Universitas Sumatera Utara
menanyakan pertanyaan yang biasa hingga pertanyaan yang paling bersifat pribadi. Melalui Ask.Fm juga digunakan untuk mencari tahu tentang
seseorang melalui jawaban-jawaban yang diberikannya melalui akun pribadinya.
Penelitian ini ingin lebih meneliti bagaimana penggunaan Ask.Fm dan keterbukaan diri siswa. Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 3
Medan, karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah unggulan di kota Medan. Sekolah ini unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi, terutama dalam bidang sains dan teknologi. SMA Negeri 3 Medan berhasil mendapatkan prestasi Juara I Lomba di Bidang IT Tahun 2011, ini
membuktikan bahwa sekolah ini sangat memperhatikan perkembangan teknologi yang ada. Berdasarkan hasil penelitian, sekolah ini juga memiliki
siswa-siswa yang selalu mengikuti perkembangan jejaring sosial termasuk Ask.Fm dibuktikan berdasarkan hasil observasi peneliti dari satu kelas
dengan jumlah murid 40 terdapat 12 siswa yang menggunakan Ask.Fm. Peneliti mengganggap dari jumlah satu kelas yang cukup banyak
menggunakan Ask.Fm dapat menggambarkan bahwa siswa di sekolah ini banyak yang menggunakan jejaring sosial Ask.Fm.
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana penggunaan sosial media Ask.Fm
dan keterbukaan diri di kalangan siswa?”
1.3 Tujuan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui alasan siswa menggunakan jejaring sosial Ask.Fm. 2.
Untuk mengetahui keterbukaan diri siswa dalam jejaring sosial Ask.Fm.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah : 1.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Penelitian ini dapat
menjadi bahan bacaan dan referensi bagi penelitian serupa di hari dan masa yang akan datang.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tempat bagi
penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah dan memperluas pengetahuan.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berhubungan dengan tema penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif Paradigma Penelitian
Ilmu bukanlah suatu yang tunggal melainkan plural. Menurut Thomas Kunt, ilmuwan selalu bekerja di bawah suatu paying paradigma yang
memuat asumsi ontologisme, metodologis, dan struktur nilai Adian, 2002: 25. Definisi paradigma yang ditawarkan oleh Kunt sendiri memiliki tiga
rumusan yaitu: 1.
Kerangka konseptual untuk mengklarifikasi dan menerangkan objek-objek fisikal akun.
2. Patokan untuk menspesifikasi metode yang tepat, teknik-teknik,
dan instrument dalam meneliti objek-objek dalam wilayah yang relevan.
3. Kesepakatan tentang tujuan-tujuan kognitif yang abash.
Paradigma menjadi kerangka konseptual dalam mempersepsi semua, artinya tidak ada observasi yang netral. Semua pengalaman perseptual kita
selalu dibentuk oleh kerangka konseptual yang kita gunakan. Misalnya, Aristoteles melihat gerak benda jatuh sebagai garis lurus sedangkan Newton
mempersepsinya sebagai gerak pendulum. Hal itu menurut Kuhn disebabkan oleh perbedaan paradigma yang dianut keduanya. Aristoteles dan Newton
mengadopsi asumsi ontologism yang berbeda tentang semesta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
konstruktivis. Pendekatan ini termasuk dalam post-positivisme interpretif, tetapi memiliki kekhususan. Konstruktivis sebagaimana interpretif, menolak
objektivitas. Objektivitas sebagaimana dianut oleh positivis mengakui adanya fakta, adanya realitas empiric, sedangkan konstruktivis berpendapat
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bahwa yang ada adalah pemaknaan kita tentang di luar diri yang kita konstruk, empirical constructed facts Adian, 2002: 27.
Ilmu dan kebenaran itu dibangun, sifatnya pluralistic dan plastis. Disebut pluralistik karena realitas dapat diekspresikan dengan beragam
simbol dan beragam sistem bahasa. Disebut plastis karena realitasitu tersebar dan terbentuk sesuai dengan tindakan perilaku manusia yang berkepentingan.
Para konstruktivis menawarkan fungsi instrumental dan fungsi praktis dalam mengkonstruk pengetahuan. Para konstruktivis adalah anti esensialis, dann
mereka berasumsi bahwa self evidence apapun itu merupakan produk praktik diskursus yang sangat kompleks.
Konstruksi personal diatur atau diorganisasi ke dalam skema interpretative yang akan mengidentifikasi suatu objek dan menempatkan
objek itu ke dalam suatu kategori. Dengan skema interpretative ini, kita juga dapat merasakan suatu peristiwa dengan menempatkannya ke dalam suatu
kategori yang lebih besar. Skema interpretative ini berkembang seiring dengan tingkat kedewasaan seseorang, bersifat lebih kompleks dan spesifik.
2.2 Kajian Pustaka