Menurut Sendjaja 1994: 55, persepsi mensyaratkan tiga hal yaitu: a. Orang yang mempersepsi
b. Objek persepsi c. Suatu persepi atau makna yang merupakan hasil dari tindakan persepi.
Persepsi meliputi proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan,
pendengaran, dan penciuman. Dengan demikian persepsi merupakan suatu proses pengamatan terhadap sesuatu objek yang terdiri dari:
a. Stimulasi pada alat ngindra sensory stimulation Pada tahap ini, alat-alat indra distimulassi atau dirangsang akan
keberadaan sesuatu hal, akan tetapi meskipun manusia memiliki kemampuan pengindran untuk merasakan Stimulus, manusia tidak
selalu menggunakannya, sebagai contoh pada saat seseorang melamun. b. Stimulasi terhadap alat indra di atur
Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip, salah satu prinsip yang digunakan adalah prinsip
Proximitas atau kemiripan. Sebagai contoh kita mempersepsikan pesan yang datang segera setelah pesan yang lain sebagai suatu unit dan
menganggap bahwa keduanya tentu saling berkaitan. Prinsip lain adalah prinsip kelengkapan closure. Manusia cendrung mempersepsikan
gambar atau pesan yang dalam yang dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap, dengan melengkapi bagian-
bagian gambar atau pesan yang tampak logis untuk melengkapi gambar ataupun pesan tersebut.
c. Stimulasi alat indra ditafsirkan-dievaluasi Langkah ketiga adalah penafsiran-evaluasi kedua istilah tersebut
digabungkan guna menegaskan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang
melibatkan evaluasi dari pihak penerima. Penafsiran tersebut tidak semata-mata dirasakan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada
saat tersebut dan lain sebagainya. Selanjutnya menurut Sendjaja 1994: 55, sifat-sifat persepsi adalah:
a. Persepsi adalah pengalaman Untuk mengartikan makna dari seseorang, objek atau peristiwa, kita
harus memiliki dasar untuk melakukan interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu kita dengan oran, objek atau
persitiwa tersebut atau dengan hal-hal yang menyerupainya. Tanpa landasan pengalaman sebagai pembanding, tidak mungkin untuk
mempersepsikan suatu makna sebab ini akan membawa kita pada suatu kebingungan.
b. Persepsi adalah selektif Ketika kita mempersepsikan sesuatu, kita cenderung memperhatikan
hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari
objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain.
c. Persepsi adalah penyimpulan Proses psikologi dari persespi mencakup penarikan kesimpulan
melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi
yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya
didasarakan atas data yang dapat ditangkap oleh indra kita. d. Persepsi tidak akurat
Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengundang kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini antara lain disebakan oleh pengaruh pegalaman
masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Biasanya ketidak akuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah atau menyama ratakan.
e. Persepsi adalah evaluatif Persepsi tidak akan pernah objektif karena kita melakukan interpretasi
berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi.
Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologi yang ada di dalam diri kita, maka hasil persepsi berupa baik positif, biasa saja
netral, maupun tidak baik negatif bersifat subyektif atau tergantung pada individu yang mempersepsi.
B. Tinjauan Pemuda
1. Pengertian Pemuda Komunikasi dibidang budaya akan lebih terkait dengan para pemuda yang
menjadi sasaran pokok objek penelitian. Untuk mengetahui pengertian Pemuda sering dijumpai kesamaan pengertian antara Remaja dan pemuda hal
ini disebabkan kesamaan kriteria antara remaja dan pemuda. Berikut pengertian pemuda dari beberapa pendapat.
Dilihat dari sudut pandang Psikologik dan Pedagogik, H.A.R Tilaar menyebutkan “Pemuda ialah suatu masa yang identik dengan sifat
pemberontak berani tetapi pendek akal, dinamik tetapi serampangan, penuh gairah tetapi sering berbuat yang aneh-aneh. Pendek kata Pemuda identik
dengan romantik, masa yang menarik tetapi juga perlu dikasihani setidaknya dari kacamata orang dewasa”. LP3S : 1974 : 21.
Dari segi Demografi, dan dari sudut kependudukan serta pandangan ekonomi dan yang tercantum dalam penetapan inter regional seminar an the traning of
frofesural volountary yout leader Denmark, 1969 maka Pemuda seperti yang dikutip M. Yasin adalah “Putera-puteri yang telah masuk usia kerja antara 10-
25 tahun” LP3S : 1974 : 21.
2. Kelompok Pemuda Sementara dalam buku Pola Dasar Pembisaan Generasi Muda 1979 bahwa
pemuda dikelompokkan menjadi beberapa segi yaitu :
1 Dari segi budaya dan fungsional Berdasarkan dari segi ini, maka dikenal isilah anak-anak, remaja, dan
dewasa kriterianya : a. Anak ialah mereka yang berumur antara 0 – 12 tahun
b. Remaja ialah mereka berumur 13 – 18 tahun c. Dewasa ialah mereka yang berumur 18 – 22 tahun
2 Dilihat dari segi ideologi politik Berdasarkan ideologi politik maka generasi muda adalah calon pengganti
terdahulu dalam hal ini yaitu : yang berumur 18 – 30 tahun, dan kadang- kadang juga hingga 40 tahun.
3 Dilihat dari segi umur, lembaga, dan ruang lingkup tempat pemuda. Berdasarkan pengertian ini maka pengertian pemuda terbagi menjaditiga
kategori yaitu : a. siswa berumur antara 6 – 18 tahun masih berada di bangku sekolah
b. Mahasiswa 18 – 25 tahun dan berada di perguruan tinggi c. Pemuda di luar sekolah dan perguruan tinggi dan berumur 15 – 30
tahun. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa pemuda adalah
masa pengembangan seseorang dimana terjadi perubahan-perubahan fisik maupun psikologis menuju kedewasaan. Sedangkan mengenai batas antara
rentangan usia baik lelaki dan perempuan adalah umur 14 – 30 tahun.
C. Tinjauan Komunikasi Tradisional
1. Pengertian Komunikasi Tradisional Komunikasi tradisional menurut Effendy 1989 : 375 adalah gaya atau cara
berkomunikasi yang berlangsung lama secara turun temurun pada suatu masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya, disebabkan ciri-ciri
khas masyarakat bersangkutan beserta tata nilai kebudayaan suatu masyarakat desa sangat ditentukan oleh faktor budaya setempat.
2. Bentuk Komunikasi Tradisional Menurut Arni Muhammad dalam Joewono, 1998 : 122 komunikasi
tradisional adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang sifatnya masih tradisional, misalnya bahasa daerah, budaya daerah, kesenian daerah, dan lain-
lain. Berdasarkan definisi tersebut, maka bentuk komunikasi tradisional dapat berupa bahasa daerah, budaya daerah ataupun simbol-simbol budaya daerah
dengan menggunakan media yang bersifat tradisional. 2. Sifat-Sifat Media Tradisional
Ranganath dalam Jahi, 1999 : 103, misalnya, menuturkan bahwa media tradisional akrab dengan masa khalayak, kaya akan variasi dengan segera akan
tersedia, dan biayanya rendah. Sedangkan menurut Eapen dalam Jahi, 1999 : 103 menyatakan bahwa media ini secara komparatif murah, tidak perlu di
impor, karena ia merupakan milik komunitas. Disamping itu, medianya tidak akan menimbulkan ancaman kolonialisme kebudayaan dan dominasi ideology
asing.
Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat. dalam pengertian yang lebih sempit, media ini sering juga disebut sebagai media rakyat. dalam
hubungan ini, Coseteng dan Fernandes dalam
Jahi, 1999 : 101 mendefinisikan media tradisional sebagai “bentuk verbal, gerakan, lisan dan
visual yang dikenal atau dipertunjukkan oleh mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar dan mendidik”.
Sejalan dengan definisi ini, maka media rakyat tampil dalam bentuk nyanyian rakyat, tarian rakyat, musik instrumental rakyat, drama rakyat, pidato rakyat
yaitu semua kesenian rakyat apakah berupa produk sastra visual ataupun pertunjukkan yang diteruskan dari generasi ke generasi Glovel dalam Jahi,
1999 : 10 oleh karena sifat-sifat di atas, media ini berfungsi sebagai pembawa pesan yang lebih baik daripada media lainnya bagi kesejahteraan seluruh
warga masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan sosial, ekonomi dan budaya. Kesejahteraan ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia di daerah pedesaan secara menyeluruh. Dipihak lain, Dissanayake dalam Jahi, 1999 : 104 menunjukan kelebihan
media rakyat ini, jika dibandingkan dengan media massa yang ada di Negara- negara yang sedang berkembang. pertama, kredibilitas media tradisional lebih
besar, karena ia telah lama dikenal. Media tersebut dapat mengekspresikan kebutuhan, kegembiraan, kesedihan, kesenangan atupun kekecewaan
masyarakat yang mendalam karena menderita kekalahan. Kedua, media tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan symbol-simbol yang mudah
dipahami oleh rakyat dan mencapai sebagian dari populasi yang berada diluar