Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Tenaga Kerja Wanita Di Kota Binjai

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN TENAGA KERJA WANITA

DI KOTA BINJAI

SKRIPSI

OLEH

INDAH KHAIRANI NIM : 070523005

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NAMA : INDAH KHAIRANI

N I M : 070523005

JURUSAN : EKONOMI PEMBANGUNAN

J U DU L : ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENAWARAN TENAGA KERJA WANITA DI KOTA BINJAI

Tanggal KETUA JURUSAN

Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc

NIP. 132 206 574

Tanggal DEKAN

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP.


(3)

ABSTRACT

Women as one of human resources in the labor market, especially in Indonesia has a large contribution, in the sense that the number of women who offer themselves to work enough. The amount of the bid for the work of women in the labor market is influenced by common factors of economic poverty, and the limitations of the husband to meet the needs of family life. The dependence of life on the part of men who do not adequately encourage women to offer themselves in the job market.

The purpose of this research is to find and analyze several factors that affect female labor supply in the labor market, including age, educational level, presence of children / dependents, marital status, income / salary women and income / wage families.

The data used in this study are primary data and research method used is the method of data collection using interviews and questionnaires, and the method of multiple linear regression analysis with ordinary least squares method (Ordinary Last Square / OLS).

Empirical results of this study suggest that age, education, the status of self, and family income did not significantly affect female labor supply, while the number of children / dependents, and income / salary of women is a real significant effect on female labor supply.


(4)

ABSTRAK

Wanita sebagai salah satu sumber daya manusia di pasar kerja terutama di Indonesia mempunyai kontribusi yang besar, dalam arti bahwa jumlah wanita yang menawarkan dirinya untuk bekerja cukup besar. Besarnya tingkat penawaran wanita untuk bekerja di pasar kerja dipengaruhi oleh faktor umum yakni tingkat kemiskinan ekonomi, serta keterbatasan suami untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ketergantungan hidup pada pihak laki-laki yang tidak memadai mendorong kaum wanita untuk menawarkan dirinya di pasar kerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja wanita di pasar tenaga kerja yang meliputi umur, tingkat pendidikan, keberadaan anak/tanggungan, status diri, pendapatan/gaji wanita dan pendapatan/ gaji keluarga.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan metode penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara dan kuisioner, dan metode analisis regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Last Square/OLS).

Hasil empiris dari penelitian ini menggambarkan bahwa umur, pendidikan, status diri, dan pendapatan keluarga tidak significan mempengaruhi penawaran tenaga kerja wanita, sedangkan jumlah anak/tanggungan, dan pendapatan/gaji wanita signifikan berpengaruh secara nyata terhadap penawaran tenaga kerja wanita.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan dan kekurangan dari penulis. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap bahwa skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepasa :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE,MEc selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Irsyad Lubis, M.Soc. Sc, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Wali penulis selama perkuliahan

5. Bapak Drs. Rujiman, MA, selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, maupun pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Reina & Ibu Illyda selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, maupun pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Buat yang terkasih orang tuaku, Ayahanda H. Zulkifli dan Ibunda Hj. Jami’ah, adik-adikku tercinta dan Ihsan Rizki Munawir, yang telah memberikan dukungan, semangat dan cinta kepada penulis.


(6)

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan ’07 khususnya Manda, Rani, Reffi dan Winda dans ahabatn-sahabatku yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis selama penulisan skripi ini

9. seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Medan, Maret 2010 Hormat Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN

ABSTRACT... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan dan Perumusan Masalah ... 5

1.2.1 Batasan Masalah ... 5

1.2.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 9

2.2 Faktor-Faktor Produksi dalam Pembangunan Ekonomi 11 2.2.1 Tanah ... 11

2.2.2 Tenaga Kerja ... 11

2.2.3 Modal ... 12


(8)

2.3 Pengertian dan Konsep Tenaga Kerja ... 13

2.3.1 Tenaga Kerja ... 13

2.3.2 Pengertian Angkatan Kerja ... 14

2.3.3 Pengertian Kesempatan Kerja ... 19

2.4 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 21

2.4.1 Permintaan Tenaga Kerja ... 21

2.4.2 Penawaran Tenaga Kerja ... 23

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.1.1 Data Primer ... 30

3.2 Populasi dan Sampel ... 31

3.3 Pengolahan Data ... 31

3.4 Metode Analisis Data ... 31

3.4.1 Uji Kesesuaian ... 32

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 33

3.5 Defenisi Operasional ... 34

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif daerah Penelitian... 36

4.1.1 Letak Geografis... ... 36

4.1.2 Tinjauan Umum Daerah Penelitian... 36

4.2 Analisa Hasil Pembahasan 51 4.2.1 Analisa Pengaruh Penawaran Tenaga Kerja Wanita ... 56 1. Koefisien Determinasi (R2) ... 58

2. Interpretasi ... 59

3. Partial-Test ... 61

4. Uji – F ... 64

5. Uji Multikolinieritas ... 65

6. Uji Heteroskedastisitas ... 66


(9)

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 58

6.2 Saran 59


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL :

4.1 Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan

Penduduk Kotamadya Binjai 2008 ... 29

4.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kotamadya Binjai 1993 – 2008... 40

4.3 Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Di Kotamadya Binjai 2008 ... 42

4.4 Penduduk Dewasa dan Anak-Anak Menurut Jenis Kelamin di Kotamadya Binjai 2008 ... 46

4.5 Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Binjai 2002 – 2008 ... 47

4.6 Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai 2008 ... 49

4.7 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Binjai 2008 ... 50

4.8 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kota Binjai 2008 ... 51

4.9 Jam Kerja ... 52

4.10 Umur ... 52

4.11 Tingkat Pendidikan ... 53

4.12 Keberadaan Anak/Tanggungan ... 53

4.13 Status Diri ... 54

4.14 Pendapatan Wanita (Gaji) ... 54

4.15 Pendapatan Keluarga ... 55

4.16 Nilai Koefisien Regresi, t-hitung, R2, F-hitung, F-tabel, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Tenaga Kerja Wanita di Kota Binjai ... 57

4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 58


(11)

4.19 Hasil Uji Serempak ( Uji F ) ...

4.20 Hasil Uji Multikolinieritas ... 65

4.21 Hasil Uji Linieritas (Umur) ... 67

4.22 Hasil Uji Linieritas (Tingkat Pendidikan) ... 68

4.23 Hasil Uji Linieritas (Keberadaan Anak / Tanggungan) ... 68

4.24 Hasil Uji Linieritas (Status Diri) ... 69

4.25 Hasil Uji Linieritas (Pendapatan Wanita) ... 70


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR :

2.1 Kurva Permintaan Tenaga Kerja 23

2.2 Kurva Upah dan Kesempatan Kerja dan Kurva Penawaran Agregat 24

2.3 Kurva Permintaan dan Penawran Tenaga Kerja 24

2.4 Kurva Permintaan dan Penawran Tenaga Kerja 25


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN :

1. Analisis Penawaran Tenaga Kerja Wanita; Data Jawaban responden Penawaran Tenaga Kerja Wanita

2. Analisis Penawaran Tenaga Kerja Wanita 3. Koefisien Determinasi (R-Square)

4. Uji Multikoliniearitas 5. Uji Heteroskedastisitas 6. Uji Linieritas


(14)

ABSTRACT

Women as one of human resources in the labor market, especially in Indonesia has a large contribution, in the sense that the number of women who offer themselves to work enough. The amount of the bid for the work of women in the labor market is influenced by common factors of economic poverty, and the limitations of the husband to meet the needs of family life. The dependence of life on the part of men who do not adequately encourage women to offer themselves in the job market.

The purpose of this research is to find and analyze several factors that affect female labor supply in the labor market, including age, educational level, presence of children / dependents, marital status, income / salary women and income / wage families.

The data used in this study are primary data and research method used is the method of data collection using interviews and questionnaires, and the method of multiple linear regression analysis with ordinary least squares method (Ordinary Last Square / OLS).

Empirical results of this study suggest that age, education, the status of self, and family income did not significantly affect female labor supply, while the number of children / dependents, and income / salary of women is a real significant effect on female labor supply.


(15)

ABSTRAK

Wanita sebagai salah satu sumber daya manusia di pasar kerja terutama di Indonesia mempunyai kontribusi yang besar, dalam arti bahwa jumlah wanita yang menawarkan dirinya untuk bekerja cukup besar. Besarnya tingkat penawaran wanita untuk bekerja di pasar kerja dipengaruhi oleh faktor umum yakni tingkat kemiskinan ekonomi, serta keterbatasan suami untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ketergantungan hidup pada pihak laki-laki yang tidak memadai mendorong kaum wanita untuk menawarkan dirinya di pasar kerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja wanita di pasar tenaga kerja yang meliputi umur, tingkat pendidikan, keberadaan anak/tanggungan, status diri, pendapatan/gaji wanita dan pendapatan/ gaji keluarga.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan metode penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara dan kuisioner, dan metode analisis regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Last Square/OLS).

Hasil empiris dari penelitian ini menggambarkan bahwa umur, pendidikan, status diri, dan pendapatan keluarga tidak significan mempengaruhi penawaran tenaga kerja wanita, sedangkan jumlah anak/tanggungan, dan pendapatan/gaji wanita signifikan berpengaruh secara nyata terhadap penawaran tenaga kerja wanita.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional suatu bangsa yang bertitik berat pada bidang ekonomi akan dapat berlangsung dalam jangka panjang dan makin lama makin maju, jika didukung oleh faktor-faktor produksi seperti tanah (land), modal (capital), tenaga kerja (labor), dan kewirausahaan (entrepreneurship).

Tenaga kerja sebagai salah satu faktor ekonomi memiliki peran yang vital, boleh dikatakan bahwa tenaga kerja memberdayakan dan mengaplikasikan faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Tenaga kerja dalam hal ini adalah orang atau manusia yang bekerja baik secara individu maupun berkelompok dengan menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai hasil usaha yang maksimal. Tenaga kerja dalam hal ini adalah laki-laki dan wanita yang termasuk dalam golongan tenaga kerja.

Dalam negara berkembang seperti Indonesia yang berpenduduk besar yang menjadi salah satu masalah utama adalah pengangguran struktural yang sangat besar. Masalah ini disebabkan oleh karena struktur ekonomi yang ada belum mampu menciptakan kesempatan kerja yang sesuai dan dalam jumlah yang cukup untuk menyerap angkatan kerja yang ada.

Jalur usaha yang turut menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah pemanfaatan sumber daya manusia. jumlah penduduk


(17)

Indonesia lebih kurang 200 juta dengan setengah diantaranya adalah kaum wanita, merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang harus didaya gunakan semaksimal mungkin.

Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat ditandai dengan tumbuhnya industri-industri baru yang menimbulkan peluang bagi angkatan kerja pria maupun wanita. Sebagian besar lapangan kerja di perusahaan pada tingkat organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan keterampilan yang khusus lebih banyak memberi peluang bagi tenaga kerja wanita. Tuntutan ekonomi yang mendesak, dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenaga kerja wanita.

Wanita sebagai salah satu sumber daya manusia di pasar kerja terutama di Indonesia mempunyai kontribusi yang besar, dalam arti bahwa jumlah wanita yang menawarkan dirinya untuk bekerja cukup besar. Besarnya tingkat penawaran wanita untuk bekerja di pasar kerja dipengaruhi oleh faktor umum yakni tingkat kemiskinan ekonomi, serta keterbatasan suami untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ketergantungan hidup pada pihak laki-laki yang tidak memadai mendorong kaum wanita untuk menawarkan dirinya di pasar kerja.

Wanita pekerja umumnya dianggap bukan sebagai pencari nafkah utama (secondary workers), walaupun penghasilan yang diperoleh sering sangat membantu bahkan merupakan penunjang utama ekonomi rumah tangga. Berhubungan dengan hal itu motivasi penawaran tenaga kerja wanita di pasar kerja berbeda untuk setiap jenjang sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan.


(18)

Tersedianya lapangan/kesempatan kerja baru untuk mengatasi peningkatan penawaran tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya investasi langsung (direct

investment) pada sektor-sektor yang bersifat padat karya, seperti konstruksi,

infrastruktur maupun industri pengolahan. Sementara pada sektor jasa, misalnya melalui perdagangan maupun pariwisata.

Kondisi di negara berkembang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan nafkah bagi tenaga kerja tidak terdidik. Sektor informal tersebut dianggap sebagai katup pengaman bagi pengangguran. Angka resmi tingkat pengangguran umumnya menggunakan indikator pengangguran terbuka, yaitu jumlah angkatan kerja yang secara sungguh-sungguh tidak bekerja sama sekali dan sedang mencari kerja pada saat survei dilakukan. Sementara yang setengah pengangguran dan penganggur terselubung tidak dihitung dalam angka pengangguran terbuka, karena mereka masih menggunakan waktu produktifnya selama seminggu untuk bekerja meskipun tidak sampai 35 jam penuh.

Begitu pentingnya posisi pengaruh faktor Ketenagakerjaan di satu sisi dan banyaknya persoalan pada sisi lain menyebabkan efek serius bagi kelancaran berusaha di daerah. Semua itu menambah biaya tambahan (additional cost) dalam ongkos berbisnis (cost of doing business), baik biaya waktu (banyaknya waktu untuk bernegosiasi dengan pihak buruh dan pemda) maupun biaya material karena berbagai pungutan legal dan ilegal yang ada. Kekakuan dalam kebijakan


(19)

ketenagakerjaan kita maupun iklim kebijakan makro yang terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah merupakan peta jalan kemana arah menelusuri persoalan.

Berbagai kecenderungan wanita selama beberapa tahun terakhir ini, ditandai makin meningkatnya angka partisipasi angkatan kerja wanita, yang didominasi oleh mereka yang berusia relatif muda. Kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita sebagian disebabkan oleh bertambahnya kemiskinan dan merebaknya pengangguran.

Selama dua dekade terakhir ini diperkirakan jumlah tenaga kerja wanita terserap di sektor industri sebagai buruh mengalami kenaikan sekitar 4,3% setiap tahunnya. Peningkatan itu terjadi paling-tidak karena dua faktor: Pertama, karena sektor industri, seperti industri rokok, tekstil, konfeksi dan industri makanan serta minuman untuk sebagian menuntut ketelitian, ketekunan dan sifat-sifat lain yang umumnya merupakan ciri kaum wanita. Kedua, karena tenaga kerja wanita dipandang lebih penurut dan murah sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan bagi pengusaha.

Meningkatnya partisipasi wanita dalam pasar kerja bukanlah terjadi secara kebetulan, karena peranan wanita dalam pasar tenaga kerja secara tradisional sebenarnya cukup besar. Terutama di daerah perdesaan dan khususnya sektor pertanian.

Peningkatan persentase wanita kerja disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu peningkatan dari sisi penawaran dan sisi pemintaan, dari sisi penawaran peningkatan tersebut disebabkan antara lain oleh semakin membaiknya tingkat pendidikan wanita dan disertai pula dengan menurunnya angka kelahiran. Hal


(20)

tersebut didorong pula oleh kondisi makin besarnya penerimaan sosial atas wanita yang bekerja di luar rumah. Kedua, dari sisi permintaan, perkembangan perekonomian (dari sisi produksi) memerlukan tenaga kerja wanita, seperti halnya industri tekstil dan garmen. Sedangkan fenomena lain yang makin mendorong masuknya wanita ke lapangan kerja adalah karena makin tingginya biaya hidup bila hanya ditopang oleh satu penyangga pendapatan keluarga (one earner

household). Fenomena ini mulai muncul ke permukaan dan terlihat jelas terutama

pada keluarga yang berada di daerah perkotaan.

Nampaknya sebagian besar masyarakat Indonesia sepakat bahwa peranan wanita atau perempuan tidak bisa dipisahkan dengan peran dan kedudukan mereka dalam keluarga. Mengingat di masa lalu, wanita lebih banyak terkungkung dalam peran sebagai pendamping suami dan pengasuh anak. Namun seiring dengan kemajuan ekonomi dan meningkatnya pendidikan wanita maka banyak ibu rumah tangga dewasa ini yang tidak hanya berfungsi sebagai manajer rumah tangga, tetapi juga ikut berkarya di luar rumah.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat penelitian yang membahas masalah tersebut diatas dengan judul : “Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Penawaran Tenaga Kerja Wanita di Kota Binjai”.

1.2 Batasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan analisis, biaya dan tenaga serta untuk mempertajam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah penelitian pada


(21)

ruang lingkup tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja wanita di Kota Binjai saja.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh umur wanita terhadap penawaran tenaga kerja wanita ?

2. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap penawaran tenaga kerja wanita ?

3. Apakah ada pengaruh keberadaan anak/tanggungan keluarga terhadap penawaran tenaga kerja wanita ?

4. Apakah ada pengaruh status perkawinan terhadap penawaran tenaga kerja wanita ?

5. Apakah ada pengaruh pendapatan gaji terhadap penawaran tenaga kerja wanita ?

6. Apakah ada pengaruh pendapatan di luar gaji (Suami/Ayah/Ibu/Keluarga Yang Lain) terhadap penawaran tenaga kerja wanita ?

1.3 Tujuan & Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitan adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh umur wanita terhadap penawaran tenaga kerja wanita.


(22)

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap penawaran tenaga kerja wanita

3. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan anak tanggungan terhadap penawaran tenaga kerja wanita

4. Untuk mengetahui pengaruh status perkawinan terhadap penawaran tenaga kerja wanita

5. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan gaji terhadap penawaran tenaga kerja wanita

6. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan di luar gaji (Suami/Ayah/Ibu/Keluarga Yang Lain) terhadap penawaran tenaga kerja wanita

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitan ini adalah :

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Sebagai bahan studi, perbandingan dan tambahan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademis dan peneliti dalam melakukan penelitian dengan topik sama.

3. Sebagai tambahan literature bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan.


(23)

1.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada dimana kebenarannya masih perlu dikaji dan diteliti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Umur wanita mempunyai pengaruh negatif terhadap penawaran tenaga kerja wanita.

2. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerja wanita.

3. Keberadaan anak/tanggungan mempunyai pengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerja wanita.

4. Status perkawinan mempunyai pengaruh negatif terhadap penawaran tenaga kerja wanita.

5. Pendapatan gaji mempunyai pengaruh positif terhadap penawaran tenaga kerja wanita.

6. Pendapatan di luar gaji (Suami/Ayah/Ibu/Keluarga Yang Lain) mempunyai pengaruh negatif terhadap penawaran tenaga kerja wanita.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena ekonomi pembangunan sebagai bagian dari ilmu ekonomi mempengaruhi masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu negara dengan fokus analisanya berdasarkan pada analisa ilmu ekonomi secara murni untuk mendapatkan sistem pembangunan ekonomi yang lebih baik dalam upaya meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

Pengertian antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan, walau hanya dalam istilah. Pengertian pembangunan ekonomi menurut pendapat Sadono Sukirno “Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk atau masyarakat meningkat dalam jangka panjang” (Soekirno, 2007 : hal 13).

Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa pembangunan ekonomi mempunyai dua sifat penting, yaitu :

1. Suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi secara terus menerus


(25)

2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan per kapita dan kenaikan pendapatan per kapita itu terus berkembang berlangsung dalam jangka panjang.

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan dalam pendapatan masyarakat, yaitu pertambahan GDP (Gross Domestic Product) pada satu tahun tertentu dimana pertambahan GDP harus melebihi tingkat pertambahan penduduk. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai pertumbuhan bukan GDP, tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak.

Berdasarkan pengertian diatas, berarti bahwa pembangunan dan petumbuhan diatas, berarti pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan dalam GDP. Selanjutnya dalam penggunaannya yang lebih kecil dan umum, istilah pembangunan ekonomi (economic growth) biasanya dipakai dalam menyatakan perkembangan ekonomi negara-negara maju, sedangkan pembangunan ekonomi (economic development) menyatakan perkembangan pada negara-negara berkembang.

Dengan demikian dari pengertian di atas, pembangunan ekonomi dapat didefenisikan sebagai salah satu proses untuk menaikkan output atau income per kapita masyarakat dalam jangka panjang. Melalui pembangunan ekonomi diharapkan akan terjadinya perubahan-perubahan ke arah yang diinginkan yaitu masyarakat yang sejahtera bebas dari kemiskinan dan kebodohan.

Untuk dapat merealisasikan tujuan pembangunan ekonomi tersebut, mutlak diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat. Perwujudan ini


(26)

adalah melalui penciptaan dan perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat. Jadi dengan kata lain partisipasi aktif dari masyarakat dapat berperan bila ada perluasan kesempatan kerja, dengan demikian masyarakat dapat merasakan hasil pembangunan sendiri secara bersama-sama bukan untuk sebagian kecil dari anggota masyarakat.

2.2 Faktor-faktor Produksi dalam Pembangunan Ekonomi

Faktor-faktor produksi merupakan benda-benda yang diciptakan oleh manusia, atau yang disediakan oleh alam, dan dapat juga digunakan untuk memproduksi berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Faktor-faktor produksi tersebut dapat dibedakan dalam empat golongan, yaitu : tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian keusahawanan (enterpreneurship) (Soekirno,

2007 : hal 4). 2.2.1 Tanah

Pengertian tanah sebagai faktor produksi adalah :

1. Bagian dari muka bumi yang tidak ditutupi air, atau bagian dari muka bumi yang dapat digunakan untuk bercocok tanam dan tempat tinggal. 2. kekayaan alam yang terkandung di muka bumi meliputi kekayaan alam

yang terkandung diatas merupakan maupun di dalam tanah seperti barang tambang.

2.2.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan. Dengan demikian pengertian tenaga kerja mempunyai persamaan dengan istilah angkatan kerja dan penduduk aktif dalam arti ekonomis, yaitu


(27)

merupakan sejumlah penduduk atau orang yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan saat ini dan yang sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

Tenaga kerja (angkatan kerja) mempunyai dua fungsi utama dalam pembangunan, yaitu pertama sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang-barang dan jasa. Kedua, sebagai sarana untuk mengembangkan pasar dari barang dan jasa itu sendiri. Kedua fungsi ini merupakan dua syarat utama bagi suksesnya pembangunan disuatu negara dan daerah.

2.2.3 Modal

Dalam pengertian sehari-hari adakalanya modal diartikan juga sebagai tabungan masyarakat yang dapat digunakan untuk membeli saham-saham perusahaan atau obligasi pemerintah, atau digunakan untuk spekulasi dan dipinjamkan kepada orang lain. Dalam analisa ekonomi, uang atau modal yang disebutkan diatas tidak dianggap sebagai modal, tetapi hanya dipandang sebagai tabungan

Modal dapat dibedakan atas dua, yaitu modal produksi langsung (directly

productive capital) dan modal tetap (overhead capital). Modal yang produktif

langsung adalah modal yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa misalnya mesin-mesin, sedang modal tetap adalah fasilitas dasar yang dibutuhkan untuk semua perusahaan untuk bekerja seperti jalan, pelabuhan, sekolah, dan rumah sakit.

2.2.4 Keahlian Keusahawanan

Merupakan kemampuan seseorang untuk menjalankan suatu perusahan sehingga perusahaan tersebut dapat berjalan dengan efisien dan menguntungkan.


(28)

Keahlian keusahawan ini fungsinya adalah mengorganisasi dan menggabungkan berbagai jenis faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.

2.3 Pengertian dan Konsep Tenaga Kerja 2.3.1 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber alam, modal dan teknologi. Kalau ditinjau secara umum pengertian tenaga kerja adalah menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang atau jasa dan mempunyai nilai ekonomis yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat. Secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalan usia kerja dianggap mampu bekerja.

Tenaga kerja adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memprodksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000 Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas. Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih.

Batas usia tersebut bisa saja berubah sesuai dengan kondisi yang ada, tujuan dari pemilihan batas umur tersebut supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Di dalam pengertian tenaga kerja itu juga dimaksudkan kelompok yang sedang mencari pekerjaan, bersekolah dan mengurus rumah tangga. Meskipun mereka tidak bekerja tetapi secara fisik mereka mampu bekerja dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Inilah alasannya mengapa kelompok ini juga


(29)

dimaksudkan ke dalam kelompok tenaga kerja. Dua golongan pertama yaitu penduduk yang sudah bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan disebut angkatan kerja. Sedangkan kelompok yang terakhir yaitu penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan kelompok lain-lain yang menerima pendapatan disebut bukan angkatan kerja (Potential Labor Force).

Berdasarkan uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa tenaga kerja meliputi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, atau dapat disimpulkan sebagai berikut:

2.3.2 Pengertian Angkatan Kerja

Untuk mengetahui pengertian angkatan kerja, penulis mengemukakan beberapa pendapat, yaitu :

Bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produkti yaitu produksi barang dan jasa (Mulyadi S,

2003:60)

Sedangkan menurut Soeroto, angkatan kerja dapat didefenisikan sebagai berikut : Sebagian dari jumlah penduduk dalam usia kerja yang mempunyai dan yang tidak mempunyai pekerjaan yang telah mampu dalam arti sehat fisik dan mental secara yuridis tidak kehilangan kebebasannya untuk memilih dan melakukan pekerjaan tanpa ada unsur paksaan. (Soeroto, 1992 : hal 12)

Untuk dapat mempermudah ingatan terhadap pengertian angkatan kerja kita dapat merumuskannya sebagai berikut.


(30)

Sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, para penyandang cacat, dan lanjut usia.

Golongan yang bekerja atau pekerja adalah angkatan kerja yang sudah aktif dalam menghasilkan barang dan jasa. Kelompok ini terdiri dari orang yang bekerja penuh dan setengah pengangguran. Yang termaksud dalam golongan bekerja penuh adalah orang yang cukup dimanfaatkan dalam bekerja dari jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan penghasilan yang diperoleh.

Sedangkan yang termaksud dalam golongan setengah menganggur adalah orang yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja baik dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja maupun dari segi penghasilan.

Golongan setengah pengangguran dapat dikelompokkan atas

− Setengah menganggur kentara, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu atau rata-rata kurang dari 6 jam per hari.

− Setengah menganggur tidak kentara atau menganggur terselubung, adalah mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah. Pengangguran tak kentara ini masih sulit diukur. Oleh karena produktivitas kerja dan pendapatannya yang rendah bukan hanya terdapat pada mereka yang termasuk setengah menganggur kentara. Disamping itu cara pengukurannya dan penentuan batas antara produktivitas kerja yang rendah dan yang tinggi belum dikembangkan secara terperinci.


(31)

Selanjutnya yang disebut dengan pengangguran adalah angkatan kerja yang siap untuk bekerja dan sedang berusaha untuk mencari pekerjaan.

Adapun menurut Hidayat yang termasuk pencari kerja adalah : 1. Golongan pencari kerja yang pertama sekali masuk angkatan kerja

2. Golongan yang melepaskan pekerjaan atas kehendak sendiri untuk mencari pekerjaan yang lebih sesuai

3. Golongan yang diberhentikan dari pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan 4. Golongan yang sedang bekerja tetapi juga berusaha mencari pekerjaan yang

lebih baik (Hidayat, 1998 : 246)

Berdasarkan uraian di atas semakin jelaslah pengertian kita terhadap makna pengangguran yaitu kelompok angkatan kerja yang termasuk sebagai pencari kerja atau berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

Berapa besar golongan ini dari seluruh angkatan kerja suatu negara atau daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Tingkat Pengangguran = x

Jumlah pengangguran

100% Jumlah angkatan kerja

Pengangguran dapat dibagi atas beberapa faktor, diantaranya adalah atas kemauan sendiri, mereka dapat dibedakan antara pengangguran terpaksa dan pengangguran sukarela.

1. Pengangguran terpaksa adalah mereka yang tidak dapat memperoleh pekerjaan sekalipun bersedia menerima pekerjaan dengan upah lebih rendah dari tingkat biasanya yang berlaku


(32)

2. Pengangguran sukarela adalah mereka yang memilih lebih baik menganggur daripada menerima pekerjaan dengan upah lebih rendah dari tingkat yang biasanya berlaku

Dibawah ini akan diuraikan jenis pengangguran atas sebabnya, yaitu :

1. Pengangguran Friksional

Pengangguran friksional disebabkan karena seseorang pencari kerja sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Kesulitan terjadi karena kurangnya informasi pasar kerja sehingga sulit mempertemukan pencari kerja dengan lowongan yang tersedia. Jadi pengangguran ini terjadi karena pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan kerja itu, di lain pihak pengusaha kurang mengetahui dimana tersedianya tenaga kerja yang sesuai. Disamping adanya keterbatasan persyaratan kerja secara otomatis menerima setiap lamaran yang diajukan. Pengalaman inilah pengusaha cenderung untuk menolak lamaran yang masuk. Kecenderuangan lain bagi pengusaha untuk mengisi suatu lowongan tertentu adalah mengambil tenaga-tenaga dari dalam perusahaan sendiri. Kurangnya mobilitas dari pencari kerja yang baru tamat studi di kota-kota besar enggan untuk mencari pekerjaan di daerah. Bentuk lain dari pengangguran friksional adalah voluntarily unemploeed yaitu walaupun si pencari kerja sudah menerima dengan maksud untuk mencari atau menunggu kesempatan atau pekerjaan yang lebih baik.

2. Pengangguran Struktural

Keadaan perekonomian suatu negara yang tidak menentu akan banyak membawa dampak yang kurang menguntungkan khususnya terhadap


(33)

pengangguran. Perombahan dalam struktur atau komposisi perekonomian dapat menimbulkan pengangguran struktural. Hal ini membawa konsekuensi terhadap keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, sementara pihak pencari kerja belum siap menerima perubahan atau belum mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan baru tersebut. Hal ini dapat dilihat dari :

− Pemakaian alat teknologi baru berupa mesin-mesin pada produksi pabrik, hal ini akan menyisihkan tenaga kerja yang tadinya dikerjakan secara manual. Akibatnya tenaga kerja tersebut akan banyak menganggur.

− Adanya pergeseran dari ekonomi yang berat agraris menjadi ekonomi yang berat industri. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi logis bahwa para pekerja yang tadinya ada di sektor pertanian akan beralih pada sektor industri. Akan tetapi sektor industri tersebut tidak mudah menerimanya karena di sektor industri harus memiliki beberapa keterampilan khusus untuk setiap pekerjaan tertentu. Akibatnya kelebihan yang tidak tertampung di sektor industri akan menjadi pengangguran.

3. Pengangguran Musiman

Pengangguran musiman disebabkan oleh fluktuasi kegiatan produksi dan distribusi barang atau jasa yang dipengaruhi oleh musim. Ada pola musiman yang disebabkan oleh faktor iklim dan ada yang disebabkan oleh faktor iklim dan ada yang disebabkan oleh kegiatan masyarakat misalnya musim pengolahan tanam di sektor pertanian biasanya dikaitkan dengan musim hujan. Pada musim


(34)

panen banyak petani turun ke sawah dan di luar musim tersebut petani tidak mempunyai kegiatan ekonomis. Mereka harus menunggu musim baru. Demikian pula di sektor yang misalnya perusahaan industri sandang, kegiatan akan meningkat dalam menghadapi hari-hari besar keagamaan dan biasanya kegiatan mengendur kembali sesudahnya. Dalam keadaan perekonomian yang lesu inilah akan banyak terdapat pengangguran musiman.

2.3.3 Pengertian Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja dapat diartikan sebagai kesempatan untuk dapat berusaha dan sebagai suatu lapangan kerja atau semua jenis pekerjaan yang tersedia dimana tenaga kerja dapat melakukan kerja untuk mencari nafkah guna memenuhi pekerjaan.

Apabila lapangan pekerjaan semakin luas, berarti semakin luas kesempatan berusaha dan berarti kesempatan kerja semakin luas.

Soeharsono Sagir mendefenisikan kesempatan kerja sebagai berikut:

Kesempatan kerja adalah kesempatan untuk berusaha atau kesempatan untuk turut berpartisispasi dalam pembangunan, jelas akan memberikan hak bagi manusia untuk menikmati hasil pembangunan. Tanpa diberi kesempatan untuk berperan serta dalam pembangunan, baik melalui kesempatan kerja ataupun kesempatan berusaha berarti manusia merasa diri diperlakukan dengan tidak adil. (Sagir, 1983 : 324)

Kesempatan kerja itu timbul oleh karena adanya investasi dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan investasi, laju pertumbuhan penduduk serta angkatan kerja.


(35)

Disamping kedua faktor diatas maka masalah strategi pembangunan yang diterapkan juga ikut mempengaruhi usaha perluasan kesempatan kerja.

Strategi pembangunan yang berorientasi pada laju pertumbuhan (GNP

Oriented) yang selama ini menjadi patokan perlu kiranya ditinjau kembali,

mengingat kondisi penduduk kita yang relatif besar serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Hal ini pun sebenarnya telah dikemukakan dalam laporan Bank Dunia 1980, yang dengan jelas menggambarkan bahwa pembangunan dekade tujuh puluhan telah menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak disertai dengan penurunan kemiskinan dengan kecepatan yang sama (Sagir, 1983 : 320).

Tidaklah salah kalau kita beranggapan bahwa kesempatan kerja identik dengan sasaran pembangunan nasional, khususnya pembangunan ekonomi, oleh karena kesempatan kerja merupakan sumber pendapatan bagi mereka yang memperoleh kesempatan kerja, disamping merupakan sumber dari peningkatan pendapatan nasional, melalui peningkatan Produk Nasional Bruto.

Usaha untuk menciptakan kesempatan kerja dan lapangan kerja di dalam usaha menghadapi tekanan penduduk pada asanya bertentangan dengan kepentingan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dalam rangka mempercepat peningkatan pendapatan nasional (GNP), sehingga terjadilah suatu konflik yang cenderung untuk menyalahkan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada laju pertumbuhan ekonomi, kurang memperhatikan kesempatan kerja (Sagir, 1983 : 320).


(36)

Dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, tetapi usaha ini harus dilaksanakan mengingat laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi, jika tidak pengangguran besar-besaran akan terjadi

2.4 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja 2.4.1 Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berlainan dengan permintaan barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang tersebut memberikan kegunaan (utility), akan tetapi pengusaha meminta seseorang sebagai tenaga kerja adalah untuk memproduksi barang atau jasa untuk dijual. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung pertambahan permintaan pengusaha terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja ini disebut derived demand, misalnya meningkatnya permintaan terhadap perumahan akan menimbulkan tambahan permintaan terhadap karyawan bangunan.

Permintaan tenaga kerja atau kebutuhan tenaga kerja dalam suatu perkembangan ekonomi dapat dilihat dari kesempatan kerja (orang yang telah bekerja) dari setiap sektor atau kebutuhan tenaga kerja merupakan jumlah kesempatan kerja yang tersedia didalam sistem ekonomi, yang dinyatakan dalam jumlah satuan orang yang bekerja pada masing-masing sektor untuk melakukan kegiatan produksi.

Dalam arti yang lebih luas, kebutuhan ini tidak saja menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya (pendidikan dan keahlian). Karena mereka yang bekerja


(37)

tidak seluruhnya memiliki jam kerja normal (full employment), maka kebutuhan tenaga kerja dalam analisa-analisa tertentu juga dinyatakan dalam satuan ekivalen pekerja penuh (full-time worker equipment). Normatif yang digunakan untuk satu ekivalen pekerja penuh adalah 35 jam kerja per minggu, ada yang menggunakan 40 jam kerja per minggu, karena tiap-tiap sektor biasanya memiliki jumlah jam kerja yang berbeda, dan akan lebih baik lagi bila digunakan normatif yang juga berbeda antar sektor.

Untuk melihat besarnya permintaan tenaga kerja atau orang yang telah bekerja dapat juga menggunakan metode elatisitas kesempatan kerja. Tingkat elastisitas merupakan koefisien daya serap lapangan kerja. Koefisien ini menunjukkan besarnya persentase perubahan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan atau diminta terhadap besarnya persentase perubahan output.

Secara teoritis dalam negara yang sedang berkembang bila pertumbuhan ekonomi meningkat maka permintaan tenaga kerja atau pertisipasi rakyat dalam pembangunan akan meningkat pula. Dengan demikian faktor-faktor yang dapat meningkatkan demand tenaga kerja adalah pertumbuhan ekonomi, atau jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan atau demand dari masyarakat, dimana permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan juga tingkat upah.

Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar kerja, berarti ada yang menawarkan jasanya untuk produksi, apakah yang bersangkutan sedang bekerja atau mencari pekerjaan.


(38)

Gambar 2.1 Kurva Permintaan Tenaga Kerja

2.4.2 Penawaran Tenaga Kerja

Pertumbuhan tenaga kerja ditentukan oleh pertumbuhan penduduk di masa lampau, dimana penduduk merupakan sumber pokok bagi penawaran tenaga kerja. Besar kecilnya penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah penduduknya. Wilayah yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak pasti memiliki jumlah angkatan kerja atau penawaran tenaga kerja yang lebih banyak daripada wilayah yang memiliki jumlah penduduk lebih sedikit.

Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan yang sedang berusaha mencari pekerjaan, mereka dinamakan pencari kerja atau pengangguran. Jumlah yang bekerja dan mencari pekerjaan dinamakan angkatan kerja.


(39)

Dapat didefenisikan penawaran tenaga kerja mencakup semua orang yang mempunyai pekerjaan ditambah jumlah mereka yang secara aktif mencari pekerjaan.

Penyediaan tenaga kerja sama dengan angkatan kerja dan disebut dengan

supply tenaga kerja.

Gambar 2.2 Kurva Upah dan Kesempatan Kerja dan Kurva Penawaran Agrerat


(40)

Gambar 2.4 Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Dibawah ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja yang selanjutnya dapat mempermudah analisa partisipasi kerja atau analisa penyediaan tenaga kerja secara terperinci.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja 1. Jumlah Penduduk

Makin besar jumlah penduduk, makin banyak tenaga kerja yang tersedia baik untuk angkatan kerja atau bukan angkatan kerja dengan demikian jumlah penawaran tenaga kerja juga akan semakin besar.

2. Struktur Umur

Penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, ini dapat dilihat dari bentuk piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk dapat ditekan tetapi penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena semakin banyaknya penduduk yang memasuki usia kerja, dengan demikian penawaran tenaga kerja juga akan bertambah.


(41)

3. Produktivitas

Produktivitas merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara output dan jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari seseorang tenaga kerja yang tersedia. Secara umum produktivitas tenaga kerja merupakan fungsi daripada pendidikan, teknologi, dan keterampilan. Semakin tinggi pendidikan atau keterampilan tenaga kerja maka semakin meningkat produktivitas tenaga kerja

4. Tingkat Upah

Secara teoritis, tingkat upah akan mempengaruhi jumlah penawaran tenaga kerja. Apabila tingkat upah naik, maka jumlah penawaran tenaga kerja akan meningkat dan sebaliknya. Hal ini dapat dibuktikan pada kurva penawaran tenaga kerja yang berslope positif

5. Tingkat Pendapatan

Secara teoritis, apabila upah meningkat dengan asumsi jam kerja yang sama, maka pendapatan akan bertambah. Sehingga kita akan menjumpai ibu rumah tangga yang bekerja merasa tidak perlu lagi membantu suami untuk mencari nafkah, akibatnya tingkat partisipasi angkatan kerja akan berkurang, dengan demikin supply tenaga kerja yang efektif akan berkurang.

6. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menelaah penawaran tenaga kerja maka memasukkan kebijaksanaan pemerintah kedalamnya adalah sangat relevan. Kita misalkan kebijaksanaan pemerintah dalam hal belajar 9 tahun akan


(42)

mengurangi jumlah tenaga kerja, dan akan ada batas umur kerja menjadi lebih tinggi. Dengan demikian terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja.

7. Wanita yang mengurus rumah tangga

Wanita yang mengurus rumah tangga tidak termasuk dalam angkatan kerja, tetapi mereka adalah tenaga kerja yang potensial yang sewaktu-waktu bisa memasuki pasar kerja. Dengan demikian semakin besar jumlah wanita yang mengurus rumah tangga maka penawaran tenaga kerja akan berkurang atau sebaliknya

8. Penduduk yang bersekolah

Sama dengan hal di atas penduduk yang bersekolah tidak termasuk dalam angkatan kerja tetapi mereka sewaktu-waktu dapat menjadi tenaga kerja yang potensial, dengan demikian semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah berarti supply tenaga kerja akan berkurang. Oleh karena itu jumlah penduduk yang bersekolah perlu diperhitungkan untuk masa yang akan datang.

9. Keadaan perekonomian

Keadaan perekonomian dapat mendesak seseorang untuk bekerja memenuhi kebutuhannya, misalnya dalam satu keluarga harus bekerja semua apabila pendapatan suami tidak mencukupi kebutuhan keluarga, atau seorang mahasiswa yang tamat tidak mau bekerja karena perekonomian orang tua sangat memadai, atau seorang istri tidak perlu bekerja karena perekonomian suami sudah mencukupi.


(43)

2.5 Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain, dan permasalahan yang diangkat juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, baik itu melalui penelitian biasa, tesis dan skripsi. Yang mana berbagai penelitian ini mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi, seperti oleh beberapa penelitian dibawah ini :

2.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, Rahmat Akbar tahun 2008

tentang “Penawaran Tenaga Kerja Wanita Migran Kasus Kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat”. Penelitian ini di lakukan di Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki penduduk dengan kondisi rata-rata pendidikan usia kerja hanya pendidikan dasar, harapan hidup yang rendah dan daya beli rendah.

Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik dengan variabel tetap adalah keputusan berangkat dan tidak berangkat, sedangkan variabel tidak tetapnya adalah usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan.

Hasil penelitian menunjukkan penawaran tenaga kerja akan terus berlangsung karena tidak adanya peluang kerja di daerah asal. Tingkat pendapatan yang rendah, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan rendah serta kesulitan memperoleh pekerjaan dengan tingkat upah yang memadai mendorong para wanita untuk berangkat berulang kali menjadi tenaga kerja wanita.

2.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Arif tahun 2009 tentang “


(44)

keluarga”. Sedangkan penelitian ini dilakukan di Desa Sukorame yang penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai pegawai negeri yaitu sebesar 47,31% dari jumlah mata pencaharian penduduk Desa Sukorame seluruhnya. Metode penelitian menggunakan Metode Wawancara, Metode Observasi.

2.5.3 Penelitian yang dilakukan oleh Agus Darjanto tahun 2007 tentang “Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Analisis ”. Penelitian ini meliputi Industri Kecil Bordir Di Kecamatan Bangil – Jawa Timur. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja wanita pada industri kecil bordir di Kecamatan Bangil dan menganalisis seberapa besar pengaruh masing-masing variabel terhadap produktivitas tenaga kerja wanita


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Metode Pengumpulan Data

Jenis-jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

3.1.1Data Primer

Kelancaran suatu penelitian akan ditunjang oleh data yang tersedia serta teori-teori yang digunakan untuk menganalisisnya. Data dalam penulisan ini berisikan nilai-nilai yang diperlukan penulis dalam melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran wanita yang bekerja dan wanita yang mencari kerja di beberapa kecamatan yang ada di Kota Binjai.

Jenis data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data Primer, yakni data yang secara langsung dikumpulkan oleh penulis yang berasal dari para responden yakni para wanita yang bekerja dan wanita yang mencari kerja sebanyak 60 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara (interview) dan penyebaran angket.


(46)

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita pekerja yang bertempat tinggal di Kotamadya Binjai yang menawarkan tenaganya di pasar kerja. Sampel diambil dari populasi dengan metode accidental random sampling dan purpossive

random sampling terhadap wanita yang bekerja dan mencari kerja sebanyak 60

sampel.

3.3 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam menggambarkan hubungan antara

dependen variable dan independent variable adalah dengan menggunakan model

regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Last

Square/OLS), yaitu :

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6 + µ

Metode yang digunakan adalah analisis model regresi linier logartima berganda, yaitu:

Log Y = α + β1logX1+ β2logX2+ β3logX3+ β4logX4+ β5logX5+ β6logX6 + µ

Dimana :

Y = Penawaran Tenaga Kerja Wanita ( Jam/Bulan ) X1 = Umur Wanita (Tahun)

X2 = Tingkat Pendidikan (Tahun)


(47)

X4 = Status Diri (Kawin D1=1), (Tidak Kawin D2=0)

X5 = Pendapatan Gaji Wanita (Rp./Bulan)

X6 = Pendapatan di Luar Gaji (Suami/Ayah/Ibu/Keluarga Yang Lain)

(Rp./Bulan)

µ = Kesalahan Pengganggu (Term Error) a = Intercept (Konstanta)

3.4.1Uji Kesesuaian

a. Koefisien Determinasi (R square)

Koefisien Determinasi yang dinotasikan R2, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang diestimasi. Nilai koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebasnya.

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk menilai pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0: β1 = 0

H0: β1 ≠ 0

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel dengan kriteria sebagai berikut :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel


(48)

H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel

Artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

c. Uji t statistik

Uji t merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variable dependen dengan menganggap variable independen lain konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0: β1 = 0

H0: β1 ≠ 0

Dengan kriteria sebagai berikut : H0 diterima jika thitung < ttabel

Artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat. H0 ditolak jika thitung > ttabel

Artinya variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

3.4.2Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas

Suatu model regresi linear akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat atau sempurna sesama variabel independen dari suatu model estimasi.

b. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan manguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu


(49)

pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. c. Uji Linieritas

Untuk menguji linieritas hubungan 2 buah variabel, yaitu dapat dilihat pada diagram pencarnya. Dimana titik-titik data tersebut membentuk pola linier. Atau dengan menguji kelinieran dengan membuat plot residual terhadap harga-harga prediksi. Jika grafik antara harga-harga prediksi, dan harga-harga residual tidak membentuk suat pola tertentu (parabola, kubik atau lainnya), berarti asumsi linieritas terpenuhi.

3.5 Defenisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup variabel yang ada, maka akan dijelaskan defenisi operasional variabel dependen dan variabel independen sebagai berikut :

1. Penawaran Tenaga Kerja Wanita Jumlah Tenaga Kerja Wanita yang di tawarkan dalam pasar tenaga kerja.

2. Umur Wanita diukur berdasarkan tahun

3. Tingkat Pendidikan adalah latar belakang pendidikan tenaga kerja wanita berdasarkan tahun

4. Keberadaan Anak/Tanggungan Keluarga merupakan jumlah orang yang ditanggung tenaga kerja wanita (orang)


(50)

6. Pendapatan adalah penghasilan yang diterima tenaga kerja wanita per bulannya (Rupiah)

7. Pendapatan di Luar Gaji, yaitu pendapatan yang didapatnya dari anggota keluarga yang lain (Rupiah)


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Sumatera Utara merupakan suatu propinsi yang terletak di bagian utara pulau Sumatera dengan kedudukan 10 LU – 40 LU dan 980 BB – 1000 BT.

Sebelah utara berbatasan dengan propinsi Aceh, sebelah timur berbatasan dengan selat Malaka. Sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 Km atau 3,5% dari luas Indonesia yang teridiri dari pantai timur dan pantai barat, dataran tinggi dan dataran rendah. Daerah pantai timur meliputi Nias, Tapanuli Selatan, Sibolga, Tapanuli Tengah, sedangkan dataran tinggi meliputi Tapanuli Utara, Dairi, Karo, Simalungun, dan Pematang Siantar. Suhu udara rata-rata berkisar 150C – 320C dan kelembaban udara berkisar 83% - 89% (Sumber : BPS Kota Medan)

4.1.2 Tinjauan Umum Daerah Penelitian

Kotamadya Binjai adalah 1 dari 6 kotamadya yang ada di propinsi Sumatera Utara yang terletak antara 30 31’ 40” – 30 40’ 2” Lintang Utara dan 980 27’ 3” - 980 32’ 32” Bujur Timur dengan luas areal ± 28 M di atas permukaan laut. (Sumber BPS Kota Binjai)

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Sebelah Timur


(52)

berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat

Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu Daerah Tingkat II di Propinsi Sumatera Utara telah membenahi dirinya dengan melakukan pemekaran wilayahnya. Semenjak ditetapkannya Peraturan Pemerintah N0. 10 Tahun 1986 wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Binjai telah diperluas menjadi 90,23 Km2 dengan 5 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 11 Desa dan 19 Kelurahan. Setelah diadakan pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993 maka jumlah desa menjadi 17 desa dan jumlah kelurahan menjadi 20 kelurahan. Perubahan ini berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 140-1395/SK/1993 tanggal 7 Agustus 1996, 17 desa menjadi kelurahan.

Pembagian Wilayah Kecamatan adalah sebagai berikut :

Kecamatan Binjai Selatan terdiri atas 8 kelurahan, yaitu Kelurahan Tanah Merah, Kelurahan Binjai Estate, Kelurahan Tanah Seribu, Kelurahan Pujidadi, Kelurahan Rambung Dalam, Kelurahan Rambung Barat, Kelurahan Rambung Timur, dan Kelurahan Bhakti Karya.

Kecamatan Binjai Kota terdiri atas 7 kelurahan, yaitu Kelurahan Berngam, Kelurahan Satria, Kelurahan Setia, Kelurahan Kartini, Kelurahan Tangsi, Kelurahan Binjai, dan Kelurahan Pekan Binjai.

Kecamatan Binjai Timur terdiri atas 7 kelurahan, yaitu Kelurahan Mencirim, Kelurahan Tunggurono, Kelurahan Timbang Langkat. Kelurahan


(53)

Tanah Tinggi, Kelurahan Sumber Muliorejo, Kelurahan Daratan Tinggi, dan Kelurahan Sumber Karya.

Kecamatan Binjai Utara terdiri atas 9 kelurahan, yaitu Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Jatinegara, Kelurahan Nangka, Kelurahan Jatikarya, Kelurahan Damai, Kelurahan Kebunlada, Kelurahan Cengkeh Turi, Kelurahan Jati Makmur, dan Kelurahan Jati Utomo.

Kecamatan Binjai Barat terdiri atas 6 kelurahan, yaitu Kelurahan Bandar Senembah, Kelurahan Limau Mungkur, Kelurahan Limau Sundai, Kelurahan Payaroba, Kelurahan Suka Maju, dan Kelurahan Suka Damai

Dari 5 kecamatan yang ada di Kota Binjai, Kecamatan Binjai Utara memiliki kepadatan penduduk yang terbesar yaitu sebesar 72.417 jiwa/Km2. Sedangkan luas wilayah terbesar adalah Kecamatan Binjai Selatan dengan luas wilayah seluas 29.96 Km2 atau sekitar 33,20% dari luas Kota Binjai. Untuk jumlah penduduk, Kecamatan Binjai Utara memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 57.441 jiwa atau 27,42% dari seluruh penduduk di Kotamadya Binjai dan Kecamatan Binjai Kota memiliki jumlah penduduk yang terkecil yaitu sebesar 32.400 jiwa atau sekitar 15,46% dari seluruh penduduk yang ada di Kotamadya Binjai yang berjumlah 209.475 jiwa. Jumlah rumah tangga terbanyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara yaitu sebanyak 16.690 rumah tangga, sedangkan yang paling sedikit jumlah rumah tangganya adalah Kecamatan Binjai Kota yaitu sebanyak 8.744 rumah tangga atau sebesar 14,63% dari seluruh rumah tangga yang ada di Kota Binjai.


(54)

Tabel 4.1 :

Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai

2008

Kecamatan

Luas (Ha)

Rumah Tangga

Penduduk

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Rata-rata Jiwa/Rumah

Tangga

Binjai Selatan 29,96 11.509 46.135 1.540 4,01

Binjai Kota 4,12 8.744 37.760 9.150 4,31

Binjai Timur 21,.70 12.846 53.792 2.479 4,19

Binjai Utara 23,59 16.690 72.417 3.070 4,34

Binjai Barat 10,86 9.793 42.608 3.923 4,35

Jumlah 90,23 59.582 252.652 2.800 4,24

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai

Pada tahun 2005, penduduk Kota Binjai berjumlah 77.052 jiwa yang terdiri atas 38.804 laki-laki atau sebesar 50,36% dan 38.248 perempuan atau sebesar 49,64% dari total penduduk pada tahun 1990. Pada tahun 1998 jumlah penduduk Kota Binjai adalah sebesar 209.475 jiwa yang terdiri atas 104.264 laki-laki atau sebesar 49,77% dan 105.211 perempuan atau sebesar 50,23% dari total penduduk pada tahun 1998. Namun demikian, peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat terjadi pada tahun 1987. Pada tahun tersebut jumlah penduduk Kota Binjai adalah sebanyak 158.357 jiwa atau mengalami peningkatan sebesar 51,57%. Hal ini disebabkan terjadinya perluasan wilayah Kota Binjai sesuai dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1986 yang menyatakan bahwa


(55)

wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Binjai telah diperluas menjadi 90,23 Km2 dengan 5 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 11 Desa dan 19 Kelurahan.

Untuk keterangan lebih lengkap mengenai perkembangan penduduk dari tahun 1980-1998 dapat kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 :

Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai 1993 - 2008

Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah

1993 90.718 92.180 182.898 1994 92.101 92.992 185.093 1995 99.357 100.023 199526 1996 101.194 102.023 203.217 1997 102.653 103.497 206.150 1998 104.264 105.211 209.475 1999 105.919 106.886 212.805 2000 106.953 106.234 213.187 2001 107.985 107.538 215.523 2002 110.459 108.686 219145 2003 111.967 111.484 223.451 2004 116.366 115.870 232.236 2005 119.205 118.699 237.904 2006 122.241 122.015 244256 2007 123.706 124.550 248.256 2008 125.365 127.287 252.652 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai


(56)

Penduduk Kota Binjai untuk golongan umur 0-4 tahun pada tahun 1998 adalah berjumlah 23.556 jiwa atau sebesar 11,25% dari total penduduk yaitu sebanyak 209.475 jiwa. Jumlah penduduk untuk golongan umur 5-9 tahun berjumlah 28.219 jiwa atau sebesar 13,47% dari total penduduk. Untuk golongan umur 10-14 tahun berjumlah 27.196 jiwa atau sebesar 12,98% dari total penduduk. Penduduk untuk golongan umur 15-19 tahun berjumlah 26.581 jiwa atau sebesar 12,69% dari total penduduk. Untuk golongan umur 20-24 tahun adalah berjumlah 22.052 jiwa atau sebesar 10,53% dari total penduduk. Penduduk untuk golongan umur 25-29 tahun berjumlah 18.470 jiwa atau sebesar 8,82% dari total penduduk. Penduduk untuk golongan umur 30-34 tahun berjumlah 15.609 jiwa atau sebesar 7,45% dari total penduduk. Untuk golongan umur 35-39 tahun berjumlah 12.173 jiwa atau sebesar 5,81% dari total penduduk. Penduduk Kota Binjai untuk golongan umur 40-44 tahun adalah berjumlah 7.278 jiwa atau sebesar 3,47% dari total penduduk. Penduduk untuk golongan umur 45-49 tahun berjumlah 7.448 jiwa atau sebesar 3,55% dari total penduduk. Untuk golongan umur 50-54 tahun berjumlah 6.359 jiwa atau sebesar 3,04% dari total penduduk. Untuk goongan umur 55-59 tahun berjumlah 4.381 jiwa atau sebesar 2,1% dari total penduduk. Untuk gologan umur 60-64 tahun berjumlah 3.946 jiwa atau sebesar 1,88% dari total penduduk. Sedangkan golongan umur diatas 65 tahun berjumlah 6.207 jiwa atau sebesar 2,96% dari total penduduk.


(57)

Tabel 4.3 :

Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Di Kota Binjai - 2008

Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

0-4 9.081 9.512 18.593

5-9 10.091 10.200 20.291

10-14 11.220 11.544 22.291

15-19 14.254 16.396 30.650

20-24 13.735 13.729 27.464

25-29 12.990 12.886 25.876

30-34 11.450 11.329 22.779

35-39 9.207 10.099 19.306

40-44 8.948 8.824 17.772

45-49 7.697 6.691 14.388

50-54 6.767 5.031 11.798

55-59 3.574 3.601 7.175

60-64 2.626 2.926 5.552

65 ke atas 3.725 4.519 8.244

Jumlah 125.365 127.287 252.652

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai

Adapun jumlah penduduk laki-laki di Kota Binjai adalah sebanyak 104.264 jiwa atau sebesar 49,77% dari seluruh penduduk di Kota Binjai, sedangkan jumlah penduduk perempuan di Kota Binjai adalah sebanyak 105.221 jiwa atau sebesar 50,22% dari seluruh penduduk di Kota Binjai. Untuk jumlah anak-anak laki-laki di Kota Binjai adalah sebanyak 41.894 jiwa atau sebesar 19,99% dari seluruh penduduk di Kota Binjai, sedangkan jumlah anak-anak perempuan adalah sebanyak 41.498 jiwa atau sebesar 19,81% dari seluruh penduduk di Kota Binjai.


(58)

Jumlah penduduk dewasa laki-laki di Kota Binjai adalah 62.370 jiwa atau sebesar 29,77% dari seluruh penduduk di Kota Binjai, sedangkan jumlah penduduk perempuan dewasa di Kota Binjai adalah sebanyak 63.713 jiwa atau sebesar 30,41%. Jumlah anak-anak laki-laki di Kota Binjai adalah sebesar 41.894 jiwa atau sebesar 19,99% dari seluruh penduduk di Kota Binjai sedangkan jumlah anak-anak perempuan sebesar 41.498 jiwa atau sebesar 19,81% dari seluruh penduduk di Kota Binjai.

Untuk kecamatan Binjai Selatan jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 19.896 jiwa atau sebesar 49,72% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 20.119 jiwa atau sebesar 50,27% dari seluruh penduduk yang ada di kecamatan Binjai Selatan. Jumlah laki-laki dewasa di kecamatan Binjai Selatan adalah sebanyak 12.143 jiwa atau sebesar 30,34% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah perempuan dewasa di kecamatan Binjai Selatan adalah 12.379 jiwa atau sebesar 30,39% dari seluruh penduduk di kecamatan tersebut. Untuk jumlah anak-anak laki-laki di Kecamatan Binjai Selatan adalah sebesar 7.753 jiwa atau sebesar 19,37% dari selruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah anak-anak perempuan sebanyak 7.740 jiwa atau sekitar 19,34% dari seluruh penduduk di kecamatan Binjai Selatan.

Untuk Kecamatan Binjai Kota jumlah penduduk laki-laki adalah sebannyak 16.059 jiwa atau sebesar 49,56% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 16.341 jiwa atau sebesar 50,43% dari seluruh penduduk yang ada di Kecamatan Binjai Kota. Jumlah laki-laki dewasa di Kecamatan Binjai Kota adalah sebanyak 10.508 jiwa atau sebesar


(59)

32,43% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah perempuan dewasa di kecamatan Binjai Kota adalah sebanyak 10.819 jiwa atau sebesar 33,39% dari seluruh penduduk di kecamatan tersebut. Untuk jumlah anak-anak laki-laki di kecamatan Binjai Kota adalah sebesar 5.551 jiwa atau sebesar 17,13% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah anak-anak perempuan sebanyak 5.552 jiwa atau sekitar 17,13% dari seluruh penduduk di kecamatan Binjai Kota.

Untuk kecamatan Binjai Timur jumlah penduduk laki-laki sebanyak 22.425 jiwa atau sebesar 49,94% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 22.477 jiwa atau sebesar 50,05% dari seluruh penduduk yang ada di kecamatan Binjai Timur. Jumlah laki-laki dewasa di kecamatan Binjai Timur adalah sebanyak 12.866 jiwa atau sebesar 28,64% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah perempuan dewasa di kecamatan Binjai Timur adalah sebanyak 13.067 jiwa atau sebesar 29,10% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah anak-anak perempuan sebanyak 9.410 jiwa atau sekitar 20,95% dari seluruh penduduk di ekcamatan Binjai Timur.

Untuk kecamatan Binjai Utara jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 28.784 jiwa atau sebesar 50,11% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 28.657 jiwa atau sebesar 49,88% dari seluruh penduduk yang ada di kecamatan Binjai Utara. Jumlah laki-laki dewasa di kecamatan Binjai Utara adalah sbeanyak 17.348 jiwa atau sebesar 30,20% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah perempuan dewasa di kecamatan Binjai Utara adalah sebanyak 17.793 jiwa atau sebesar


(60)

30,97% dari seluruh penduduk di kecamatan tersebut. Untuk jumlah anak-anak laki-laki di kecamatan Binjai Utara adalah sebesar 11.436 jiwa atau sebesar 19,90% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah anak-anak perempuan sebanyak 10.864 jiwa atau sekitar 18,91% dari seluruh penduduk di kecamatan Binjai Utara.

Untuk kecamatan Binjai Barat jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 17.100 jiwa atau sebesar 49,25% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 17.617 jiwa atau sebesar 50,74% dari seluruh penduduk yang ada di kecamatan Binjai Barat. Jumlah laki-laki dewasa di kecamatan Binjai Barat adalah sebanyak 9.485 jiwa atau sebesar 27,32% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah perempuan dewasa di kecamatan Binjai Barat adalah sebanyak 9.655 jiwa atau sebesar 27,81% dari seluruh penduduk di kecamatan tersebut. Untuk jumlah anak-anak laki-laki di kecamatan Binjai Barat adalah sebesar 7.615 jiwa atau sebesar 21,93% dari seluruh penduduk di kecamatan itu, sedangkan jumlah anak-anak perempuan sebanyak 7.962 jiwa atau sekitar 22,15% dari seluruh penduduk di kecamatan Binjai Barat.


(61)

Tabel 4.4 :

Penduduk Dewasa dan Anak-Anak menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai 2008

Kecamatan

15 Th. Ke atas Dibawah 15 th Seluruhnya

Lk Pr Lk Pr Lk Pr Jumlah

Binjai Selatan 17.561 17.371 5.581 5.622 23.142 22.993 46.135 Binjai Kota 14.277 14.244 4.554 4.625 18.831 18.869 37.700 Binjai Timur 20.405 20.251 6.250 6.616 26.925 26.867 53.792 Binjai Utara 27.325 27.388 8.800 8.904 36.125 36.292 72.417 Binjai Barat 15.405 16.777 7.937 5.489 20.342 22.266 42.608

Jumlah 94.973 96.061 30.392 31.256 125.365 127.287 252.652

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai

Pencari kerja yang terdaftar di Kota Binjai menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan pada tahun 1998 yang berjumlah 1.756 orang mengalami penurunan sebesar 6,7% dibandingkan dengan tahun 1997 yang berjumlah 1.882 orang. Akan tetapi kualitas sumber dayanya meningkat. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya pencari kerja yang tamat dari akademi maupun dari universitas dan menurunnya pencari kerja yang tamat dari SLTA maupun SLTP.

Pada tahun 1997 pencari kerja yang tamat dari SLTA berjumlah 1.260 orang atau sebanyak 66,95% dari jumlah pencari kerja pada tahun tersebut, sedangkan untuk tahun 1998 pencari kerja yang tamat SLTA berjumlah 1.021 orang atau sekitar 58,14% dari jumlah pencari kerja pada tahun tersebut. Untuk pencari kerja yang tamat dari SLTP pada tahun 1997 berjumlah 189 orang atau 10,04% dari jumlah pencari kerja pada tahun itu, sedangkan untuk tahun 1998 pencari kerja


(62)

yang tamat dari SLTP berjumlah 170 orang atau 9,68 % dari jumlah pencari kerja pada tahun itu.

Dari keterangan di atas dapat kita lihat bahwa jumlah pencari kerja yang tamat SLTP dan SLTA mengalami penurunan pada tahun 1998 dibandingkan tahun sebelumnya. Akan tetapi halnya dengan pencari kerja yang tidak tamat SD atau tamat SD. Untuk pencari kerja pada tingkat ini mengalami kenaikan sebesar % pada tahun 1998 dibandingkan dengan tahun 1997. pada tahun 1997 pencari kerja yang tidak tamat SD atau tamat SD berjumlah 74 orang atau 3,93% dari jumlah pencari kerja pad atahun itu, sedangkan untuk tahun 1998 berjumlah 115 orang atau sekitar 6,54 % dari jumlah pencari kerja pada tahun tersebut.

Tabel 4.5 :

Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Binjai 2002 - 2008

Pendidikan 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tidak Tamat SD 21 22 - - 1 2 -

Tamat SD - - 9 13 14 16 6

SLTP 48 111 357 80 59 34 40

SLTA 759 1.064 6.997 2.880 1.521 2.341 970

D1/D2 - - 602 95 44 36 26

D3 57 196 1.093 210 146 243 192

Sarjana 224 544 1.805 399 334 475 255

S2 - - - 2 2 1 2

TOTAL 1.109 1.937 10.863 3.679 2.131 3.148 1.491


(63)

Penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja pada tahun 1998 berjumlah 84.469 orang yang terdiri dari 73.546 orang yang bekerja dan 10.923 orang yang mencari pekerjaan. Untuk kelompok orang yang bekerja terdiri atas 46.893 orang laki-laki atau sebanyak 63,76% dan 26.653 orang perempuan atau 36,24% dari jumlah orang yang bekerja pada tahun 1998, sedangkan untuk kelompok orang yang mencari pekerjaan terdiri atas 4.467 orang laki-laki atau sebanyak 40,89% dan 6.456 orang perempuan atau 59,11% dari jumlah orang yang mencari pekerjaan pada tahun itu.

Dari keterangan ini dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang termasuk kelompok orang yang bekerja pada tahun 1998 lebih didominasi oleh laki-laki, sedangkan kelompok orang yang mencari pekerjaan lebih banyak perempuan.

Untuk bukan angkatan kerja pada tahun 1998 berjumlah 73.231 orang yang terdiri atas 39.992 orang yang masih sekolah, 24.662 orang yang mengurus rumah tangga dan 8.577 orang dalam kategori lain-lain. Adapun jumlah laki-laki yang masih sekolah adalah sebanyak 22.295 orang atau 55,75% dari jumlah bukan angkatan kerja yang masih sekolah, sedangkan jumlah perempuan yang masih sekolah pada tahun 1998 berjumlah 17.697 orang atau 44,25% dari jumlah bukan angkatan kerja yang masih sekolah pada tahun tersebut. Jumlah laki-laki yang termasuk bukan angkatan kerja dalam kategori mengurus rumah tangga pada tahun 1998 adalah sebanyak 898 orang atau 3,64% dari jumlah bukan angkatan kerja dalam kategori tersebut, sedangkan jumlah perempuan yang termasuk bukan angkatan kerja dalam kategori mengurus rumah tangga adalah sebanyak 23.764 orang atau 96,35% dari jumlah bukan angkatan kerja dalam kategori tersebut.


(64)

Untuk kategori lain-lain terdapat 3.538 orang laki-laki atau 41,25% dari jumlah bukan angkatan kerja dalam kategori lain-lain dan 5.039 orang perempuan atau 58,75% dari jumlah bukan angkatan kerja dalam kategori lain-lain pada tahun 1998.

Tabel 4.6 :

Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin di Kota Binjai

2008

Jenis Kegiatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

− Bekerja Angkatan Kerja

− Mencari Kerja

80,54 92,60 7,40 47,32 80,53 19,47 63,84 88,10 11,90 − Sekolah

Bukan Angkatan Kerja

− Mengurus Rumah Tangga

− Lain-Lain 19,46 58,53 1,66 39,81 25,68 22,24 68,06 9,70 36,16 31,95 50,29 17,76 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai

Dari tabel berikut dapat kita ketahui bahwa persentase penduduk yang berumur 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Untuk laki-laki dapat diketahui bahwa persentase yang tertinggi adalah pada tingkat pendidikan tamat SLTP yaitu sebesar 27,69% dan yang terendah adalah pada tingkat pendidikan yang ditamatkan yaitu tidak ataupun belum pernah sekolah yakni sebesar 0,79%. Sedangkan wanita memiliki persentase tertinggi pada tingkat pendidikan yang ditamatkan yaitu tamat Sekolah Dasar dan yang terendah adalah pada tingkat pendidikan yang ditamatkan yaitu Diploma I dan II yakni sebesar 0,55%. Untuk tingkat pendidikan tamat Strata I, laki-laki lebih mendominasi dibandingkan dengan perempuan.


(65)

Tabel 4.7 :

Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Binjai

2008

Pendidikan tertinggi yang Ditamatkan

Laki-Laki Perempuan Jumlah

Tidak / Belum Tamat SD 3,06 5,29 3,82

Sekolah Dasar 25,58 31,29 27,53

SLTP 28,82 24,24 27,26

SLTA 37,05 29,89 34,61

Diploma I dan II / DIII/ Akademi/ Universitas

5,49 9,29 6,78

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Binjai

Adapun persentase penduduk laki-laki dan perempuan yang bekerja menurut lapangan usaha utama di Kota Binjai dapat diketahui dari tabel berikut. Untuk lapangan usaha pertanian, penduduk laki-laki yang bekerja pada lapangan usaha tersebut adalah sebesar 11,11% sedangkan penduduk perempuan adalah sebesar 16,00%. Lapangan usaha utama yang paling banyak menyerap tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan adalah angkutan atau transportasi yaitu sebesar 22,95% untuk laki-laki dan 39,35% untuk perempuan. Pertambangan dan penggalian adalah lapangan usaha yang paling sedikit menyerap tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki yang bekerja pada lapangan usaha tersebut adalah sebesar 0,31% dan tidak ada perempuan yang bekerja pada lapangan usaha tersebut.


(1)

Stud. Deleted Residual -2.290 2.140 .000 1.015 60

Mahal. Distance 1.458 13.806 5.900 3.084 60

Cook's Distance .000 .136 .016 .023 60

Centered Leverage Value .025 .234 .100 .052 60

a Dependent Variable: Penawaran

2.

UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Umur .269 3.713

Tingkat Pendidikan .842 1.188

Keberadaan Anak / Tanggungan .530 1.886

Status Diri .248 4.036

Pendapatan Wanita .583 1.715

Pendapatan Keluarga .395 2.529

a Dependent Variable: Penawaran

Coefficient Correlations(a)

Model

Pendapatan Keluarga

Tingkat Pendidikan

Keberadaan Anak / Tanggungan

Pendapatan

Wanita Umur Status Diri 1 Correlations Pendapatan Keluarga 1.000 -.172 .034 -.013 .049 -.652

Tingkat Pendidikan -.172 1.000 .131 -.315 .022 .124

Keberadaan Anak /

Tanggungan .034 .131 1.000 .053 -.440 -.095

Pendapatan Wanita -.013 -.315 .053 1.000 -.455 .061

Umur .049 .022 -.440 -.455 1.000 -.467

Status Diri -.652 .124 -.095 .061 -.467 1.000

Covariances Pendapatan Keluarga .001 -.001 9.451E-05 -2.308E-05 .000 -.001

Tingkat Pendidikan -.001 .056 .003 -.004 .001 .001

Keberadaan Anak /

Tanggungan 9.451E-05 .003 .007 .000 -.006 .000

Pendapatan Wanita -2.308E-05 -.004 .000 .003 -.004 .000

Umur .000 .001 -.006 -.004 .027 -.004

Status Diri -.001 .001 .000 .000 -.004 .002


(2)

3.

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Nonparametric Correlations

Correlations

Umur

Tingkat Pendidika

n

Keberadaan Anak / Tanggungan

Status Diri Pendapat an Wanita

Pendapat an Keluarga

RESIDUAL

Spearman's rho

Umur Correlation

Coefficient 1.000 .024 .645(**) .789(**) .594(**) .567(**) -.571(**)

Sig. (2-tailed) . .856 .000 .000 .000 .000 .000

N 60 60 60 60 60 60 60

Tingkat Pendidikan

Correlation

Coefficient .024 1.000 -.088 -.010 .256(*) .135 -.230

Sig. (2-tailed) .856 . .502 .938 .049 .302 .077

N 60 60 60 60 60 60 60

Keberadaan Anak / Tanggungan

Correlation

Coefficient .645(**) -.088 1.000 .566(**) .329(*) .349(**) -.281(*)

Sig. (2-tailed) .000 .502 . .000 .010 .006 .029

N

60 60 60 60 60 60 60

Status Diri Correlation

Coefficient .789(**) -.010 .566(**) 1.000 .407(**) .731(**) -.343(**)

Sig. (2-tailed) .000 .938 .000 . .001 .000 .007

N 60 60 60 60 60 60 60

Pendapatan Wanita

Correlation

Coefficient .594(**) .256(*) .329(*) .407(**) 1.000 .320(*) -.972(**)

Sig. (2-tailed) .000 .049 .010 .001 . .013 .000

N 60 60 60 60 60 60 60

Pendapatan Keluarga

Correlation

Coefficient .567(**) .135 .349(**) .731(**) .320(*) 1.000 -.228

Sig. (2-tailed) .000 .302 .006 .000 .013 . .079

N 60 60 60 60 60 60 60

RESIDUAL Correlation

Coefficient -.571(**) -.230 -.281(*) -.343(**) -.972(**) -.228 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .077 .029 .007 .000 .079 .

N 60 60 60 60 60 60 60

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(3)

Scatterplot

Dependent Variable: Penawaran

Regression Standardized Predicted Value

3 2

1 0

-1 -2

-3

R

egr

es

si

on S

tudent

iz

ed R

es

idual

3 2 1 0 -1 -2 -3

4.

UJI LINIERITAS

ANOVA Table - UMUR Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Penawaran * Umur Between Groups (Combined) .329 24 .014 1.274 .252

Linearity .035 1 .035 3.281 .079

Deviation

from Linearity .293 23 .013 1.187 .317

Within Groups .376 35 .011

Total .705 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Penawaran * Umur -.224 .050 .683 .466

ANOVA Table – TINGKAT PENDIDIKAN Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Penawaran * Tingkat Pendidikan

Between Groups (Combined)

.051 3 .017 1.461 .235

Linearity .001 1 .001 .065 .799

Deviation from

Linearity .050 2 .025 2.160 .125

Within Groups .654 56 .012


(4)

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Penawaran * Tingkat

Pendidikan .033 .001 .269 .073

ANOVA Table – KEBERADAAN ANAK/ TANGGUANGAN Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Penawaran * Keberadaan Anak / Tanggungan

Between Groups

(Combined)

.013 3 .004 .342 .795

Linearity .002 1 .002 .184 .670

Deviation from

Linearity .010 2 .005 .421 .658

Within Groups .692 56 .012

Total .705 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Penawaran * Keberadaan

Anak / Tanggungan -.057 .003 .134 .018

ANOVA Table(a) – STATUS DIRI Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Penawaran * Status Diri

Between Groups (Combined)

.010 1 .010 .814 .371

Within Groups .695 58 .012

Total .705 59

a With fewer than three groups, linearity measures for Penawaran * Status Diri cannot be computed. Measures of Association

Eta Eta Squared

Penawaran * Status Diri .118 .014

ANOVA Table - PENDAPATAN WANITA Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Penawaran * Pendapatan Wanita

Between Groups (Combined)

.500 33 .015 1.921 .045

Linearity .066 1 .066 8.304 .008

Deviation


(5)

Linearity

Within Groups .205 26 .008

Total .705 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Penawaran *

Pendapatan Wanita .305 .093 .842 .709

ANOVA Table - PENDAPATAN KELUARGA Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Penawaran *

Pendapatan Keluarga

Between Groups (Combined) .209 17 .012 1.041 .438

Linearity .016 1 .016 1.334 .255

Deviation from

Linearity .193 16 .012 1.023 .454

Within Groups .496 42 .012

Total .705 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Penawaran *


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

: INDAH KHAIRANI

NIM

: 070523005

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Fakultas

: Ekonomi

Adalah benar telah membuat skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara, dengan membuat judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penawaran Tenaga Kerja Wanita Di Kota Binjai”

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk

digunakan seperlunya.

Medan, Maret 2010

Yang membuat pernyataan,