1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam menilai kinerja sebuah perusahaan, seorang investor biasanya mengacu pada prospektus dan laporan keuangan perusahaan tersebut.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasionalnya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan analisis
fundamental perusahaan, karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang
dananya, juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja sangatlah beragam dan terkadang berbeda antara satu industri dengan industri lainnya. Tetapi yang
biasa digunakan oleh para manajer atau investor selama ini menggunakan rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas current ratio, quick ratio, rasio
profitabilitas return on equity, return on asset, return on invesment serta rasio solvabilitas. Dari keseluruhan rasio keuangan, yang biasa menjadi alat ukur
kesehatan adalah return on asset karena digunakan perusahaan sebagai alat untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan, karena semakin baiknya return on asset maka akan semakin besar tingkat pengembalian return
Fadjar, 2013:2.
2 Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang paling
tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja perusahaan tersebut.
Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan. Salah satu rasio profitabilitas adalah return on asset ROA, return
on asset ROA merupakan perbandingan nett profit after tax terhadap average total asset. Rasio ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan
menggunakan seluruh asetnya dalam menghasilkan keuntungan. Nilai dari kedua rasio keuangan di atas sudah tercantum dalam setiap laporan keuangan
perusahaan sehingga lebih mudah bagi investor dalam menganalisanya untuk kemudian dijadikan dasar menentukan kebijakan portofolio Handoko,
2008:3. Salah satu metode dalam menilai tingkat kesehatan bank ialah dengan
menggunakan rasio kemampuan laba atau dapat disebut juga dengan rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas. Rasio kemampuan laba dapat diartikan
sebagai kemampuan bank dalam mengelola asset dan liabilities yang ada guna menghasilkan laba. Terdapat enam tolak ukur tingkat kemampuan laba, yakni
net profit margin, gross proffit margin, asset utilization, return on asset, earning per share, serta return on equity. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan tolak ukur return on asset sebagai tolak ukur tingkat kemampuan bank. Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator
yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolok ukur kinerja
3 perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik pula
kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau rentabilitas adalah Return on Asset ROE dan Return
on Asset ROA. ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income, sedangkan
ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki Yuliani, 2007:56.
Penelitian Hardiningsih, dkk 2001, menunjukkan bahwa nilai tukar RupiahUS Dollar berpengaruh negatif terhadap return saham. Nilai tukar
RupiahUS Dollar tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham Meta, 2006:2. Berdasarkan hasil penelitian Purwiani 2007 dalam Sadikin
2011:24 tentang pengaruh resiko kurs dan risiko suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Dimana risiko pasar dan risiko kurs
rupiah berpengauh signifikan terhadap return saham dengan arah positif, sedangkan risiko suku bunga berpengaruh terhadap return saham tetapi dengan
arah negatif. Bilson, Brailsford dan Hooper 2001:16 menggunakan nilai bobot indeks pasar dunia dan beberapa variabel makroekonomi untuk
menjelaskan return saham. Hasil dari penelitian tersebut menyarankan harga barang dan aktivitas riil memiliki kemampuan yang terbatas dalam
menjelaskan variasi dari return. Sementara money supply, nilai tukar, dan market return merupakan variabel yang sangat signifikan dalam menjelaskan
return.
4 Analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami
informasi tentang laporan keuangan. Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan intepretasi rasio keuangan yang ada dalam laporan keuangan
Lesmana, 2008:56. Dalam analisis laporan keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah, dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk
menilai kondisi keuangan suatu perusahaan tidak terkecuali perusahaan perbankan. Dalam menilai kinerja perusahaan perbankan, umumnya digunakan
lima aspek penilaian yaitu CAMEL capital, assets, management, earnings, liquidity. Kelima aspek tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan.
Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perbankan, memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat
maupun yang tidak sehat Chen, 1981 dalam Wilopo, 2001:23. Perbankan syariah saat ini menjadi sektor yang meningkat dengan baik
hal ini ditunjukkan dengan peningkatan yang cukup signifikan yang dilihat pada tahun 2010 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah dan
150 BPRS. Pada tahun 2011 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 155 BPRS. Pada tahun 2012 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24
Unit Usaha Syariah dan 158 BPRS dan pada tahun 2013 terdapat 11 Bank Umum Syariah, 24 Unit Usaha Syariah dan 160 BPRS dengan total jaringan
kantor mencapai 2.925 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara, meskipun terdapat pengurangan terhadap unit usaha syariah, akan
tetapi terdapat pula pertumbuhan BPRS. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai
„the fastest growing industry‟. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.
5
Tabel.1.1 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 2010 - 2013
Kelompok Bank 2010
2011 2012
2013
Bank Umum Syariah 11
11 11
11 Unit Usaha Syariah
23 24
24 23
BPRS 150
155 158
160 Sumber: httpwww.bi.go.id.
Berdasarkan tabel di atas, pertumbuhan dan persaingan perbankan syariah di Indonesia semakin ketat, maka pihak bank syariah perlu
meningkatkan kinerjanya agar dapat menarik investor dan nasabah, serta dapat tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Salah satu
indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya. Salah satu alat ukur profitabilitas adalah return on asset
ROA, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.
Profitabilitas dipengaruhi baik dari lingkungan makro ekonomi maupun internal perbankan syariah itu sendiri httpwww.bi.go.id.
Salah satu faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi return on Asset perbankan adalah inflasi, yang dimaksud dengan inflasi adalah
peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Mempertahankan inflasi tetal rendah telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah. Yang menjadi masalah
utama adalah hiperinflasi, atau periode peningkatan yang sangat cepat dalam tingkat harga secara keseluruhan Case dan Fair, 2007:4.
6 Menurut Sipahutar 2007:94 mengatakan bahwa inflasi merupakan
indikator yang patut diwaspadai. Inflasi merupakan musuh perekonomian. Salah satu alat yang dipergunakan untuk mengendalikan inflasi adalah suku
bunga. Dengan manajemen suku bunga inflasi dapat dikendalikan dan dengan suku bunga yang terkendali, perekonomian dapat digerakkan secara
berkelanjutan. Otoritas moneter telah berhasil mengelola suku bunga untuk mengendalikan inflasi.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah suku bunga, yang dimaksud dengan suku bunga adalah harga dari uang dan bagaimana
penerapan perhitungan bunga di pasar uang dan perhitungan bunga di bank Leon dan Ericson, 2007:69.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah nilai tukar rupiah, yang dimaksud dengan nilai tukar rupiah adalah harga dari suatu mata
uang ketika dipertukarkan dengan mata uang lain, atau dengan kata lain bagi mereka yang tinggal di Amerika Serikat, nilai tukar adalah seberapa banyak
seseorang akan membutuhkan mata uang lain yang akan setara dengan satu dolar Amerika Serikat Boone dan Kurtz, 2007:159. Hubungan nilai tukar
dengan profitabilitas diungkapkan oleh Prasetyantoko, 2008:258 yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang
baik. Dengan kata lain nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas
perusahaan, dia akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai
7 tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat
keuntungan yang rendah tadi. Faktor internal yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah
financing deposit ratio, yang dimaksud dengan financing deposit ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara
membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga Hariyani, 2010:55.
Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah biaya operasional dan pendapatan operasional, Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak
sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil
bunga Hendrayanti dan Muharam, 2013:3. Menurut Loen dan Ericson 2007:121 menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan operasional
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Sedangkan menurut
Iqbal 2010:148 menyatakan bahwa untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro, semakin kecil nilai BOPO
maka semakin baik. Berdasarkan penjelasan mengenai variabel penelitian, maka dapat
dijabarkan mengenai data-data empiris dari penelitian sehingga menjadi alasan
8 dilakukan penelitian, Berikut ini merupakan data mengenai faktor eksternal
inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar dan faktor internal capital adequacy ratio, financing deposit ratio serta profitabilitas return on asset di Indonesia
httpwww.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015:
Tabel 1.2 Profitabilitas ROA, Inflasi, Suku Bunga, Kurs, FDR
dan BOPO di Indonesia Periode 2010 - 2014 Tahun
ROA Persen
Inflasi Persen
SBI Persen
Kurs Rupiah
FDR Persen
BOPO Persen
2010 2,86
6,96 6,50
8350 89,67
96,07
2011 3,03
3,79 6,58
9048 88,94
87,71
2012 3,11
4,30 5,77
9712 84,51
85,57
2013
2,00 8,38
6,54 10091
95,87 85,06
2014
1,30 6,24
7,54 10703
98,11 91,90
Sumber: httpwww.bi.go.id, diakses tanggal 24 April 2015 diolah. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa data return on asset pada
tahun 2012 sebesar 3,11 dan inflasi pada tahun 2012 sebesar 4,30, sedangkan pada tahun 2013 return on asset sebesar 2,00 dan inflasi pada
tahun 2013 sebesar 8,38. Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Tandelilin 2010:343 yang mengatakan bahwa inflasi
meningkatkan pendapatan biaya perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dinikmati oleh perusahaan maka
profitabilitas perusahaan
akan turun.
Berdasarkan analisa
tersebut membuktikan bahwa semakin tingginya inflasi maka akan semakin rendah
return on asset.
9 Pada data suku bunga terlihat pada tahun 2012 sebesar 5,77 dan
return on asset sebesar 3,11, sedangkan pada tahun 2013 suku bunga sebesar 6,54 dan return on asset sebesar 2,00 hal ini membuktikan bahwa semakin
tingginya suku bunga maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Tandelilin 2010:343 yang menyatakan bahwa tingkat
bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang present value aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada
tidak akan menarik lagi. Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan disamping
itu tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.
Pada data kurs terlihat pada tahun 2012 sebesar 9712 dan return on asset sebesar 3,11, sedangkan pada tahun 2013 kurs sebesar 10091 dan
return on asset sebesar 2,00 hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya nilai kurs semakin rendah nilai return on asset. Data sesuai dengan pernyataan
yang dilakukan oleh Prasetyantoko 2008:258 yang menyatakan bahwa nilai tukar umumya tidak didukung oleh profitabilitas yang baik. Dengan kata lain
nilai tukar tidak mampu mendorong kinerja perusahaan menjadi lebih baik apabila nilai tukar tidak memberi peningkatan profitabilitas perusahaan, dia
akan menjadi sangat berbahaya manakala depresiasi nilai tukar, karena akan membebani perusahaan-perusahaan dengan tingkat keuntungan yang rendah
tadi.
10 Financing deposit ratio pada tahun 2012 sebesar 84,51 dan return on
asset sebesar 3,11 sedangkan pada tahun 2013 financing deposit ratio sebesar 95,87 dan return on asset sebesar 2,00 hal ini membuktikan bahwa
semakin tinggi financing deposit ratio maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dilakukan oleh Putri dan Heykal
2013:2 yang menyatakan bahwa Semakin tingginya FDR menunjukan semakin riskan kondisi likuditas bank, sebaliknya semakin rendah FDR
menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Semakin tinggi FDR maka akan semakin tinggi dana yang disalurkan pihak
ketiga, dengan penyaluran dana pihak ketiga yang besar maka pendapatan ROA bank akan meningkat.
Biaya operasional dan pendapatan operasional pada tahun 2011 sebesar 87,71 dan return on asset sebesar 3,03 sedangkan pada tahun 2012 biaya
operasional dan pendapatan operasional sebesar 85,57 dan return on asset sebesar 3,11 hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi biaya operasional
dan pendapatan operasional maka akan semakin rendah return on asset. Hal ini terjadi karena lebih tinggi beban dibandingkan pendapatan, sehingga akan
mempengaruhi laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan ungkapan yang dilakukan oleh Iqbal 2010:148 yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai
BOPO maka semakin baik. Alasan pemilihan judul pada penelitian ini adalah semakin
berkembangnya perusahaan perbankan sebagai perusahaan yang mampu bersaing walaupun semakin ketatnya persaingan dalam dunia perbankan, yang
ditandai dengan nilai return on asset sebagai alat dalam penilaian kinerja keuangan. Perbankan syariah senantiasa mengalami pertumbuhan yang cukup
11 pesat dari berbagai aspek. Data Bank Indonesia BI menyebutkan bahwa
sampai dengan akhir tahun 2013, pertumbuhan aset Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS mencapai 31,8 persen dengan pangsa
pasar market share yang terus mengalami penigkatan hingga mencapai 4,8 persen. Hal ini di dorong oleh permintaan masya rakat Indonesia akan Islamic
product sebagai alternatif dalam menggunakan jasa perbankan yang semakin meningkat http:www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015.
Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah tingkat keuntungan atau laba. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan, termasuk perbankan
syariah, merupakan hal yang sangat penting dalam laporan ta hunan. Selain itu, kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup kegiatan rutin atau
operasional juga perlu dilaporkan sehingga di harapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas
keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan. Prediksi kinerja keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan
oleh pihak internal manajemen dan pihak eksternal perusahaan yang memiliki kepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, seperti : investor, kreditur,
dan pemerintah http:www.republika.co.id, diakses pada tanggal 30 Juni 2015.
Munawir 2002:8
menyatakan bahwa
pihak-pihak yang
menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, potensi deviden.
Maka sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas return on asset perbankan
Syariah di Indonesia dengan mengambil tema
“Analisis Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Perbankan Syariah terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Perbankan Syariah Periode 2010 - 2014 ”.
12
B. Perumusan Masalah