011:1. 17 Dunia ekonomi dalam islam adalah dunia bisnis atau investasi hal ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan investasi ajakan bisnis dalam Al quran dan sunah hingga tanda - tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi adanya sistem zakat sebagai alat disinsentif atas penumpukan harta, larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap investasi. Ascarya, 2011:1. Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia terdapat dalam undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan undang - undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang - undang No. 7 tahun 1992. Berdasarkan kebijakan tersebut, perkembangan kebiijakan perbankan islam di Indonesia dapat diklasifikasikan dalam dua periode, yaitu periode 1992 - 1998 dan periode 1998 - 1999 Suwiknyo, 2010:2.

b. Produk Bank Syariah

Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut Suwiknyo, 2010:20-40: 18 1 Produk Penghimpunan Dana a Prinsip Wadi‟ah Prinsip Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai yang meminjam b Prinsip Mudharabah Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip mudharabah dibagi menjadi: 1 Mudharabah Mutlaqah Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 2 Mudharabah Muqayadah On Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus restricted investment di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. 3 Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. 19 2 Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa. 3 Produk Jasa Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn, al- qardh, al-wakalah dan al-khafalah.

3. Profitabilitas Return on Asset

Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan operating asset. Operating Asset adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. ROA return on asset; Rasio ini sering juga disebut sebagai Return on Investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih di kenal dengan nama return on investasi atau return on total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas 20 manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rendah rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh perusahaan Kasmir dan Jakfar, 2008:201. Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai kekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari suatu industry. Struktur industry cenderung berubah sehingga investor perlu terus memperbaharui aanalisis lingkungan industri sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor Tandelilin, 2010:357. ROA return on asset adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba Hakim, 2006:19. 21 Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus Handoko, 2008:32.

4. Inflasi

Kasmir dan Jakfar 2010:40 menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: a indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. b indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan c gross net product GNP deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas. 22 Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya Tandelilin, 2010:103. Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik Madura, 2007:128. Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang Gilarso, 2004:200. Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik dari persentase perubahan indeks harga konsumen IHK pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah perbandingan relatif dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar, dan dinyatakan dalam persen Gilarso, 2004:201. Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut Gilarso, 2004:201: 23

5. Nilai Tukar Rupiah

a. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain Sartono, 2001. Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot spot rate dan kurs berjangka forward rate. Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal transaksi seketika on the spot. Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan transaksi berjangka forward transaction merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian misalnya 3 bulan. Dalam penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot spot rate. Subalno, 2010:25. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasa rmodal Sitinjak dan Kurniasari, 2003:24. 24 Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain, kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Sukirno, 2004:176.

b. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro 2001:26, ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: 1 Sistem Kurs Mengambang floating exchange rate Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu : a Mengambang bebas murni dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. b Mengambang terkendali managed or dirty floating exchange rate dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. 25 2 Sistem Kurs Tertambat peged exchange rate. Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. 3 Sistem Kurs Tertambat Merangkak crawling pegs. Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan- kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. 4 Sistem Sekeranjang Mata Uang basket of currencies. Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. 26 Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. 5 Sistem Kurs Tetap fixed exchange rate. Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

6. Suku Bunga

a. Pengertian Tingkat Suku Bunga SBI

Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan meleihi harapan imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap deposito yang memberi imbal hasil bunga lebih tinggi. Suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi Bodie, 2006:180. 27 Menurut Case dan Fair 2007:635 suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur Sunariyah, 2004:80. Menurut Prasetiantono 2000:97 mengenai suku bunga adalah jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan deposito dan tabungan. Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank. Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi perantara, kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif masih belum cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi selau tinggi Prasetiantono, 2000:99-101. 28

b. Fungsi Suku Bunga

Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal terutama dari sektor bisnis. Tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat, Adapun Fungsi suku bunga menurut Sunariyah 2004:81 adalah: 1 Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2 Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain. 3 Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. 29

c. Faktor Yang Menentukan Tingkat Suku bunga

Prakiraan suku bunga merupakan salah satu bagian yang paling sulit dari ekonomi makro terapan. Namun secara sederhana, kita dapat ketahui bahwa faktor-faktor penting yang menentukan tingkat suku bunga adalah Bodie, 2006:180: 1 Suplai dana dari para penabung, terutama sektor rumah tangga 2 Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan persediaan asset riil atau pembentukan modal 3 Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral Beberapa faktor dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan suku bunga, yaitu Madura 2007:25: 1 Pertumbuhan ekonomi Pada saat perusahaan melakukan ekspansi, akan diperlukan uang sehingga permintaan akan uang semakin meningkat. Perusahaan yang melakukan ekspansi ini tak lepas dari kondisi perekonomian yang mendukung kondisi perekonomian baik. Pada saat kondisi perekonomian baik, maka tingkat suku bunga meningkat. Sebaliknya, pada saat kondisi ekonomi buruk, maka perusahaan akan merubah strategi pembelanjaannya menjadi penggunaan modal sendiri sehingga tidak ada permintaan akan uang permintaan menurun. Permintaan akan uang yang menurun menyebabkan tingkat suku bunga turun. 30 2 Adanya Inflasi Saat tingkat inflasi suatu Negara meningkat maka tingkat suku bunga juga akan semakin menigkat, karena pada saat terjadi inflasi akan diikuti dengan naiknya harga barang dan diperkirakan dimasa depan harga barang akan naik lagi expected inflation rate sehingga masyrakat banyak yang akan membeli barang-barang sekarang. Dengan melakukan pembelian maka dana yang dimiliki masyarakat berkurang sehingga muncul permintaan akan uang. Naiknya permintaan akan uang menyebabkan tingkat suku bunga meningkat. 3 Defisit Anggaran Pemerintah Defisit anggaran merupakan suatu kondisi dimana pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan. Untuk menutupi deficit, maka pemerintah melakukan peminjaman sehingga hal ini dapat menyebabkan tingkat suku bunga meningkat dan sebaliknya. Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik investasi sahamnya dan memindahkannya pada investasi yang menawarkan tingkat pengembalian lebih baik dan aman, seperti deposito. Akibat aksi para investor yang menarik sahamnya menyebabkan pasar modal sepi. Turunnya permintaan akan saham mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga harga-harga saham turun dan akan menyebabkan indeks harga saham gabungan juga turun Samsul 2006:65. 31

7. Financing Deposit Ratio FDR

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank, hal tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Likuiditas suatu bank berarti bahwa bank tersebut memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban Siamat, 2005:56. Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan menggunakan financing to deposit ratio pembiayaan. Financing to deposit ratio pembiayaan dijadikan variablel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank ROA. Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan Siamat, 2005:81. Menurut Hasbi dan Haruman 2011:34 financing to deposit ratio FDR dapat dirumuskan sebagai berikut: 32

8. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

Menurut Loen dan Ericson 2007:121 menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani 2010:55 yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan Pratiwi, 2012:7. Baiknya kinerja keuangan tersebut diperoleh karena efisiensi operasional yang berhasil diterapkan. Dengan jumlah cabang yang banyak dan luas tetap mampu mempertahankan operasional dengan efisiensi yang tinggi. Biaya operasional masih jauh di bawah pendapatan operasional. 33 Efisiensi juga dilakukan cukup baik terhadap asset sehingga mampu mengimbangi pertumbuhan asset dan modal yang berakibat pada tingginya perolehan rentabilitas Liestyo, 2005:25. Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan operasional BOPO maka akan semakin baik Iqbal, 2010:148. Menurut Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85 - 92. Indikator ini mempunyai bobot 15 Rangkuti, 2011:103. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional BOPO, digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana misalnya dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga Margaretha, 2007:62. Menurut Margaretha 2007:62 biaya operasional dan pendapatan operasional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 34

9. Keterkaitan antar Variabel Penelitian

a. Keterkaitan antara Inflasi dengan Return on Asset

Kasmir dan Jakfar 2010:40 menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga dalam mengukur inflasi antara lain: a indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun ketahun. b indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga, dan c gross net product GNP deflator, merupakan suatu jenis indeks harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks diatas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas. Menurut Sipahutar 2007:94 mengatakan bahwa inflasi merupakan indikator yang patut diwaspadai. Inflasi merupakan musuh perekonomian. Salah satu alat yang dipergunakan untuk mengendalikan inflasi adalah suku bunga. Dengan manajemen suku bunga inflasi dapat dikendalikan dan dengan suku bunga yang terkendali, perekonomian 35 dapat digerakkan secara berkelanjutan. Otoritas moneter telah berhasil mengelola suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat, sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialaminya Tandelilin, 2010:103. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Dwijayanthy dan Naomi 2007 dan Wibowo 2013 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi terhadap return on asset.

b. Keterkaitan antara Kurs dengan Return on Asset

Kurs Exchange Rate merupakan nilai atas suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Peningkatan nilai suatu mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut apresiasi, sedangkan penurunan nilai mata uang dibandingkan dengan mata uang lainnya disebut depresiasi. Nilai tukar menunjukkan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli dan ditukar dengan satu satuan mata uang lain 36 Sartono, 2001. Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain.Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot spot rate dan kurs berjangka forward rate. Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal transaksi seketika on the spot. Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan transaksi berjangka forward transaction merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian misalnya 3 bulan. Dalam penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot spot rate. Subalno, 2010:25. Prasetyantoko 2008:258 yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah tadi. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa kurs mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Dwijayanthy dan 37 Naomi 2007 dan Swandayani dan Kusumaningtias 2009 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel kurs terhadap return on asset.

c. Keterkaitan antara Suku Bunga dengan Return on Asset

Tingkat bunga merupakan variabel yang diwakilkan oleh SBI yang merupakan alat kebijakan moneter pemerintah dalam mengatur dan menyesuaikan aktivitas perekonomian. Apabila pemerintah ingin mengurangi jumlah konsumsi dan uang beredar, maka pemerintah dapat meningkatkan suku bunga SBI. Dengan adanya suku bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi Opportunity Cost dari kegiatan konsumsi terutama konsumsi yang menggunakan pinjaman bank akan semakin mahal karena biaya bunga semakin mahal. Adanya kenaikan suku bunga juga mengakibatkan suku bunga deposito meningkat sehingga menyebabkan menyimpan uang di bank akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan digunakan untuk konsumsi. Hal ini akan mengakibatkan uang yang beredar semakin berkurang dan konsumsi menurun sehingga mengakibatkan penurunan aktivitas perekonomian. Begitu pula sebaliknya, apabila pemerintah ingin meningkatkan jumlah konsumsi dan produksi, maka pemerintah dapat menurunkan suku bunga SBI. Dengan adanya suku bunga yang rendah, maka biaya ekonomi Opportunity Cost dari kegiatan konsumsi maupun produksi terutama kegiatan yang menggunakan pinjaman bank akan semakin rendah karena biaya bunga yang semakain rendah. Hal ini akan mendorong kegiatan produksi dan konsumsi akan lebih besar sehingga aktivitas perekonomian akan semakin meningkat. Suku bunga merupakan harga dari pinjaman. Suku 38 bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur Sunariyah, 2004:80. Tingkat bunga dalam investasi akan menjadi pedoman yang penting dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Umumnya tingkat bunga akan memiliki hubungan negatif dengan kinerja saham. Bila pemerintah mengumumkan kenaikan tingkat bunga akan meleihi harapan imbal hasil dalam saham maka para investor akan beraksi dengan menjual saham dan menggantinya dengan sekuritas berpendapatan tetap deposito yang memberi imbal hasil bunga lebih tinggi. Suku bunga dan prakiraan nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan yang penting dalam keputusan investasi Bodie, 2006:180. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa suku bunga mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Swandayani dan Kusumaningtias 2009 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel suku bunga terhadap return on asset.

d. Keterkaitan antara Financing Deposit Ratio dengan Return on Asset

Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan menggunakan financing to deposit ratio pembiayaan. Financing to deposit ratio pembiayaan dijadikan variablel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank yang 39 bermuara pada profitabilitas bank ROA. Rasio pembiayaan digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut apakah mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang diajukan. Atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian pembiayaan kepada nasabah, pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan Siamat, 2005:81. Rasio FDR yang analog dengan loan to deposit ratio LDR pada bank konvensional adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Dendawijaya, 2003:46. Penelitian mengenai financial deposit ratio terhadap return on asset banyak dilakukan oleh penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2011 dan Fadjar 2013 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara financing deposit ratio terhadap return on asset.

e. Keterkaitan antara Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

dengan Return on Asset Hasil akhir dari aktivitas bank akan menghasilkan biaya dan juga pendapatan operasional. Kedua hal ini mempengaruhi tingkat efisiensi operasional bank yaitu kemampuan bank untuk menghasilkan 40 keuntungan dari penggunaan aktiva agar dapat menutupi biaya-biaya operasional. Semakin efisien biaya operasional, maka semakin efisien pula bank tersebut dalam penggunaan aktiva untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat efisiensi operasional diukur dengan rasio BOPO. Semakin rendah BOPO menunjukkan semakin tinggi efisiensi operasional bank yakni semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan yang ditunjukkan dengan meningkatnya profitabilitas ROA. Sebaliknya, tingginya rasio BOPO mencerminkan inefisiensi operasional bank yang ditandai dengan tingginya beban operasional dan akan berakibat pada berkurangnya laba dan menurunkan rasio ROA. Baiknya kinerja keuangan tersebut diperoleh karena efisiensi operasional yang berhasil diterapkan. Dengan jumlah cabang yang banyak dan luas tetap mampu mempertahankan operasional dengan efisiensi yang tinggi. Biaya operasional masih jauh di bawah pendapatan operasional. Efisiensi juga dilakukan cukup baik terhadap asset sehingga mampu mengimbangi pertumbuhan asset dan modal yang berakibat pada tingginya perolehan rentabilitas Liestyo, 2005:25. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional mempunyai pengaruh terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Adyani 2010 dan Wibowo 2013 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap return on asset. 41

B. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analissi tingkat efisiensi perbankan syariah dan faktor internal eksternal yang mempengaruhinya

1 7 143

Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2012-2015

0 5 118

Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pembiayaan bagi hasil perbankan syariah

1 8 126

Pengaruh Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Volume Pembiayaan Perbankan Syariah Di Indonesia

2 9 129

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL YANG MEMPENGARUHI NON PERFORMING FINANCING (NPF) PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2010-2014)

0 4 135

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 5 11

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFITABILITAS PADA PERBANKAN UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 4 19

PENDAHULUAN Analisis faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perbankan Umum Syariah Di Indonesia Periode 2010-2013.

0 3 19

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 2 17

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 3 18