Puskesmas Bonto Cani artinya bahwa semakin tinggi peran petugas kesehatan maka semakin rendah pula pemberian ASI eksklusif yang dilakukan.
5.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p0,040. Artinya adanya hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan
pemberian ASI eksklusif. Artinya bahwa ibu sangat membutuhkan dukungan suami, ibu kandung dan mertua dalam pemberian ASI eksklusif. Dari hasil penelitian
sebagian besar keluarga memberikan masih menyarankan kepada ibu untuk memberikan makanan atau minuman tambahan selain ASI agar bayi tumbuh sehat
dan cepat besar. Mereka mengira memberikan makanan atau minuman tidak berdampak pada bayi. Ibu maupun keluarga perlu mengetahui tentang sistem
pencernaan bayi umur dibawah 6 bulan belum cukup matang untuk diberi makanan padat. Jika makanan padat diberikan sebelum sistem pencernaan siap menerima,
maka dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan Sirait, 2014. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malau 2010 yaitu ibu yang
menyusui mendapat dukungan baik dari suami sebesar 87,50 dan yang mendapat cukup sebesar 12,5. Hal ini berarti bahwa semakin besar dukungan suami maka
semakin besar pula kemauan ibu memberikan ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan Sudiharto 2007 menyatakan bahwa dukungan
keluarga mempunyai hubungan dengan suksesnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI
kepada bayinya sampai usia 6 bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang seimbang kepada ibu. Roesli 2007 berpendapat
Universitas Sumatera Utara
bahwa suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis.
5.6 Hubungan Kondisi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh p0,258. Artinya tidak terdapat hubungan antara kondisi ibu dengan pemberian ASI
eksklusif. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kondisi ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Rata-rata ibu memiliki
kondisi fisik yang baik, hanya ibu tidak melakukan pemijatan pada payudara sebelum hamil yang dapat memperlancar ASI. Pada saat ibu sakit seperti demam, flu dan
batuk ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan sehingga harus berhenti menyusui bayi. Berdasarkan penelitian Sirait 2014 sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang
mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui, lebih jauh berbahaya jika memberikan bayi makanan tambahan daripada membiarkan bayi menyusui dari ibu yang sedang
sakit. Berdasarkan penelitian Ruth 2013 ada hubungan sifnifikan antara fisik ibu
dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian Amalia, dkk 2013 terdapat perbedaan signifikan lama pemberian ASI eksklusif pada ibu dengan kondisi fisik
dikarenakan kondisi fisik ibu sangat memengaruhi jumlah produksi ASI, terutama ibu yang mempunyai penyakit yang menyebabkan ibu tidak dapat menyusui. Hal ini
dapat berdampak terhadap lama menyusui. Alasan ibu yang sering untuk kita menyusui adalah karena ibu sakit, sebentar atau lama. Akan tetapi, jarang sekali ada
penyakit yang mengharuskan berhenti menyusui, kecuali jika ibu mengkonsumsi obat yang dapat memengaruhi produksi ASI. Sebagian besar ibu dengan kondisi fisik yang
Universitas Sumatera Utara
sakit berhenti memberikan ASI secara penuh pada bayi dengan alasan ASI sedikit atau sama sekali tidak keluar atau karena merasa kesakitan akibat penyakit yang
diderita oleh ibu. Hasil penelitian ini sesuai penelitian di Vietnam. Kesehatan ibu dapat memngaruhi keputusan menyusui terutama bagi yang melakukan operasi
caesar, ada peningkatan untuk tidak menyusui secara ASI eksklusif.
5.7 Hubungan Budaya dengan Pemberian ASI Eksklusif