Model Neoklasik Pinjaman Luar Negeri
Semakin tinggi jumlah pinjaman luar negeri maka jumlah cicilan dan bunga yang harus dibayar juga akan meningkat Supriyanto, 1999.
Krisis pembayaran pinjaman luar negeri suatu negara terjadi jika memenuhi tiga
persyaratan berikut ini Eaton dan Taylor, 1986:
1.
Tidak sanggup membayar insolvent atau tidak mampu membayar pinjaman dalam jangka panjang.
2.
Tidak likuid illiquid, yakni mereka tidak mempunyai cukup uang untuk membayar kewajiban saat jatuh tempo.
3.
Tidak punya keinginan untuk membayar.
Pada kondisi pertama dan kedua sangat berhubungan dengan kemampuan suatu negara dalam memenuhi kewajiban-nya, dalam arti suatu negara mempunyai
keinginan untuk membayar tetapi tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut karena menghadapi masalah kekurangan devisa luar negeri sedangkan masalah terakhir lebih
disebabkan oleh tidak adanya keinginan untuk membayar unwillingness to payyang bisa saja dikarenakan adanya keuntungan-keuntungan ekonomis yang akan diraih
atau karena alasan politis lainnya. Krisis pinjaman dapat terjadi dalam berbagai bentuk :
1. Negara atau kreditur menerima penundaan pembayaran cicilan namun tetap menerima pembayaran bunga pada jadwal yang telah disepakati.
2. Kreditur menunda baik pembayaran kembali cicilan maupun bunganya sekaligus.
Disamping kedua bentuk ini, masih banyak lagi variasi lain dari krisis pinjaman ini dan perlakuan dari kreditur terhadap penundaan ini juga bervariasi, misalnya pada
kasus tertentu kreditur bersedia memperpanjang masa jatuh tempo maturity tetapi dengan menaikkan tingkat bunga pinjaman. Sementara dalam kasus yang lain justru
tingkat suku bunga yang diturunkan sebagai upaya untuk mengurangi beban pinjaman negara yang bersangkutan.