Jenis-jenis Hasil Belajar Hasil Belajar IPS

90 tingkat tinggi .” Dalam artinya menekankan didalam taksonomi ada hirarkis yang bersifat progresif. Jadi, berbicara tentang taksonomi ada kaitan erat dari tujuan pembelajaran. Karena tujuan pembelajaran menuju pada taksonomi Bloom. Dari kreteria domain dijelaskan merujuk pada teori. Urutan pembahasan didahului dari asfek kognitif, efektif, dan psikomotorik. Pada ranah kognitif, Purwanto 2009 : 50 menyatakan hasil belajar kognitif mengarah pada suatu penguasaan konsep yang memiliki arah ”Perubahan perilaku yang terdapat pada kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari rasa menerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengelolahan dalam otak menjadi informasi hingga pengambilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah.” Berlandaskan dari pengertian diatas, dipahami tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar pada domain kognitif berkaitan dengan aspek intelektual pada prosesnya melibatkan sensoris lalu intelektual . Mencermati tujuan afektif dijelaskan oleh Martinis Yamin 2007:37 “tujuan afektif merupakan proses berhubungan pada perasaan, emosi, nilai, serta sikap hati yang mengarah pada penerimaan atau penolakan terhadap tujuan .” Pengertian ini menegaskan aspek afektif berhubungan dengan jiwa dan perasaan. faktor afektif ada pada hati dan kesadaran yang dimiliki pada peserta didik. Selain itu asfek kognitif yang tertuju pada kecerdasan otak, sementara untuk asfek efektif usaha mencerdaskan hati siswa atau kesadaran siswa. Sedangkan pada aspek psikomotor lebih terorientasi kemampuan siswa dalam beraktifitas dalam berbuat sesuai dengan kemampuan dari siswa . 91 Oemar Hamalik 2008: 81-82 dapat dijelaskan lebih lanjut ranah psikomotor berhubungan dengan kemampuan yang perlu diberikan pada siswa pada semua mata pelajaran. Dengan membahas ketiga tujuan taksonomi Bloom, maka kita harus dapat mendudukan arti dari masing-masing , tetapi yang tidak dapat dipungkiri lagi bahawa ketiganya merupakan satu kesatua utuh yang memiliki tujuan dalam rangka mencerdaskan anak bangsa yang terdidik, yang diharapkan dari tujuan dari pendidikan Indonesia. Pada bagian lain menyebutkan ranah kognitif menurut Nana Sudjana 2005 : 23 bahwa “dalam taksonomi Blom yang terdiri dari Kognitif, Afektif dan Psykomotor,satu alternatif yang berupa asfek kognitif yang paling mendapat perhatian para pesrta didiknya disekolah, karena menilai kemampuan siswa memahami isi bahan pelajaran.” Oleh karena fakta dilingkungan sekolah, ranah kognitif paling banyak dinilai dan jadi standar mutu baik mata pelajaran IPS,Ujian semester, Ujian akhir sekolah dan juga Ujian Nasional UN, pada semua jenjang pendidikan formal. Ranah Kognitif menjadi indikator untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran terdiri atas beberapa tingkatan. Bloom dalam Idrus 2010 : 18 menyatakan “as the taxonomy is now organized, it contains six major classes: knowledge, comprehension, applicati on, analysis, synthesis, evaluation.” Ada enam tingkatan ranah kognitif yang juga bisa ditulis menjadi hafalan C1, pemahaman C2, penerapan C3, analisis C4, sistensis C5, dan evaluasi C6. Semakin besar angkanya maka semaking tinggi tingkat 92 kognitifnya, misalnya; tingkat kognitif yang paling rendah adalah C1 atau hafalan sedangkan yang paling tinggi C6 atau evaluasi. Begitu juga dari pendapatnya Lorin Anderson telah melakukan perbaikan terhadap tingakatan taksonomi kognitif Bloom, “mengingat, me mahami, menerapkan, menganalisis, menilai, menciptakan.” Bahkan pada tahun 2001 Anderson bersama krathwohl membuat daftar kompetensi kognitif menjadi lima yakni; “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menciptakan” Ella Yulaelawati, 2004 : 73. Perbaikan taksonomi kognitif bloom dilakukan untuk mendapat penyempurnaan sejalan perkembangan penelitian dibidang pembelajaran. misalnya dalam menyusun tes untuk mengukur kompetensi siswa pada suatu jenjang kelas yang dilihat yaitu asfek koqnitifnya. Mencermati dari perkembangan pembelajaran tes untuk mengetahui variabel hasil belajar siswa juga tetap menggunakan taksonomi kognitif Merujuk dari Taksonomi Bloommasih digunakan guru sampai saat ini. Mulai dari kognitif dan indikatornya Kata Kerja Operasional KKO diuraikan sebagai berikut : 1. Hafalan pengetahuan Hafalan yaitu pengetahuan atau C1 tingkatan kognitif paling rendah berupa hafalan oleh Moh. User Usman 2007 : 35 menyatakan “ 93 hafalan pengetahuan mengacu pada kemampuan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada materi yang sukar Hapalan dikategorikan sebagai kognitif tingkat paling rendah. indikator KKO nya antara lain; menyebutkan, menunjukkan, menyatakan, mengurutkan, mendefenisikan, menamai, menyusun daftar, mengingat kembali, menyalin, dan menghubungkan. 94 2. Pemahaman Pemahaman C2 Uno 2007 : 36 mengemukakan bahwa “Pemahaman diartikan menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang diterimanya atau dapat mengingat informasi. jenjang kognitif KKO nya yang digunakan untuk mengungkap dimensi pemahaman,berupa menjelaskan, mencontohkan, mengklasifikasikan, menjabarkan, mengungkapkan, mencirikan, mengikhtisarkan, membedakan, menerjemahkan, dan mempolakan. 3. Penerapan Penerapan C3. Mimin Haryati 2007: 24 menguraikan “penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, Ada beberapa KKO yang digunakan untuk aspek penerapan, yaitu mempraktikan, memecahkan, memperhitungkan, menafsirkan, mengadaptasi, memproyeksikan, menggunakan, membiasakan, memproduksi, meramalkan, dan mengembangkan. 95 4. Analisis Analisis C4. Ella Yuleawati 2004 : 60 menjelaskan “analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan materi kedalam bagian- bagian atau komponen-komponen yang lebih terstuktur dan mudah dimengerti.” orientasi C4 adalah membuat materi lebih mudah dipahami dengan proses yang lebih sulit dibandingkan dengan jenjang kognitif sebelumnya. KKO yang digunakan, Membedakan, memisahkan, mengilustrasikan, mengkritisi, menginventarisir, menelaah, membagankan, mengkorelasikan, dan menyimpulkan. 5. Sintesis Sintesis C5. Martinis Yamin 2007.a: 34 mengatakan “sintenis adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih me nyeluruh,” sedangkan untuk KKO, berupa kata merumuskan, merangkum, menciptakan, mengorganisasikan, membentuk, mengkombinasikan, memadukan, mengembangkan, menggeneralisasikan, dan merevisi. 6. Evaluasi Evaluasi jenjang tertinggi C6. Moh. Uzer Usman 2008 : 35 mengatakan “evaluasi mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai- nilai materi untuk tujuan tertentu.” 96 KKO yang dapat membuat argumentasi, mengoreksi, membandingkan, memproyeksikan, menyimpulkan mempertentangkan, membenarkan, dan mengevaluasi. 7. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Tanpa mengecilkan niat dari instansi lain maka Dinas pendidikan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sekolah . Satuan pendidikan senantiasa mengacu proses pembelajaran satuan pendidikan. Maka pembelajaran merupakan proses kompleks yang melibatkan unsur, seperti, Guru, kurikulum, siswa, fasilitas atau sarana, dan lingkungan. Tujuan proses pembelajaran adalah meningkatkan hasil karena hasil belajar diakui Pupuh Fathurrohman dari Sobri Sutikno 2007 : 115 y ang menyatakan bahwa “keberhasilan belajar bukanlah yang berdiri sendiri, melainkan banyak dipengaruhi oleh faktor –faktor lainnya. Berbagai faktor dimaksud di antaranya adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, dan evaluasi. Dari faktor yang mempengaruhi hasil belajar karena yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran yang berperan besar pada guru dan siswa yaitu berinteraksi. Sesuai dengan Nasution 2008 : 51 yang menulis “faktor–faktor dalam mengajar ialah bahan pelajaran, guru, dan murid”. Demikian pula Martinis Yamin 2007 : 17 97 mengidentifikasi tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar hasil belajar dalam kontes kognitif, yakni “perkembangan fungsi kognitif, kematangan, dan lingkungan sosial.” Dari ketiga faktor ini, hanya faktor lingkungan sosial yang berbeda dengan klasifikasi sebelumnya. Artinya dari berbagai teori yang telah dikemukakan ternyata saling melengkapi dan memperkuat satu dengan yang lain. Ismail 2008 : 31 memperluas faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan menambahkan beberapa item, yakni “kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas pengujian, penjelasan, dan pengaturan unsur –unsur belajar dengan memperhatikan metode– metode pembelajaran dan efektivitasnya yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa secara individual”. Dari peernyataan diatas sangat jelas bahwa identifikasi faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar akhirnya menyimpulkan bahwa yang belajar cukup kompleks, akan tetapi jika dianalisis lebih dalam, dapat dikategorikan menjadi dua kelompok utama sebagaimana dinyatakan Slameto 2003 : 54, “faktor–faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongksn menjadi dua golongan saja , yaitu faktor intern dan faktor ekstern.” Faktor internal adalah semua faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah faktor –faktor yang berasal dari luar diri siswa. 98 Slameto 2003 :54-71 merinci lebih detail faktor –faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut : 1. Faktor – faktor Intern a. Faktor Jasmani 1. Faktor Kesehatan 2. Cacat tubuh b. Faktor Psikologis 1. Intelegensi 2. Perhatian 3. Minat 4. Bakat 5. Motif 6. Kematangan 7. Kesiapan 2. Faktor Psikologis Ekstern a. Faktor Keluarga 1. Cara orang tua mendidik. 2. Relasi antara anggota keluarga 3. Suasana rumah 4. Kedaan Ekonomi keluarga 5. Pengertian orang tua 6. Latar belakang kebudayaan b. Faktor sekolah 1. Metode mengajar 2. Kurikulum 3. Relasi guru dengan siswa 4. Relasi siswa dengan siswa 5. Disiplin sekolah 6. Alat belajar 7. Waktu sekolah 8. Keadaan gedung 9. Metode belajar 10. Tugas rumah c. Faktor masyarakat 1. Kegiatan siswa dalam masyarakat 2. Mass media 3. Teman bergaul 4. Bentuk kehidupan masyarakat. Klasifikasi faktor –faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam dua kategori yakni faktor intern dan ekstern juga dikemukakan Moh. 99 Uzer Usman dan Lilis Setiawati 1993 : 10 yang sekaligus memberikan rincian sebagai berikut : 1. Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri internal: a. Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. b. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas : 1. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. 2. Faktor nonintelektif yaitu unsur – unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, dan penyesuaian diri; c. Faktor kematang fisik maupun psikis. 2. Faktor yang berasal dari luar eksternal : a. Faktor sosial yang terdiri atas : 1. Lingkungan keluarga 2. Lingkungan sekolah 3. Lingkungan masyarakat 4. Lingkungan kelompok b. Faktor budaya, seperti; adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas faktor rumah dan fasilitas belajar. d. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Secara umum yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor guru karena memiliki peran paling strtegis sekaligus menentukan optimalisasi faktor –faktor lain. Ahmad Sabri 2007: 45-46 menegaskan. ”Hasil belajar siswa disekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Salah satu yang diduga mempengaruhi kualitas pengajaran adalah guru. Dari variabel guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pengajaran. Adalah kompetensi profesional yang dimilikinya. Artinya kemampuan dasar yang dimiliki guru dibidang kognitif intelektual, seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya dan bidang perilaku, seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa, dan lain –lain.” 100 Kompetensi professional guru bukan hanya diukur dari penguasaan substansi mata pelajaran yang diampu, melainkan termasuk bagaimana menyampaikan materi pelajaran. Hal ini berhubungan erat dengan keterampilan mengajar. Salah satu elemen penting yang harus dikuasai guru terkait keterampilan mengajar adalah penerapan model pembelajaran. Tidak berlebihan menegaskan model pembelajaran termasuk faktor dominan yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam konteks keterampilan mengajar. Hal ini tersirat dari pendapat Ella Yulaewati 2004: 56 “model mengandung maksud tertentu bagi pengguna, menawarkan penyelesaian dari beban pembelajaran dan menyajiakn focus dar arahan untuk mencapai hasil yang lebih baik.” Hasil lebih baik maksudnya terjadi peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran. Dalam rangka pembelajaran IPS, Abdul Azis Wahab 2007: 52 menyatakan “guru dapat mengembangkan model mengajarnya yang dimaksudkan sebagai upaya mempengaruhi perubahan yang baik dalam perilaku siswa.” Jika ini dapat dilakukan, maka tujuan pembelajaran tercapai. Moh. Sobri Sutikno 2009: 187 menyatakan “model pembelajaran yang baik ialah jika model tersebut dapat digunakan untuk mencapai 101 tujuan pembelajaran yang di inginkan.” Hal ini mempertegas keberadaan model pembelajaran sebagai faktor penentu perubahan prilaku siswa kearah yang lebih baik yakni peningkatan hasil belajar dengan syarat sebagaimana dinyatakan Aunurrahman 2009: 143. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Penggunaan model pembelajaran yang tepat berpotensi mengantarkan siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik karena dengan model pembelajaran, siswa dapat menikmati dan menyenangi penyajian materi, termotivasi sekaligus terbantu untuk memahami materi pelajaran. Adanya motivasi, minat, dan rasa senang, menyebabkan siswa mudah memahami dan menguasai materi pelajaran sehingga berimplikasi pada peningkatan hasil belajar yang maksimal terutama pada sekolah peneliti yaitu SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. 1.1.6 Penelitian Yang Relevan 102 Untuk membandingkan hasil penelitian penulis dengan peneliti terdahulu maka dibawah ini penulis uraikan beberapa penelitian yang relevan, sebagai berikut. 1. hasil dari penelitian Siti Nurkhoti,ah Kamari2002dengan judul” pembelajaran terpadu pada mata pelajaran IPS di SD Majegan 1 Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Jawa Tengah Hasil eksperimen menyatakan ada perbedaan prestasi belajar yang disebabkan menggunakan model pendekatan pembelajaran yang berbeda, karena pendekatan terpadu punya pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar. Pendekatan terpadu memberikan prestasi belajar yang lebih baik karena dengan melaksanakan pendekatan IPS terpadu lebih mempermudah peserta didik untuk memahami materi dalam pembelajaran di SD Negeri Majegan 1 Tulung Klaten Jawa Tengah 2.Hasil penelitian Hadiw inarto 2006. Menyimpulkan “prestasi belajar anak hiperaktif dapat ditingkatkan melalui perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan sistem paket” dengan demikian pendekatan terpadu bukan saja dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara umum tetapi anakpun dapat meningkatkan hasil belajar jika menggunakan pendekatan terpadu. 3.Nuruddin Hidayat 2009 melakukan penelitian pengembangan model connected untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran 103 Ilmu Pengetahuan Alam pada Madrasah Tsanawiyah Kota Yogyakarta menyimpulkan “model connected dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA. 4.Geis Bin Abad 2007 Melakukan penelitian eksperimen stategi pembelajaran integrated terhasil belajar kognitif pendidikan Agama Islam, hasilnya menyatakan bahwa siswa yang belajara dengan starategi pembelajaran Integrated lebih baik hasilnya dibandingkan dengan cara parsial. 5.Idrus2010 “keefektipan model Connected,Konvesional dan Integrated dalam pembelajaran IPS di SMP Kota Yogjakarta ‟, yang menyatakan bahwa model Integrated lebih baik dibandingkan dengan model Connected. 6.Demikian juga yang dilakukan oleh Sri Astuti 2010. Melakukan eksperimen “pembelajaran IPS Terpadu yang dibandingkan dengan pendekatan parsial pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 26 Bandar Lampung ”. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pembelajaran IPS Terpadu di SMP dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pendekatan secara parsial. Dari keenam penelitian eksperimen diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS Terpadu pada pelaksanaannya lebih baik dan ini dapat dikembangkan karena akan dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dibandingkan dengan model konvensional, walaupun pada 104 kenyataanya banyak terdapat kekurangan dan kelebihannya.Selain dari beberapa penelitian yang mengarahkan pada pembelajaran terpadu model Conected, dan Model Integrated, satu model pembelajaran yang akurat tetapi kuat yaitu model Integrated jika dibandingkan model yang lain.

2.2. Kerangka pikir

Berdasarakan kajian teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan terdahulu, dapat diuraikan kerangka berpikir penelitian yang mencerminkan keterkaitan antar variabel. Ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang diajar dengan model connected dan integrated. Hasil belajar siswa dipengaruhi faktor internal yaitu berasal dari dalam diri siswa serta faktor eksternal dari luar diri siswa. Faktor eksternal merupakan aspek yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang berasal dari luar sekolah dan dalam sekolah dan faktor guru. Guru menempati posisi paling strategis karena guru merupakan subjek yang berinteraksi langsung dengan siswa, Akan tetapi guru sebagai subjek juga tidak berdiri sendiri melainkan dipengaruhi oleh variabel lain, seperti pendekatan atau model, strategis, metode, dan media pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan uraian ditegaskan model pembelajaran merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran adalah model pembelajaran sosial, jarak jauh, orang dewasa yang difokuskan pada tinjauan 105 kurikulum berdasarkan kurikulum pembelajaran terpadu. Untuk melaksanakan integrated curriculum, ada beberapa model pembelajaran terpadu yang dianjurkan untuk diimplementasikan, antara lain; model connected, webbed, dan integrated. Secara teoritis model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian, model pembelajaran terpadu dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini berarti setiap model pembelajaran terpadu, akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, yang perlu ditegaskan adalah dalam pembelajaran, orientasi yang ingin dicapai dalam mata pelajaran IPS lebih sesuai diajarkan dengan model pembelajaran terpadu integrated curriculum. Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan terdahulu, menegaskan model-model pembelajaran, seperti; model connected dan integreted maupun model lain dapat membedakan hasil belajar siswa, pada mata pelajaran IPS karena setiap model pembelajaran memiliki karakter dan ciri khas tersendiri. Selain itu, tingkat kedalaman keterpaduan juga sangat menentukan hasil yang dicapai. Terlebih lagi, dalam konteks keterpaduan itu sendiri,ternyata model-model pembelajaran terpadu memiliki intensitas keterpaduan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran terpadu yang berbeda-beda, akan menyebabkan hasil belajar berbeda. Urutan keefektifan model pembelajaran terpadu: model integrated, connected, dengan perbedaan model pembelajaran terpadu maupun model connected dan