Tinjauan Kesenian TINJAUAN PUSTAKA
selendanglempar selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh muli mekhanai yang diringi oleh musik tradisional gong dan rebana.
Secara bergantian muli mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar muli mekhanai
satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan muli mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing
memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan demikian seterusnya.
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses
manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Dahulu di Lampung Barat
hanya ada alat musik gong dan rebana dan belum ada VCD Player maka sekarang sudah ada VCD Player yang lebih canggih, sehingga alat-alat musik
tradisional tadi ditinggalkan dan digantikan dengan alat musik yang lebih canggih dan lebih mudah digunakan, kondisi yang demikian mau tidak mau
berpengaruh terhadap kesenian tradisonal kita, padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya.
Sebenarnya perubahan dan pergeseran nilai suatu kebudayaan adalah lumrah adanya, asalkan tidak bergeser terlalu jauh dari sifat dan nilai-nilai aslinya,
karena pada dasarnya pun kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, dan karya manusia adalah bergerak secara dinamis.
2. Makna Lempar Selendang
Makna banyak yang terkandung dalam kesenian lempar selendang ini, selain makna keberamanaan, makna silaturhami, ajang perjodohan. Setiap jenis
musik yang dilaksanakan dalam acara-acara sesuai dengan alunan musik yang dipakai dalam acara tersebut. misalnya dalam acara pernikahan maka yang
digunakan adalah alat musik tradisional sedangkan pada saat acara muda-mudi digunakan alat musik modern VCDCD.
Makna simbolik lempar selendang ini bersifat objektif, artinya arti simbolik yang terkandung di dalamnya sudah menjadi tradisi yang telah dilakukan sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat yang diteruskan dari gener.
3. Tahapan Kegiatan Seni Lempar Selendang Kesenian lempar selendang adalah suatu kegiatan acara pada upacara
perkawinan yang sering dilakukan masyarakat Lampung Barat khususnya dan sebagian besar sumatra bagian selatan. Adapun tahapan kegiatan acara muli
mekhanai dalam acara lempar selendang pada resepsi upacara perkawinan biasanya dilakukan dengan cara menyampaikan sebuah pesan dari tuan rumah
kepada kepala bujang. Lalu pesan tersebut di sebarkan dari mulut kemulut sehinggga beritanya menyebar ke pada muli mekhanai di kampung tersebut
dan bahkan menyebar sampai kampung- kampung tetangga.
Pada saatnya acara lempar selendang akan dilaksanakan mula-mula kepala bujang atau pembawa acara “jenang” akan berpidato, yang bermaksud
menyampaikan tata acara dari kegiatan lempar seledang dan tata tertib yang harus dipatuhi perserta atau pemuda yang mengikuti acara tersebut, baik
prilaku, bahasa, serta busana yang layak dipakai. Setelah pembawa acara menyampaikan pidato tata acara dan tata tertib peraturan kegiatan lempar
selendang yang akan dilaksankaan, barulah pemudapemudi yang siap dan bersedia mengikuti peraturan tersebut dipersilahkan untuk memasuki rungan
acara. Kemudian tahapan selanjutnya di dalam ruangan mudamudi melakukan surat
menyurat antara mereka sebagai awal mula perkenalan antara mereka dengan diiringi musik lempar selendang. Lalu lempar seledang dilakukan setelah
kegiatan surat menyurat dilakukan sebagai tahap perkenalan selanjut antara mereka. Setelah beberapa rangkaian acara dilakukan masuklah pada tahapan
kegiatan membakar rokok “sesuahan khuku”, yang mana pemuda yang telah melakukan perkenalan pada kegiatan sebelumnya meminta untuk rokok yang
pemuda “mekhanai” punya dibakarkan oleh pemudi “muli”. Setelah kegiatan sesuahan khuk berakhir masuklah tahapan meminum kopi ngupi dan makan-
makanan khas lampung “cucur, rengginang,dodol, dll”. Dengan telah berakhirnya beberapa kegiatan tahapan lempar selendang, tibalah untuk
pemudapemudi makan bersama “mengan bersama”. Lalu pembawa acara “jenang” menyampaikan pesan penutup kepada pemudapemudi bahwa acara
lempar selendang telah berakhir antara mereka, dan dengan itu berakhir pula acara pernikahan antara teman sebayanya yang telah tiba lebih dulu jodohnya.