Keterkaitan Harga dengan Impulse buying

percaya pada keputusan impulsif, dan lebih memilih kehidupan yang tenang dan teratur ketimbang kehidupan yang dipenuhi oleh peluang dan resiko.sebaliknya orang dengan tipe kepribadian introvert cenderung diam, instropektif, menarik diri, reflektif, tidak percaya pada keputusan impulsif, dan lebih memilih kehidupan yang tenang dan teratur ketimbang kehidupan yang dipenuhi oleh peluang dan resiko. ฀ari uraian diatas terliha adanya keterkaitan antara kepribadian ekstrovert –introvert dengan impulse buying.

2.2.3 Keterkaitan Harga dengan Impulse buying

Harga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Selain itu harga juga merupakan hal yang selalu dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli suatu produk tertentu. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bayley Nancarrow, 1998 Rook Fisher 1995 Sharma et al. 2010 B. Verplanken Herabadi 2001. “P฀ice often is the top att฀action fo฀ shoppe฀s’decisions making, consume฀s depend on heavily p฀ice info฀mation when shopping” artinya Harga sering menjadi daya tarik utama bagi konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Konsumen tergantung pada seberapa banyak Informasi tentang harga yang mereka dapatkan saat berbelanja. Selain dari itu, harga juga dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian tidak terencana seperti yang diungkapkan oleh Honkanen et al., 2012 Lo et al 2011 Park et al., 2011 Tafesse Korneliussen 2012 dalam Chun- Ling Chuang et.al 2013:333”P฀ice is the top att฀action o฀ an u฀ge fo฀ decisions making of shoppe฀, p฀evious ฀esea฀ches p฀oved that consume฀s a฀e mo฀e likely to make impulse buying based on p฀ices o฀ special p฀omotional offe฀s”. Artinya Harga adalah daya tarik utama atau dorongan untuk konsumen membuat keputusan pembelian, penelitian sebelumnya membuktikan bahwa konsumen lebih cenderung untuk melakukan pembelian tidak terencana impulse buying berdasarkan harga atau penawaran promosi khusus Hasil penelitian Seounmi Youn and Ronald J. Faber 2000:184 mnegungkapkan bahwa: Finally, a lack of cont฀ol o฀ impulsivity had a negative, mode฀ate ฀elationship with p฀ice. This may be inte฀p฀eted as indicating that less impulsive people tend to be conce฀ned with sma฀t buying by utilizing good deals. Thus, those who demonst฀ate the g฀eatest amount of cont฀ol in thei฀ lives a฀e susceptible to impulse buying fo฀ ฀ational, ฀athe฀ than affective, ฀easons. They do so to get a good deal, ฀athe฀ than because of a g฀eat desi฀e fo฀ the p฀oduct o฀ to influence thei฀ mood state. This may be manifested by a ฀eduction in willpowe฀ since p฀ice is no longe฀ as la฀ge a dete฀฀ent. Artinya pada akhirnya, kurangnya kontrol atau impulsif memiliki nilai negatif, jika melihat hubungan moderat dengan harga. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa orang yang kurang impulsif cenderung peduli dengan istilah pintar membeli dengan memanfaatkan penawaran yang baik. ฀engan demikian, orang-orang yang menunjukkan kontrol yang tinggi dalam hidup mereka rentan terhadap pembelian tidak terencana untuk alasan-alasan yang rasional, daripada alasan afektif. Mereka melakukannya untuk mendapatkan kesepakatan yang terbaik, bukan karena keinginan yang besar untuk mendapatkan suatu produk atau untuk mempengaruhi keadaan mood mereka. Hal ini dapat diperjelas dengan penurunan kemauan karena harga tidak lagi dapat menjadi sebagai alat pencegahan yang besar. Harga memiliki dampak yang positif dan negatif, hal ini sesuai dengan yang diaungkapkan Millman 1986 yang dikutip oleh Janakiraman et al. 2006 dalam Alireza dan Hasti 2011:176 sebagai berikut : “Millman 1986 as cited by Janaki฀aman et al. 2006 had ea฀lie฀ a฀gued that negative affect induced by unexpected p฀ice hikes might supp฀ess spending by limiting pu฀chase conside฀ation of othe฀ goods, while positive affect induced by unexpected p฀ice d฀ops might inc฀ease spending by expanding conside฀ation of othe฀ goods.”artinya Millman 1986 seperti dikutip oleh Janaki฀aman dkk. 2006 yang sebelumnya berpendapat bahwa pengaruh negatif yang disebabkan oleh kenaikan harga tak terduga mungkin dapat menekan pengeluaran dengan membatasi pertimbangan pembelian terhadap barang-barang lain, sementara pengaruh positif yang disebabkan oleh penurunan harga tak terduga mungkin meningkatkan pengeluaran dengan memperluas pertimbangan terhadap barang lain. ฀ari kutipan diatas menjelaskan bahwa kenaikan harga secara tiba-tiba memiliki pengaruh negatif karena dapat menekan angka pembelian konsumen disebabkan oleh keterbatasan pertimbangan untuk membeli barang kebutuhan lainnya sedangkan pengaruh positifnya ialah jika harga turun secara tiba-tia dapat menyebabkan meningkatnya angka pembelian konsumen dikarenakan bertambahnya kesadaran konsumen untuk membeli produk yang lainnya. Masih didalam jurnal yang sama Janakiraman et al. dalam Alireza dan Hasti 2011:176 mengungkapkan bahwa : The consume฀ mental accounting activity concept can also explain p฀ice induced accounting activity concept can also explain p฀ice induced impulse buying acco฀ding to Janaki฀aman et al. 2006. The concept is of the idea that an inc฀ease o฀ dec฀ease in the amount spent fo฀ an essential item on a given shopping t฀ip would inc฀ease o฀ dec฀ease the amount that is pe฀ceived to be available to spend on othe฀ goods, p฀oducing a cong฀uent spillove฀ effect. A฀kes et al. 1994 as cited by Janaki฀aman et al. 2006 acknowledged that the unexpected p฀ice discount ฀esults in highe฀ exp฀essions of willingness to pay fo฀ un฀elated disc฀etiona฀y items . Artinya menurut Janakiraman et al. 2006 konsep aktivitas mental accounting konsumen juga dapat menjelaskan konsep harga yang menginduksi aktivitas akuntansi selain itu juga dapat dikatakan bahwa harga yang menginduksi pembelian tidak terencana. Konsepnya adalah gagasan bahwa peningkatan atau penurunan jumlah uang yang dibelanjakan untuk item-item penting pada saat berbelanja akan menambah atau mengurangi jumlah uang yang dianggap tersedia untuk dibelanjakan pada barang lain, sehingga menghasilkan efek spillover kongruen. Arkes et al. 1994 sebagaimana dikutip oleh Janakiraman et al. 2006 mengakui bahwa harga diskon yang tak terduga menghasilkan ekspresi yang lebih tinggi dari kesediaan untuk membayar barang- barang – barang diskretionari yang tidak berkaitan. ฀ari kutipan diatas dapat diambil keismpulan bahwa harga mempengaruhi perilaku impulse buying atau dengan kata lain penurunan harga discount mendorong konsumen untuk melakukan impulse buying terutama untuk barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya untuk dibeli atau produk yang tidak ada dalam list belanja dan barang tersebutpun tidak terlalu dibutuhkan oleh konsumen. ฀ari uraian diatas telah menunjukkan adanya hubungan antara harga dengan impuse buying. Adapun paradigma dari uraian keterkaitan seluruh variabel yaitu antara keterkaitan variable kepribadian extrovert – introvert terhadap harga, keterkaitan variabel keprbadian extrover itrovert terhadap impulse buying serta keterkaitan variabel harga dengan impulse buying dapat digambarkan pada chart berikut ini Kepribadian Extrovert: - mudah bergaul - menyukai pesta keramaian, - memiliki banyak teman, - menyukai kehebohan - tidak menyukai belajar sendiri - bertindak pada saat adanya momen dan - spontan impulsif - Gambar 2.3 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis