Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

Lampiran 1 JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Aktivitas Penelitian September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2015

Januari Februari 2016

Maret 2016

April 2016

Mei Juni Juli

2016 2016 2016 2016

Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul

penelitian 2 Menyusun Bab 1 3 Menyusun Bab 2 4 Menyusun Bab 3 5 Menyusun Bab 4 6 Menyerahkan

proposal penelitian 7 Ujian sidang

proposal 8 Revisi proposal

penelitian 9 Pengumpulan data 10 Analisa data 11 Pengajuan sidang

skripsi 12 Ujian sidang

skripsi 13 Revisi skripsi 14 Mengumpulkan


(2)

Lampiran 2 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

(INFORM CONSENT) Bapak/Ibu yang terhormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Lia Anggita Harahap

NIM : 121101058

Akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis Di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Saya sebagai peneliti mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden pada penelitian ini. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi bapak/ibu sebagai responden. Hasil penelitian ini diharahapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah: 1) Setelah bapak/ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, peneliti akan mewawancarai karakteristik responden (usia, jenis kelamin), 2) Peneliti akan mengukur tekanan darah pasien pada periode predialisis, intradialisis dan postdialisis. Tekanan darah intradialisis diukur setiap 1 jam selama hemodialisis belangsung, 3) Hasil wawancara dan pemeriksaan tekanan darah didokumentasikan untuk keperluan penelitian.

Saya sangat menghargai hak bapak/ibu sebagai responden. Identitas data/informasi yang bapak/ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya.

Atas perhatian dan kerjasama bapak/ibu peneliti ucapkan terimakasih.

Peneliti,


(3)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Kode Responden :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, saya menyatakan (bersedia/tidak bersedia*) menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, atas nama Lia Anggita Harahap dengan judul “Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis Di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Medan, 2016 Responden

( )


(4)

Lampiran 4

Kode Responden :

INSTRUMEN PENELITIAN

GAMBARAN TEKANAN DARAH PASIEN SAAT MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PENGKAJIAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Umur : Tahun

2. Jenis kelamin : L/P

3. Lama hemodialisis : Bulan 4. Penyebab hemodialisis :

FORMAT PENGKAJIAN TEKANAN DARAH SAAT MENJALANI HEMODIALISIS

Tekanan darah (mmHg) pasien saat menjalani hemodialisis

Pre

Intradialisis

Post

Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4

Petunjuk pengisian :

Pengisian dilakukan oleh peneliti dengan memberi tanda ceklis (√) dan mengisi sesuai kondisi responden.


(5)

Lampiran 5 PEDOMAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

1. Persiapan Alat

a. Cuff ukuran orang dewasa (22-32cm)

b. Tensimeter digital c. Batu baterai

d. Lembar format pengkajian 2. Prosedur Kerja

a. Tekanan darah responden diukur dalam posisi berbaring.

b. Pasanf cuff pada ekstremitas yang tidak ada akses vaskulernya. Singsingkan lengan baju dan pasang cuff pada lengan atas jangan terlalu kencang atau terlalu longgar.

c. Minta pasien untuk tenang dan tidak bergerak selama pemeriksaan. d. Tekan tombol “Start” pada tensimeter.

e. Biarkan cuff secara otomatis memompakan udara. f. Amati turunnya tekanan cuff pada layar.

g. Catat tekanan sistolik dan diastolik yang muncul pada layar. h. Matikan tensimeter dengan menekan tombol “Stop”

3. Terminasi

a. Informasikan hasil tekanan darah yang didapat. Jika didapatkan hasil tekanan daran yang tidak normal saat hemodialisis segera dilaporkan kepada perawat yang bertugas.


(6)

Lampiran 6 DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Kode Responden

Jenis Kelamin

Usia

(Tahun) Lama Menjalani Hemodialisis (Bulan)

1 Laki-Laki 72 5

2 Laki-Laki 54 2

3 Laki-Laki 47 40

4 Laki-Laki 52 18

5 Laki-Laki 19 18

6 Laki-Laki 63 61

7 Laki-Laki 45 41

8 Laki-Laki 63 61

9 Laki-Laki 50 17

10 Laki-Laki 62 19

11 Laki-Laki 43 28

12 Laki-Laki 47 48

13 Laki-Laki 55 27

14 Laki-Laki 19 18

15 Perempuan 33 36

16 Perempuan 51 1

17 Perempuan 59 18

18 Perempuan 49 24

19 Perempuan 53 60

20 Perempuan 61 6

21 Perempuan 46 33

22 Perempuan 65 24

23 Perempuan 30 12

24 Perempuan 45 26

25 Perempuan 57 38

26 Perempuan 56 12

27 Perempuan 18 6

28 Laki-Laki 37 52

29 Laki-Laki 49 15

30 Laki-Laki 59 71

31 Laki-Laki 62 50

32 Laki-Laki 55 5

33 Laki-Laki 49 17

34 Laki-Laki 36 3

35 Laki-Laki 37 48


(7)

37 Laki-Laki 47 26

38 Laki-Laki 25 72

39 Laki-Laki 39 21

40 Laki-Laki 57 28

41 Laki-Laki 60 19

42 Perempuan 54 5

43 Perempuan 24 48

44 Perempuan 37 54

45 Perempuan 63 37

46 Perempuan 37 23

47 Perempuan 37 14

48 Perempuan 32 27

49 Perempuan 67 65

50 Perempuan 68 23

51 Perempuan 69 60

52 Perempuan 51 44

53 Perempuan 77 14

54 Laki-Laki 59 90

55 Laki-Laki 65 32

56 Laki-Laki 24 60

57 Laki-Laki 60 27

58 Laki-Laki 60 76

59 Laki-Laki 42 27

60 Laki-Laki 62 18

61 Laki-Laki 40 76

62 Laki-Laki 28 6

63 Laki-Laki 60 6

64 Laki-Laki 58 25

65 Laki-Laki 56 1

66 Laki-Laki 35 7

67 Laki-Laki 30 16

68 Laki-Laki 27 23

69 Laki-Laki 48 7

70 Laki-Laki 59 74


(8)

Lampiran 7 Hasil Analisa Data Demografi Responden

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Lak 46 64.8 64.8 64.8

Perempua 25 35.2 35.2 100.0

Total 71 100.0 100.0

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid remaja akhir 6 8.5 8.5 8.5

dewasa awal 8 11.3 11.3 19.7

dewasa akhir 13 18.3 18.3 38.0

lansia awal 16 22.5 22.5 60.6

lansia akhir 22 31.0 31.0 91.5

manula 6 8.5 8.5 100.0

Total 71 100.0 100.0

LAMA HEMODIALISA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid lebih kecil sama dengan 8

bulan 13 18.3 18.3 18.3

lebih besar 8 bulan 58 81.7 81.7 100.0


(9)

Lampiran 8

TEKANAN DARAH PASIEN SAAT HEMODIALISIS

No

Tekanan Darah Responden Saat Menjalani Hemodialisis (mmHg)

Pre Intradialisis Post

Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4

1 140/66 143/76 147/76 163/79 170/80 160/90 2 150/90 145/83 155/95 175/107 180/107 188/105 3 160/90 160/94 180/106 171/100 178/99 186/104 4 120/80 122/69 120/69 130/80 135/69 130/80 5 160/80 153/89 165/90 166/98 170/90 154/80 6 120/80 122/80 120/80 125/80 130/80 140/80 7 140/80 138/80 150/83 155/87 165/86 140/70 8 140/80 134/79 140/80 143/80 145/89 130/80 9 120/80 120/80 123/82 135/83 145/87 140/90 10 150/80 145/80 149/82 150/80 153/80 130/80 11 140/80 130/70 135/72 138/83 140/88 120/80 12 160/80 142/80 140/82 145/84 147/80 130/70 13 150/70 140/72 145/80 148/78 155/88 130/90 14 160/80 160/90 182/106 170/100 178/99 180/100 15 130/80 120/78 115/80 117/77 110/80 120/90 16 100/80 98/67 92/68 87/65 88/60 120/80 17 140/80 130/66 123/61 82/50 80/53 110/70 18 140/80 135/80 156/82 167/98 183/101 170/80 19 180/80 178/107 190/108 196/108 215/125 220/110 20 150/90 145/88 170/82 175/90 188/100 170/90 21 150/90 143/95 175/107 180/107 198/105 190/90 22 130/80 135/80 135/82 149/89 150/89 140/90 23 110/70 110/80 110/80 110/80 120/80 120/80 24 180/90 178/107 190/100 195/100 199/102 190/100 25 180/90 182/107 190/100 196/108 200/125 190/90 26 110/70 110/70 110/70 125/75 128/78 120/80 27 120/80 122/69 125/69 130/80 135/69 130/80 28 140/90 130/79 135/80 138/80 142/89 130/90 29 140/90 130/70 135/78 128/80 129/80 120/80 30 120/80 122/69 126/70 130/80 142/69 130/90 31 150/90 155/90 149/90 150/80 155/90 150/90 32 120/100 125/80 130/80 140/80 148/81 150/80 33 140/90 134/88 147/80 163/79 170/90 160/100 34 170/100 183/100 170/100 196/108 220/105 210/100


(10)

35 120/80 130/80 140/80 155/90 160/90 150/80 36 130/90 133/68 137/76 155/79 160/80 150/80 37 150/90 155/95 158/80 163/79 170/80 140/90 38 150/90 143/89 165/90 170/98 174/90 150/90 39 170/90 175/107 170/100 178/107 180/109 170/90 40 140/90 130/70 135/72 135/83 136/83 130/70 41 120/80 120/78 115/76 120/77 110/80 110/80 42 140/80 133/80 158/83 162/87 168/86 140/80 43 120/70 122/69 125/69 135/80 143/69 130/80 44 190/100 190/100 195/100 200/110 200/110 190/100 45 170/100 183/107 190/100 198/108 210/125 180/100 46 150/80 143/80 145/82 140/79 146/83 130/80 47 190/100 190/100 195/105 200/110 200/110 190/100 48 190/100 190/100 196/108 200/125 220/110 190/100 49 160/80 165/89 167/88 170/98 172/90 160/80 50 160/90 163/89 165/90 166/98 160/90 160/90 51 150/80 155/82 160/85 165/89 172/92 160/90 52 130/70 135/80 150/87 140/79 145/82 130/80 53 120/80 123/70 120/69 130/80 125/69 120/80 54 150/90 155/85 160/92 158/88 160/91 150/90 55 180/90 183/100 190/102 196/108 198/102 180/90 56 130/70 125/69 135/80 138/80 148/89 130/80 57 140/80 132/80 140/80 145/84 153/87 140/80 58 120/70 122/69 120/69 130/80 125/68 120/70 59 110/80 110/80 110/80 120/80 120/80 120/80 60 150/90 155/92 160/93 168/91 170/93 160/90 61 130/70 128/70 135/70 130/70 135/80 120/80 62 110/70 115/75 125/80 130/80 125/80 120/80 63 160/90 152/81 140/81 148/82 142/70 130/70 64 110/80 115/80 110/80 120/78 125/77 120/80 65 150/90 145/90 153/90 150/90 140/80 130/80 66 140/66 134/69 142/76 150/79 167/80 160/90 67 120/80 120/80 125/80 115/78 110/78 120/80 68 170/100 175/94 180/106 188/107 189/107 170/100 69 140/90 143/68 150/76 163/79 170/80 160/90 70 140/80 137/76 157/79 165/79 168/80 150/90 71 140/80 135/76 147/80 163/74 170/80 160/90


(11)

TEKANAN DARAH PASIEN SAAT HEMODIALISIS Kode

Responde

Pre Intradialisis Post

Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4

1 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 2 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 3 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi

4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

5 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 6 Normal Normal Normal Normal Normal Hipertensi 7 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 8 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 9 Normal Normal Normal Normal Hipertensi Hipertensi 10 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 11 Hipertensi Normal Normal Normal Hipertensi Normal 12 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 13 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 14 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi

15 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

16 Normal Normal Normal Hipotensi Hipotensi Normal 17 Hipertensi Normal Normal Hipotensi Hipotensi Normal 18 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 19 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 20 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 21 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 22 Normal Normal Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi

23 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

24 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 25 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi

26 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

27 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

28 Hipertensi Normal Normal Normal Hipertensi Normal 29 Hipertensi Normal Normal Normal Normal Normal 30 Normal Normal Normal Normal Hipertensi Normal 31 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 32 Normal Normal Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi 33 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 34 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 35 Normal Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 36 Normal Normal Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi 37 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 38 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi


(12)

39 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 40 Hipertensi Normal Normal Normal Normal Normal

41 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

42 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 43 Normal Normal Normal Normal Hipertensi Normal 44 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 45 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 46 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 47 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 48 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 49 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 50 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 51 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 52 Normal Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal

53 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

54 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 55 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 56 Normal Normal Normal Normal Hipertensi Normal 57 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi

58 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

59 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

60 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi

61 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

62 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

63 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal

64 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

65 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Normal 66 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi

67 Normal Normal Normal Normal Normal Normal

68 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 69 Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 70 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi 71 Hipertensi Normal Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi


(13)

Lampiran 9 Hasil Analisa Data Gambaran Tekanan Darah Responden

PRE

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hiperten 47 66.2 66.2 66.2

Normal 24 33.8 33.8 100.0

Total 71 100.0 100.0

JAM 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hiperten 33 46.5 46.5 46.5

Normal 38 53.5 53.5 100.0

Total 71 100.0 100.0

JAM 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hiperten 44 62.0 62.0 62.0

Normal 27 38.0 38.0 100.0

Total 71 100.0 100.0

JAM 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hiperten 47 66.2 66.2 66.2

Hipotens 2 2.8 2.8 69.0

Normal 22 31.0 31.0 100.0


(14)

JAM 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hiperten 53 74.6 74.6 74.6

Hipotens 2 2.8 2.8 77.5

Normal 16 22.5 22.5 100.0

Total 71 100.0 100.0

POST

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Hiperten 41 57.7 57.7 57.7

Normal 30 42.3 42.3 100.0


(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

Lampiran 13 TAKSASI DANA

1. Print dan penjilidan proposal Rp 170.000,-

2. Konsumsi sidang proposal Rp 250.000,-

3. Perbanyak kuesioner Rp 100.000,-

4. Biaya transportasi Rp 200.000,-

5. Print dan jilid skripsi Rp 200.000,-

6. Biaya tak terduga Rp 100.000,-


(20)

Lampiran 14 RIWAYAT HIDUP

Nama : Lia Anggita Harahap

Tempat Tanggal Lahir : Padangsidimpuan, 27 Juli 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Suka Baru No. 20 Medan selayang Medan Email : liaharahap27@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 200120 Losungbatu Tahun 2000-2006 2. SMP Negeri 4 Padangsidimpuan Tahun 2006-2009 3. SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Tahun 2009-2012 4. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012-sekarang


(21)

(22)

(23)

41

DAFTAR PUSTAKA

Armiyati, Y. (2009). Komplikasi Intradialisis yang dialami Pasien CKD Saat

Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Depok:

Universitas Indonesia.

lib.ui.ac.id/file?file=digital/125548...Komplikasi%20intradialisis-HA.pdf diunduh 10 November 2015.

Brunner & Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol.2. Jakarta:EGC

Cahyaningsih, Niken D. (2011). Hemodialisis (cuci darah): Panduan Praktis

Perawatan Gagal Ginjal. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press.

Chazot, C., and Jean, G. (2010). Intradialytic Hypertension: It Is Time to Act.

Nephron Clin Pract. 115:c182–c188.

Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. (2007). Handbook of Dialysis. 4th ed. Phildelphia. Lipincott William & Wilkins.

Devenport, A. (2006). Intradialytic complications during hemodialysis.

Hemodialysis International. 10.162-167.

Grange, S., Hanoy, M., Roy, F, L., Guerrot,D., Godin, M. (2013). Monitoring of hemodialysis quality of care indicator: why is it important?. BMC

Nefrology. 14:109.

Indonesian Renal Registry (IRR), (2013). 5th Report of Indonesian Renal Registry

2011. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI).

Inrig, J.K., Patel, U.D., Toto, R.D., Szczech, L.A. (2009). AssLeeociation of Blood Pressure Increases During Hemodialysis With 2-Year Mortality in Incident Hemodialysis Patients: A Secondary Analysis of the Dialysis Morbidity and Mortality Wave 2 Study. Am J Kidney Dis. November; 54(5): 881–90.

Inrig, J.K. (2010). Intradialytic Hypertension: A Less-Recognized Cardiovascular Complication of Hemodialysis. Am J Kidney Dis. Maret;55(3):580-89. Jablonski, A. (2007). The multidimensi caracteristics of symptoms reported by

patients on hemodialysis. Nephrology Nursing Journal. 34 (1).29.

JNC 7 Express. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committee

onPrevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.National High Blood Pressure Education Program.NIH


(24)

42

Kooman, J., Basci, A., Pizzarelli, F., Canaud, B., Haage, P., Fouque, D et al. (2007). EBPG guideline on Haemodynamic instability. Nephrol Dial Transplant. 22: ii22–ii44

Landry, D.W., and Oliver, J.A. (2006). Blood pressure instability during hemodialysis. Kid Int. 69, 1710–11.

Locatelli, F., Cavalli, A., and Tucci, B. (2010). The growing problem of intradialytic Hypertension. Nephrol; 6: 41–8.

Mira R, Perazella, M.A., Parikh, C.R., Peixoto, A.J., & Brewster, U.C.(2008). Serum vasopressin response in patients with intradialytic hypotension:

Clin J Am Soc Nephrol 3: 729-735

National Kidney Foundation. (2005). KDOQI Clinical practice guidelines for

cardiovascular disease in Dialysis Patients. New York: NKF

National Kidney Foundation. (2006). Update Clinical Practice Guidelines and Recommendation Hemodialysis Adequacy.

National Kidney Foundation (2010). Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease for People with CKD Stage 1-4. New York: NKF

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

dan Praktik Edisi 4. EGC: Jakarta.

Rustanti. (2012). Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Gangguan

Kognitif pada Penderita Penyakit Ginjal Kronis. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada.

http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDet

ail&act=view&typ=html&buku_id=59058&obyek_id=4 diunduh 21

Agustus 2016.

Sato M, Horegome L, Chiba S, Furuta T, Miyasaki M. (2001). Autonomic insufficieny as a factor contributing to dialysis-induced hypotension.

Nephrol Dial Transplant.16:1657-62.

Shoji, T., Tsubakihara, Y., Fuji, M., Imai, E., (2004). Hemodialysis-associated hypoyension as independent risk factor for two year mortality in hemodialysis patients. Kidney Internasional, p1212–1220.


(25)

43

Stephen, M., An, D., Thakur, V., Zhang, R, & Reisiin, E. (2003). Hypertension in chronic dialysis patients: pathophysiology, monitoring, and treatment. The

American Journal of the Medical Sciences. 25 (4).194-20.

United States Renal Data System (USRDS). (2011). Annual Data Report: Atlas of

Chronic Kidney Disease and End-Stage Renal Disease in the United States, National Institutes of Health, National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, Bethesda, MD, 201

Zhou, Y.L., Liu, H.L., Duan, X.F., Yao, Y., Sun, Y., & Liu, Q. (2006). Impact of sodium and ultrafiltration profiling on haemodialysis related hypotension.


(26)

20

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Hemodialisis mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak pasien mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis, sehingga perlu dilakukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien saat menjalani hemodialisis adalah gangguan hemodinamik (Landry dan Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis (Grange, Hanoy, Roy, Guerrot, and Godin, 2013).

Tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis dalam penelitian ini adalah tekanan darah pasien yang dihitung setiap 1 jam selama proses hemodialisis. Tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis yang bisa terjadi yaitu normal, hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis.

Skema 3.1. Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis

Tekanan darah pasien saat menjalani

hemodialisis

Hipotensi Intradialisis

Normal


(27)

21

3.2. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional

Alat ukur Hasil Ukur Skala

Tekanan darah pasien saat

menjalani hemodialisis

Suatu nilai yang dinyatakan dalam satuan mmHg, terdiri dari 2 nilai yaitu sistolik dan diastolik, dan dihitung setiap 1 jam selama proses

hemodialisis.

Sphygmomanometer Nilai tekanan darah dalam satuan mmHg Hipotensi intradialisis: Sistolik <90 mmHg dan diastolik <60 mmHg

Normal: Sistolik 90-139 mmHg dan diastolik 60-89 mmHg Hipertensi intradialisis: Sistolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg


(28)

22

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk mendiskripsikan gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2. Populasi, Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hemodialisis regular di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berjumlah 150 orang.

4.2.2. Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2009) sebagai berikut:

n = 2

) (

1 N d

N  Keterangan :

n : besar sampel N : besar populasi


(29)

23

Besar sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus diatas adalah:

n = 2

) (

1 N d

N

n = 2

) 05 , 0 ( 150 1 150  n = 375 , 0 1 150  n = 375 , 1 150

n = 109

Jumlah populasi (N=150) dan target kepercayaan yang digunakan 0,05 (d=0.05) maka jumlah sampel yang diperlukan minimal 109 orang. Sampel yang didapat peneliti selama penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan berjumlah 71 orang, jumlah ini kurang dari jumlah minimal yang diperlukan.

4.2.3. Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu mengambil sampel dari pasien hemodialisis regular yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Pasien berusia ≥18 tahun

2. Pasien yang menjalani hemodialisis terjadwal dengan frekuensi 2x seminggu.


(30)

24

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan pada tanggal 17 Mei 2016-17 Juni 2016.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini hanya melibatkan sampel atau responden yang mau terlibat secara sadar dan tanpa paksaan. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kepada responden. Selanjutnya peneliti meminta persetujuan responden untuk terlibat dalam penelitian. Responden yang setuju diminta untuk menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Peneliti menerapkan prinsip-prsip etik dalam penelitian ini.

Pertimbangan etik yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti meyakini bahwa responden harus dilindugi, dengan memperhatikan aspek-aspek:

a. Self determination yaitu responden diberi kebebasan untuk menentukan

apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian secara suka rela. b. Anonymity, yaitu nama dari responden tidak dituliskan sebagai gantinya

peneliti menggunakan kode responden untuk menjaga kerahasian identitas responden.

c. Informed Consent, peneliti menjelaskan tujuan dan tindakan yang

dilakukan dalam penelitian terhadap responden, jika responden bersedia diteliti maka diminta untuk menandatangi lembar persetujuan menjadi


(31)

25

responden, peneliti tidak memaksa dan menghormati subjek yang menolak untuk diteliti

4.5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur tekanan darah yaitu sphygmomanometer. Hasil yang didapat peneliti ditulis dalam lembar pengkajian yang berisi kode responden dan tabel untuk mendokumentasikan pengukuran tekanan darah responden saat menjalani hemodialisis.

4.6. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran bila pengukuran dilakukan berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008).

Sphygmomanometer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Spygmomanometer digital yang sesuai standar alat medis yang bersertifikat dan

telah diuji reliabilitasnya oleh pabrik dengan kalibrasi. 4.7. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan surat permohonan ijin melakukan penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(32)

26

2. Mendapatkan ijin penelitian dari Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Meminta ijin kepada kepala ruangan, mensosialisasikan maksud dan tujuan penelitian kepada kepala ruangan dan perawat ruangan.

4. Menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. 5. Meminta kesedian responden untuk menjadi sampel penelitian

dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian terhadap responden.

6. Responden yang bersedia menjadi sampel penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

7. Melengkapi data demografi pasien dengan wawancara pada lembar dokumentasi.

8. Mengukur tekanan darah pasien hemodialisis pada periode prehemodialisis, intradialisis, dan posthemodialisis. Tekanan darah intradialisis diukur setiap 1 jam selama hemodialisis berlangsung. 4.8. Pengolahan dan Analisa Data

4.8.1. Pengolahan data


(33)

27

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di

peroleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data.

Pemberian kode sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

c. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data kedalam program computer

agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat tabel kontingensi.

d. Cleaning Data

Cleaning data merupakan kegiatan pengecakan kembali data yang sudah

dimasukkan kedalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan sehingga data siap dianalisis.

4.8.2. Analisa data

Setelah semua data terkumpul dan diperiksa kelengkapannya selanjutnya dilakukan analisis data univariat. Tujuan analisis univariat adalah untuk


(34)

28

mendeskripsikan tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis. Data diolah menggunakan komputerisasi dalam uji deskriptif untuk mengetahui frekuensi dan persentase.


(35)

29

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini dimulai pada tanggal 17 Mei 2016 sampai dengan tanggal 17 Juni 2016 di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan jumlah responden 71 orang.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Distribusi Karakteristik Data Demografi Responden

Distribusi karakteristik pasien hemodialisis pada penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, dan lama menjalani hemodialisis. Karakteristik responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki yaitu sebanyak 46 orang (64,8%). Rentang usia 56-65 tahun (lansia) adalah rentang usia pasien hemodialisis terbanyak yaitu 22 orang (31%). Pasien yang menjalani hemodialisis >8 Bulan berdasarkan karakteristik lama menjalani hemodialisis adalah yang terbanyak yaitu sebanyak 58 orang (81,7%).


(36)

30

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan (N=71) No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

1. Jenis Kelamin

Laki-laki 46 64,8

Perempuan 25 35,2

Total 71 100

2. Usia

17-25 (remaja akhir) 6 8,45

26-35 (dewasa awal) 8 11,3

36-45 (dewasa akhir) 13 18,3

46-55 (lansia awal) 16 22,5

56-65 (lansia akhir) 22 31

>65 (manula) 6 8,45

Total 71 100

3. Lama Menjalani Hemodialisis

≤ 8 Bulan 13 18,3

> 8 Bulan 58 81,7


(37)

31

5.1.2. Distribusi Gambaran Tekanan Darah Responden Selama Hemodialisis Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat

Predialisis dan Postdialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan (N=71)

Tekanan darah

Waktu pengukuran dan frekuensi

Pre hemodialisis Post hemodialisis

f % f %

Hipotensi - - - -

Normal 24 33,8 30 42,3

Hipertensi 47 66,2 41 57,7

Total 71 100 71 100

Data distribusi frekuensi dan persentase tekanan darah pasien saat predialisis dan postdialisis yang dijelaskan dalam tabel 5.2. menunjukkan hasil pegukuran tekanan darah pasien saat predialisis adalah sebanyak 47 pasien (66,2%) mengalami hipertensi, dan 24 pasien (33,8%) dengan tekanan darah normal. Hasil pengukuran tekanan darah postdialisis adalah sebanyak 41 pasien (57,7%) mengalami hipertensi, dan 30 pasien (42,3%) dengan tekanan darah normal.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat Intradialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan (N=71)

Tekanan Darah Frekuensi (f) %

Hipotensi intradialisis 2 2,8

Normal 16 22,5

Hipertensi intradialisis 53 74,7


(38)

32

Hasil pengukuran tekanan darah pasien saat intradialisis adalah sebanyak 53 pasien (74,7%) mengalami hipertensi intradialisis, 2 pasien (2,8%) mengalami hipotensi intradialisis dan 16 pasien (22,5%) dengan tekanan darah normal.

Distribusi tekanan darah darah pasien setiap jam saat intradialisis adalah sebagai berikut :

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat Intradialisis Setiap Satu Jam di RSUP Haji Adam Malik Medan (N=71)

Tekanan darah

Waktu pengukuran dan frekuensi kejadian Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4

F % f % f % f %

Hipotensi intradialisis - - - - 2 2,8 2 2,8

Normal 38 53,5 27 38 22 31 16 22,5

Hipertensi intradialisis 33 46,5 44 62 47 66,2 53 74,7

Total 71 100 71 100 71 100 71 100

Pengukuran tekanan darah yang dilakukan setiap satu jam saat intradialisis menunjukkan terjadinya hipertensi dan hipotensi pada pasien hemodialisis. Pengukuran tekanan darah pada jam pertama hipertensi intradialisis dialami oleh 33 pasien (46,5%), dan 38 pasien (53,5%) dengan tekanan darah normal. Pengukuran jam kedua sebanyak 44 pasien (62%) mengalami hipertensi intradialisis, dan 27 pasien (38%) dengan tekanan darah normal. Jam ketiga pengukuran tekanan darah terdapat 2 pasien (2,8%) yang mengalami hipotensi intradialisis, 47 pasien (66,2%) mengalami hipertensi intradialisis, dan 22 pasien (31%) dengan tekanan darah normal. Pengukuran jam keempat juga terdapat 2 pasien (2,8%) yang mengalami hipotensi intradialisis, 53 pasien (74,7%)


(39)

33

mengalami hipertensi Intradialisis, dan 16 pasien (22,5%) dengan tekanan darah normal.

5.2. Pembahasan

Pedoman dari NKF K/DOQI (2005) menyebutkan target tekanan darah pada predialysis adalah lebih rendah dari 140/90 mmHg dan diharapkan tetap stabil saat pasien menjalani hemodialisis (intradialysis). Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 47 pasien (66,2%) mengalami hipertensi pada predialisis. Menurut National Kidney Foundation-The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF/KDOQI, 2010) lebih dari separuh pasien Penyakit Ginjal Kronik menderita hipertensi, sehingga banyak dijumpai pasien yang mengalami hipertensi pada predialisis.

Tekanan darah post dialisis diharapkan lebih rendah dari 130/80 mmHg (NKF K/DOQI, 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 41 orang (57,7%) mengalami hipertensi saat postdialisis. Tingginya kejadian hipertensi postdialisis pada penelitian ini kemungkinan karena terjadinya hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis saat hemodialisis berlangsung. NKF K/DOQI (2006) menyebutkan hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis dapat menyebabkan hemodialisis tidak adekuat. Hemodialisis yang tidak adekuat menyebabkan setelah hemodialisis masih ditemukan gejala seperti hipertensi (Cahyaningsih, 2011).

Hasil pengukuran tekanan darah intradialisis yang dilakukan setiap jam menunjukkan kejadian hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis.


(40)

34

Hipotensi intradialisis dialami oleh 2,8% pasien. Hasil ini lebih rendah dibandingkan rujukan teori yang menyebutkan frekuensi hipotensi intradialisis adalah 20-30% dari seluruh hemodialisis (Daugirdas, et al, 2007). Meskipun demikian hasil penelitian ini hampir sama dengan yang dilaporkan Devenfort (2006) bahwa frekuensi hipotensi intradialisis sekitar <5%-40%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang mengalami hipotensi intradialisis berusia 56-65 tahun (lansia akhir). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Handayani (2013) yang menunjukkan bahwa sebagaian besar pasien yang mengalami hipotensi intradialisis berusia 56-65 tahun yaitu sebanyak 66,7%.

NKF KDOQI (2005) menyebutkan bahwan pasien yang beresiko mengalami hipotensi intradialisis adalah pasien dengan usia ≥ 65 tahun. Pedoman NKF KDOQI (2005) tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukan hipotensi dialami oleh pasien berusia 56-65 tahun.

Hipotensi intradialisis yang terjadi pada pasien berusia 56-65 tahun dalam penelitian ini dapat diakibatkan oleh faktor-faktor lain dimana menurut Kooman et al.,(2007) penyebab hipotensi intradialisis adalah multifaktor. Hipotensi intradialisis yang terjadi pada pasien berusia 56-65 tahun dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain berupa penyakit diabetes, laju ultrafiltrasi yang tinggi, sesi hemodialisis yang pendek dan makan selama sesi hemodialisis. Hasil observasi peneliti selama penelitian pasien yang mengalami hipotensi intradialisis adalah pasien dengan penyakit diabetes melitus, makan selama hemodialisis dan lama


(41)

35

sesi hemodialisis adalah 4 jam dengan frekuensi hemodialisis 2 kali seminggu. Hal ini bisa menjadi faktor-faktor lain penyebab hipotensi intradialisis sesuai dengan pendapat Kooman et al., (2007)

.Hipotensi intradialisis pada penelitian ini terjadi pada jam ketiga dan keempat. Hasil penelitian Mira, Perazella, Parikh, Peixoto, dan Brewster (2008) juga menunjukkan bahwa hipotensi intradialisis dialami pasien setiap jam dan lebih banyak dialami pada jam ketiga dan keempat yaitu sebesar 50% pasien.

Salah satu faktor penyebab hipotensi intradialisis yang paling dominan adalah berkurangnya volume sirkulasi darah karena ultrafiltrasi (Kooman et al., 2007). Hasil penelitian Zhou, et al (2006) menunjukkan bahwa nilai relative blood volume (RBV) mengalami penurunan paling tinggi pada jam terakhir hemodialisis. Tubuh akan berespon terhadap penurunan volume darah. Respon untuk mempertahankan hemodinamik tubuh karena penurunan volume darah tersebut adalah takikardi serta vasokontriksi arteri dan vena (Kooman et al., 2007). Faktor-faktor penyebab hipotensi intradialisis diatas dapat menggangu respon kardiovaskuler untuk mencegah terjadinya hipotensi intradialisis. Jika tubuh tidak mampu berespon secara adekuat terhadap penurunan volume darah saat hemodialisis maka akan terjadi hipotensi intradialisis (Kooman et al., 2007).

Penyakit diabetes melitus memperberat disfungsi saraf otonom yang telah ada pada penderita Penyakit Ginjal Kronik karena uremia kronis (dimana salah satu mekanisme kompensasi terhadap penurunan volume darah diatur oleh saraf


(42)

36

otonom), sehingga penyakit diabetes melitus berperan sebagai penyebab hipotensi intradialisis (Sato et al., 2001).

Mayoritas responden mengalami hipertensi intradialisis saat menjalani hemodialisis. Hipertensi intradialisis bukan common complication saat menjalani hemodialisis (Daugirdas et al, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan Inrig et al, (2009) menunjukkan bahwa hipertensi intradialisis dialami oleh 13% pasien. Namun penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda. Hipertensi intradialisis dalam penelitian ini dialami oleh 53 pasien (74,7%). Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armiyati (2012) yang menunjukan bahwa 70% pasien mengalami hipertensi intradialisis selama hemodialisis.

Hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi hipertensi intradialisis mengalami peningkatan secara bertahap setiap jam. Hipertensi intradialisis paling banyak dialami pada jam keempat yaitu sebanyak 53 pasien (74,7%). Hasil penelitian Armiyati (2012) juga menunjukkan bahwa frekuensi hipertensi intradialisis mengalami peningkatan secara bertahan setiap jam dan paling banyak dialami pada jam keempat yaitu sebanyak 70% pasien.

Tingginya kejadian hipertensi intradialisis pada penelitian ini kemungkinan karena kebanyakan responden sudah menjalani hemodialisis >8 bulan yaitu sebanyak 58 orang (81,7%). Hal ini sejalan dengan pernyataan Lee & Ganiesh (2011) dalam Rustanti (2012), semakin lama penderita menjalani hemodialisis maka akan semakin sering mengalami komplikasi hemodialisis baik


(43)

37

akut maupun kronis. Hipertensi intradialisis merupakan salah satu komplikasi akut saat menjalani hemodialisis.

Mekanisme hipertansi intradialisis sampai saat ini masih belum sepenuhnya diketahui. Faktor-faktor yang diduga dapat menyebabkan hipertensi intradialisis, seperti kelebihan cairan (volume overload), aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS) karena diinduksi oleh hipovolemia saat dilakukan ultrafiltrasi, overaktivitas simpatis, variasi dari ion K+ dan Ca2+ saat hemodialisis, viskositas darah yang meningkat karena diinduksi oleh terapi eritropoeitin, ultrafiltrasi yang berlebih saat hemodialisis, obat antihipertensi terekskresikan saat hemodialisis dan adanya disfungsi endotel (Locatelli et al., 2010).

Hasil penelitian oleh Inrig et al., (2010) menunjukkan faktor penyebab hipertensi intradialisis yang paling berpengaruh adalah kelebihan cairan, aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron, ultrafiltrasi yang berlebihan, serta disfungsi endotel. Pada pasien Penyakit Ginjal Kronik terdapat disfungsi endotel sehingga akan terjadi ketidakseimbangan faktor-faktor humoral pada sel endotel. Ultrafiltrasi yang berlebih diduga akan membuat faktor-faktor humoral pada sel endotel menjadi lebih tidak seimbang lagi. Hal tersebut menyebabkan peningkatan ADMA (asymmetric dimethylarginine) yang merupakan inhibitor sekresi NO (Nitric Oxide), sehingga akan terjadi penurunan kadar NO. Nitric oxide sendiri merupakan vasodilator yang berperan dalam mekanisme pencegahan kenaikan tekanan darah. Ketidakseimbangan tersebut juga menyebabkan peningkatan ET-1 (Endothelin-1) yang merupakan vasokonstriktor. Ketidakseimbangan tersebut


(44)

38

akan menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi vaskuler yang selanjutnya akan menyebabkan hipertensi intradialisis.

Ultrafiltrasi yang berlebih kemungkinan besar disebabkan karena asupan makanan dan cairan yang berlebih saat masa interdialitik (waktu diantara dua sesi hemodialisis). Hal ini akan menyebabkan kelebihan berat badan interdialitik sehingga untuk mencapai target berat badan kering jumlah cairan yang ditarik akan semakin besar. Ultrafiltrasi berlebih selain memicu ketidakseimbangan faktor-faktor humoral pada sel endotel juga diduga memicu hypovolemia. Hipovelemia yang terjadi akan memicu pengaktivan system RAAS (Sistem Renin Angiotensi Aldosteron) sehingga terjadi oversekresi Renin dan Angiotensin II yang akhirnya akan menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler sehingga terjadi hipertensi intradialisis (Chazot & Jean, 2010).

Stephen, An, Thakur, Zhang dan Reisin (2003) menyebutkan hipertensi intradialisis berkontribusi terhadap peningkatan kejadian gagal jantung dan kematian pasien. Studi yang dilakukan oleh Inrig, et al (2009) menunjukkan bahwa setiap peningkatan tekanan darah >10 mmHg selama hemodialisis meningkatkan resiko mortalitas dan rawat inap di rumah sakit.

Agarwal & Light (2010) membuktikan bahwa hipertensi intradialisis dapat dijadikan sebagai penanda kelebihan volume cairan. Inrig et al., (2009) menyatakan bahwa penilaian berat badan kering secara berkala juga edukasi tentang asupan cairan perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kelebihan cairan yang akan memicu terjadinya hipertensi intradialisis.


(45)

39

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

6.1. Kesimpulan

Tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis adalah kebanyakan mengalami hipertensi intradialisis. Frekuensi hipertensi intradialisis meningkat secara bertahap setiap jam dan paling banyak dialami pada jam keempat.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Pasien

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi bagi pasien tentang bagaimana tekanan darahnya saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan sehingga pasien mengetahui keadaannya bermasalah atau tidak, sehingga pasien dapat melakukan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi seperti mengunjungi unit hemodialisis sesuai dengan jadwal terapi, pengaturan diet nutrisi dan pembatasan cairan.

6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan bahan evaluasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui monitoring berkelanjutan selama hemodialisis, pendidikan kesehatan dan kolaborasi.


(46)

40

Mengkaji, memantau dan memberikan edukasi kepada pasien hemodialisis adalah tugas paling penting yang harus dilakukan perawat sehingga dapat mencegah atau mengantisipasi terjadinya komplikasi intradialisis.

Mengkaji tekanan darah pasien saat predialisis dan postdialisis, memantau tekanan darah pasien setiap jam saat intradialisis, dan memberikan edukasi kepada pasien adalah hal yang harus dilakukan perawat untuk mengantisipasi kejadian hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis selama hemodialisis.

6.3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah jumlah sampel yang didapat oleh peneliti belum memenuhi jumlah sampel minimal yang diperlukan sesuai rumus perhitungan menggunkan rumus Slovin.


(47)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hemodialisis

Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal (Daugirdas, et al., 2007).

Pasien hemodialisis dirawat di rumah sakit atau unit hemodialisis dimana mereka menjadi pasien rawat jalan. Pasien membutuhkan waktu 12-15 jam hemodialisis setiap minggunya yang terbagi dalam dua atau tiga sesi dimana setiap sesi berlangsung selama 3-6 jam. Hemodialisis akan berlangsung terus menerus seumur hidup kecuali pasien tersebut melakukan transplantasi ginjal (Brunner & Suddart, 2001).

2.1.1. Indikasi hemodialisis

Menurut pedoman NKF K/DOQI, hemodialisis dialakukan jika GFR <15 ml/menit atau dijumpai salah satu atau lebih dari hal berikut: 1) Gejala klinis uremia yang nyata, meliputi: letargi, anoreksia, nausea, mual dan muntah; 2) Kalium serum < 6 mEq/L; 3) Ureum darah >200mg/dL; 3) pH darah <7,1 ; 4) Anuria berkepanjangan (>5hari), 5) Fluid overloaded .


(48)

9

2.1.2. Prinsip Kerja Hemodialisis

Hemodialisis terdiri dari 3 kompartemen: 1) kompartemen darah; 2) kompartemen cairan pencuci (dialisat), dan 3) ginjal buatan (dialiser). Darah dikeluarkan dari pembuluh darah vena dengan kecepatan aliran tertentu, kemudian masuk ke dalam mesin dengan proses pemompaan. Setelah terjadi proses dialisis, darah yang telah bersih ini masuk ke pembuluh balik, selanjutnya beredar di dalam tubuh. Proses dialisis (pemurnian) darah terjadi dalam dialiser (Daugirdas, et al., 2007).

Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodilaisis, yaitu: difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara berpindah dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat berisi elekterolit dengan konsetrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat (dialysate bath) secara tepat (Brunner & Suddart, 2001).

Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan dengan menciptakan gradien tekanan. Air berpindah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif pada mesin dialisis merupakan kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat


(49)

10

mengekskresikan air, tekanan negative diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan) (Brunner & Suddart, 2001).

Sistem dapar (buffer system) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi cariran dialisat ke dalam darah pasien dan mengalami metabolism untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembulu vena pasien (Brunner & Suddart, 2001).

Gambar 1. Proses hemodialisis dalam Treatment Methods for Kidney


(50)

11

2.1.3. Komplikasi selama hemodialisis

Tindakan hemodialisis saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak pasien mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis, sehingga perlu dilakukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien saat menjalani hemodilaisis adalah gangguan hemodinamik (Landry & Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis (Grange et al., 2013).

Table 1. Komplikasi Selama Hemodialisis (Daugirdas et al., 2007)

Sering Jarang

Hipotensi intradialisis Kram otot

Mual dan muntah Sakit kepala Nyeri dada Nyeri punggung Gatal

Demam Menggigil

Hipertensi Intradialisis

Dialysis Disequilibrium Syndrome

Aritmia

Temponade jantung Perdarahan intrakranial Kejang

Hemolisis Emboli udara


(51)

12

2.2. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan kekuatan pada dinding arteri ketika darah didorong dengan tekanan dari jantung. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta disebut tekanan darah sistolik. Tekanan saat ventrikel rileks, disebut tekanan darah diastolik (Potter & Perry, 2005).

2.2.1. Tekanan Darah Normal

The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 menyebutkan batas normal tekanan

darah adalah tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg.

2.2.2. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik turun sampai 90 mmHg atau lebih rendah. Gejala klinis yang bisa dilihat akibat hipotensi adalah sering pusing, cepat lelah, penglihatan kurang jelas apabila merubah posisi, dan berkeringat dingin (Potter & Perry, 2005).

2.2.3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali atau lebih pengukuran pada waktu yang berbeda (Potter & Perry, 2005).


(52)

13

The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 menyebutkan hipertensi dibedakan

berdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik yaitu sebagai berikut: a) Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg; b) Prehipertensi bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg; c) Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg; d) Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg.

2.3. Tekanan Darah Saat Menjalani Hemodialisis

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien saat menjalani hemodialisis adalah gangguan hemodinamik (Landry & Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis (Grange et al., 2013).

Tekanan darah pasien bisa normal saat memulai hemodialisis, kemudian meningkat sehingga pasien menjadi hipertensi saat dan pada akhir hemodialisis. Bisa juga pada saat memulai hemodialisis tekanan darah pasien sudah tinggi dan meningkat pada saat hemodialisis, hingga akhir dari hemodialisis. Peningkatan tekanan darah ini bisa berat sampai terjadi krisis hipertensi (Chazot & Jean, 2010). Perawat perlu memantau tekanan darah pasien selama menjalani hemodialisis untuk mengetahui perubahan tekanan darah dari jam ke jam, sehingga dapat mengantisipasi sedini mungkin kejadian komplikasi (Armiyati,


(53)

14

2012). Pengukuran tekanan darah pada pasien hemodialisis dilakukan sebelum menjalani hemodialisis (predialysis), saat atau selama menjalani hemodialisis (intradialysis), dan setelah hemodialisis (postdialysis).

Pedoman dari NKF K/DOQI menyebutkan tekanan darah yang diharapkan pada predialysis adalah lebih rendah dari 140/90 mmHg dan tekanan darah pada

postdialysis lebih rendah dari 130/80 mmHg.

Tekanan darah saat menjalani hemodialisis (intradialysis) yang bisa terjadi:

2.3.1. Normal

Berdasarkan JNC VII batas normal tekanan darah adalah tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg. Pedoman dari NKF K/DOQI menyebutkan target tekanan darah pada predialysis adalah lebih rendah dari 140/90 mmHg dan diharapkan tetap stabil saat pasien menjalani hemodialisis (intradialysis).

2.3.2. Hipotensi Intradialisis 2.3.2.1. Defenisi dan Prevalensi

Pedoman dari NKF KDOQI, mendefenisikan hipotensi intradialisis sebagai penurunan tekanan darah sistolik ≥20 mmHg atau penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) >10 mmHg yang menyebabkan munculnya gejala

seperti: perasaan tidak nyaman pada perut (abdominal discomfort); menguap (yawning); sighing; mual; muntah; kram otot; gelisah; pusing dan kecemasan.


(54)

15

Hipotensi intradialisis adalah komplikasi yang paling sering terjadi selama hemodialisis yaitu dialami 20-30% pasien hemodialisis (Daugirdas et al, 2007). Hasil penelitian Armiyati (2012) 26% pasien mengalami hipotensi intradialisis saat menjalani hemodialisis.

Hipotensi intradialisis merupakan komplikasi yang perlu mendapatkan perhatian serius karena akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan (serebral, renal, miokard, perifer). Hipotensi intradialisis yang tidak diatasi akan membahayakan pasien, karena menyebabkan pengiriman nutrisi dan oksigen ke organ vital seperti otak, jantung, ginjal dan organ lain akan berkurang bahkan dapat mengakibatkan kerusakan (Armiyati 2012). Hasil penelitian Shoji, Tsubakihara, Fujii, Imai (2004) menunjukkan hipotensi intradialisis meningkatkan mortalitas pasien hemodialisis.

2.3.2.2. Etiologi

Faktor penyebab hipotensi intradialisis adalah: 1) kecepatan ultrafiltrasi yang tinggi; 2) waktu dialisis yang pendek dengan kecepatan ultrafiltrasi yang tinggi; 3) Disfungsi jantung (disfungsi diastolik, aritmia, iskemik, temponade, infark); 4) Disfungsi otonom (diabetes, uremia); 5) Terapi antihipertensi; 5) Tingginya substansi vasoaktif endogen; 6) Makan selama hemodialisis; 7) Tidak akurat dalam penentuan berat badan kering; 8) Luasnya permukaan membran dialiser; 9) Kelebihan cairan dan Penarikan cairan yang berlebihan; 10) hipokalsemia dan hipokalemia; 11) Dialisat yang tidat tepat diantaranya suhu


(55)

16

dialisat yang tinggi, kadar natrium rendah dialisat asetat; 12) Perdarahan, anemia, sepsis dan hemolisis (Daugirdas et al,. 2007)

Pedoman NKF KDOQI (2005) menyebutkan pasien-pasien hemodialisis yang perlu dievalusi dengan hati-hati karena beresiko mengalami hipotensi intradialisis adalah : 1) Pasien dengan diabetes CKD (chronic kidney disease) stadium 5; 2)Pasien dengan penyakit kardiovaskuler: LVH dan disfungsi distolik dengan atau tanpa CHF: pasien dengan penyakit katup jantung: pasien dengan penyakit pericardium; 3) Pasien dengan status nutrisi yang buruk; dan hipoalbuminemia; 4) Pasien dengan uremic neuripathy; 5) Pasien dengan anemia berat; 6) Pasien yang membutuhkan volume ultrafiltrasi yang lebih besar; misal pada pasien dengan berat badan yang melebihi interdialytic weight gain; 7) Pasien dengan usia ≥ 65 tahun, dan 8) Pasien dengan tekanan darah sistolik predialisis < 100 mmHg.

2.3.2.3. Penanganan

Penanganan hipotensi intradialisis adalah dengan cara: menempatkan pasien dalam posisi trendelenburg, memberikan infus NaCl 0,9% bolus, menurunkan ultrafiltrsion Rate (UFR) dan kecepatan aliran darah (quick of blood) serta menghitung ulang cairan yang keluar. Hipotensi intradialisis dapat dicegah oleh perawat dengan cara: melakukan pengkajian berat badan kering secara regular, menghitung UFR secara tepat dan menggunakan kontrol UFR, menggunakan dialisat bikarbonat dengan kadar natrium yang tepat, mengatur suhu dialisat secara tepat, monitoring tekanan darah serta observasi volume darah dan


(56)

17

hematokrit selama proses hemodialisis. Memberikan edukasi tentang pentingnya menghindari konsumsi antihipertensi dan makan saat dialisis juga dapat mencegah hipotensi intradialisis (Daugirdas et al,. 2007)

2.3.3. Hipertensi Intradialisis

2.3.3.1. Defenisi dan Prevalensi

Hipertensi intradialisis adalah apabila tekanan darah saat dialisis ≥140/90 mmHg atau terjadi peningkatan tekanan pada pasien yang sudah mengalami hipertensi pradialisis. Pasien juga dikatakan mengalami hipertensi intradialisis jika nilai Mean Arterial Pressure (MAP) selama hemodialisis 107 mmHg atau terjadi peningkatan MAP pada pasien yang nilai MAP pradialisis diatas normal. Hipertensi intradialisis bukan common complication saat pasien menjalani hemodialisis (Daugirdas, Blake, & Ing, 2007)

Hipertensi Intradialisis merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada pasien hemodialisis. Hasil penelitian Chazot & Jean (2010) menunjukkan 10% pasien mengalami hipertensi intradialisis saat menjalani hemodialisis. Hasil penelitian Armiyati (2012) di Yogyakarta menunjukkan hipertensi intradialisis dialami oleh 80% pasien. Tingginya hipertensi intradialisis dalam penelitian Armiyati cukup berbeda dari penelitian lain yang menyebutkan bahwa kejadian hipertensi intradialisis tidak banyak dialami pasien. Armiyati menyebutkan tingginya hipertensi intradialisis dalam penelitiannya kemungkinan karena sebagian besar pasien (92%) memiliki rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pradialisis diatas normal.


(57)

18

Stephen et al., (2003) menyebutkan hipertensi intradialisis berkontribusi terhadap peningkatan kejadian gagal jantung dan kematian pasien. Studi yang dilakukan oleh Inrig et al., (2009) menunjukkan bahwa setiap peningkatan tekanan darah >10 mmHg selama hemodialisis meningkatkan resiko mortalitas dan rawat inap di rumah sakit.

2.3.3.2. Etiologi

Chazot & Jean, (2010) menyebutkan hal yang diduga sebagai penyebab hipertensi intradialisis sebagai berikut: 1) Fluid overload; 2) Aktivasi sistem renin

angiotensin aldosteron karena diinduksi oleh hipovolemia saat dilakukan

ultrafiltrasi; 3) Sympathetic overactivity; 4)Variasi dari ion K+ dan Ca2+ saat hemodialisis; 4) Vikositas darah yang meningkat karena diinduksi oleh terapi eritropoeitin; 5) Obat antihipertensi terekskresikan saat hemodialisis; 7) Disfungsi endotel.

2.3.3.3. Penanganan

Penanganan pertama terhadap hipertensi intradialisis adalah membatasi peningkatan berat badan antar dialisis dan menurunkan secara bertahap berat badan kering. Hal ini bisa dicapai melalui konseling diet, pembatasan konsumsi garam dan ultrafiltrasi yang agresif saat hemodialisis. Penentuan cairan yang akan ditarik saat hemodialisis memerlukan panduan dengan alat yang non invasif seperti bioimpedance, inferior vena cava ultrasonography, atau monitor volume darah. Penarikan cairan harus hati-hati untuk menghindari instabilitas hemodinamik. Diperlukan hemodialisis yang lebih lama dan sering untuk untuk


(58)

19

menghindari komplikasi dari ultrafiltrasi yang berlebihan saat hemodialisis. Secara teori memperpanjang waktu dialisis dan penentuan ultrafiltration rate (UFR) yang tepat sangat diperlukan dalam penanganan hipertensi intradialisis (Chazot & Jean, 2010).

Penanganan hipertensi Intradialisis pada pasien hemodialisis berdasarkan pedoman NKF K/DOQI adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan kesehatan dan konseling yang yang teratur oleh ahli gizi; 2)Asupan natrium yang rendah (2-3g/hari); 3)Peningkatan Ultrafiltrasi 4) Memperpanjang lama hemodialisis; 5) Hemodialisis dilakukan lebih dari 3 kali/minggu; 6) Pemberian obat-obatan yang dapat mengurangi nafsu makan garam (salt appetite), dan 6) pemberian obat antihipertensi.


(59)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hemodialisis merupakan suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, dan zat-zat lain melalui membran semipermeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Pasien hemodialisis dirawat di rumah sakit atau unit hemodialisis dimana mereka menjadi pasien rawat jalan dan membutuhkan waktu 12-15 jam hemodialisis setiap minggunya yang terbagi dalam dua atau tiga sesi, setiap sesi berlangsung selama 3-6 jam. Hemodialisis akan berlangsung terus menerus seumur hidup kecuali pasien tersebut melakukan transplantasi ginjal (Brunner & Suddart, 2001).

Data USRDS (United State Renal Data System) tahun 2011 menunjukkan lebih dari 380.000 orang Amerika menjalani hemodialisis regular pada tahun 2009. Data Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012, sebanyak 22.304 pasien menjalani hemodialisis tahun 2011, dan terjadi peningkatan sebanyak 6.478 pasien tahun 2012, sehingga terdapat 28.782 pasien yang menjalani hemodialisis pada tahun 2012, dari 28.782 pasien tersebut dilaporkan 3.332 pasien meninggal, 1.335 berhenti hemodialisis tanpa keterangan, dan 70 pasien ganti terapi di tahun yang sama.


(60)

2

Hemodialisis mengalami perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak pasien mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis, sehingga perlu dilakukan pemantauan yang konstan untuk mendeteksi berbagai komplikasi yang terjadi. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien saat menjalani hemodialisis adalah gangguan hemodinamik (Landry & Oliver, 2006). Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis (Grange, Hanoy, Roy, Guerrot, & Godin, 2013). Gangguan hemodinamik saat hemodialisis bisa disebabkan oleh tindakan dialisis yang diberikan seperti: sesi hemodialisis yang pendek, laju ultrafiltrasi yang tinggi, temperatur dialisat yang tinggi, dan konsentrasi sodium dialisat yang rendah (Kooman et al., 2007).

Faktor penyebab hipotensi intradialisis yang paling dominan adalah berkurangnya volume sirkulasi darah karena ultrafiltrasi, penurunan osmolalitas ekstraseluler dengan cepat yang berhubungan dengan perpidahan sodium, dan ketidakseimbangan antara ultrafiltrasi dan plasma refilling. Tubuh akan berespon terhadap penurunan volume darah karena ultrafiltrasi untuk mempertahankan hemodinamik tubuh melalui sistem kardiovaskuler (Kooman et al., 2007).

Respon kardiovaskuler untuk mempertahankan hemodinamik tubuh karena penurunan volume darah adalah takikardi serta vasokontriksi arteri dan vena yang merupakan respon dari cardiac underfilling dan hipovolemia. Jika tubuh tidak mampu berespon secara adekuat terhadap penurunan volume darah saat hemodialisis maka akan terjadi hipotensi intradialisis (Kooman et al., 2007).


(61)

3

Mekanisme terjadinya hipertensi intradialisis saat hemodialisis sampai saat ini belum sepenuhnya diketahui. Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab hipertensi intradialisis seperti aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron system (RAAS) karena diinduksi oleh hipovolemia saat dilakukan ultrafiltrasi (UF), overaktif dari simpatis, variasi dari ion K+ dan Ca2+ saat hemodialisis, viskositas darah yang meningkat karena diinduksi oleh terapi eritropoeitin (EPO), fluid

overload, peningkatan cardiac output (COP), obat antihipertensi yang ditarik saat

hemodialisis dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh endothelin-1(ET-1). Faktor yang paling umum diketahui sebagai penyebab hipertensi intradialisis adalah stimulasi RAAS oleh hipovolemia yang disebabkan oleh ultrafiltrasi yang berlebihan saat hemodialisis dan variasi dari kadar elektrolit terutama kalsium dan kalium (Chazot & Jean, 2010).

Hasil penelitian Armiyati (2012) menunjukan 70% pasien mengalami hipertensi intradialisis dan 26% mengalami hipotensi intradialisis saat menjalani hemodialisis. Hipotensi intradialisis paling banyak dialami pasien pada jam pertama hemodialisis dan paling sedikit pada jam ke empat. Hipertensi intradialisis paling banyak dialami pasien pada jam ke empat.

Tekanan darah pasien bisa normal saat memulai hemodialisis, kemudian meningkat sehingga pasien menjadi hipertensi saat dan pada akhir hemodialisis. Bisa juga pada saat memulai hemodialisis tekanan darah pasien sudah tinggi dan meningkat pada saat hemodialisis, hingga akhir dari hemodialisis. Peningkatan tekanan darah ini bisa berat sampai terjadi krisis hipertensi (Chazot dan Jean, 2010).


(62)

4

Stephen, An, Thakur, Zhang dan Reisin (2003) menyebutkan hipertensi intradialisis berkontribusi terhadap peningkatan kejadian gagal jantung dan kematian pasien. Studi yang dilakukan oleh Inrig, et al (2009) menunjukkan bahwa setiap peningkatan tekanan darah >10 mmHg selama hemodialisis meningkatkan resiko mortalitas dan rawat inap di rumah sakit.

Selain hipertensi intradialisis, gangguan hemodinamik lainnya adalah hipotensi intradialisis. Pedoman dari NKF K/DOQI (The National Kidney

Foundation Kidney Disease Outcomes Quality Initiative) tahun 2005

menyebutkan hipotensi intradialisis menimbulkan gejala seperti: perasaan tidak nyaman pada perut (abdominal discomfort); menguap (yawning); sighing; mual; muntah; kram otot; gelisah; pusing dan kecemasan yang dapat mengganggu kenyamanan pasien. Hipotensi intradialisis merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung koroner dan infark miokard serta dapat mencetuskan aritmia jantung.

Hipotensi intradialisis merupakan komplikasi yang perlu mendapatkan perhatian serius karena akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan (serebral, renal, miokard, perifer). Hipotensi intradialisis yang tidak diatasi akan membahayakan pasien, karena menyebabkan pengiriman nutrisi dan oksigen ke organ vital seperti otak, jantung, ginjal dan organ lain akan berkurang bahkan dapat mengakibatkan kerusakan (Armiyati, 2012). Hasil penelitian Shoji, Tsubakihara, Fujii, Imai (2004) menunjukkan hipotensi intradialisis meningkatkan mortalitas pasien hemodialisis.


(63)

5

Hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis dapat menyebabkan hemodialisis tidak adekuat (NKF K/DOQI, 2006). Hemodialisis yang tidak adekuat menyebabkan setelah hemodialisis ditemukan gejala seperti: anoreksia, letargi, anemia yang memburuk, hipotensi, kram, hipotensi postural, pusing, hipertensi, udema atau sesak nafas (Cahyaningsih, 2011). Gejala-gejala seperti anoreksia, kram, pusing, dan sesak nafas dapat menurunkan kualitas hidup pasien hemodialisis (Jablonski, 2007)

Hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis disebabkan oleh multifaktor dan faktor yang paling dominan adalah penarikan cairan (ultrafiltrasi) yang berlebihan. Penentuan besarnya ultrafiltrasi harus optimal dengan tujuan untuk mencapai kondisi pasien euvolemik dan tekanan darah normal saat hemodialisis. Ultrafiltrasi dilakukan untuk menarik cairan yang berlebihan dalam darah, besarnya ultrafiltrasi yang dilakukan tergantung dari penambahan berat badan pasien antar waktu hemodialisis dan target berat badan kering pasien (K/DOQI, 2006).

Berat badan kering didefinisikan sebagai berat badan dimana volume cairan optimal. Penentuan berat badan kering ini harus akurat, tetapi pada unit hemodialisis tidak selalu tersedia alat untuk menentukan berat badan kering yaitu

multiple frequency bioimpedance spectroscopy. Oleh karena itu, penentuan berat

badan kering dilakukan secara klinis melalui evaluasi tekanan darah, tanda-tanda overload cairan dan toleransi pasien terhadap ultrafiltrasi saat hemodialisis untuk mencapai target berat badan kering (K/DOQI, 2006).


(64)

6

Perawat perlu memantau tekanan darah pasien selama menjalani hemodialisis untuk mengetahui perubahan tekanan darah dari jam ke jam, sehingga dapat mengantisipasi sedini mungkin kejadian komplikasi (Armiyati, 2012). Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Tindakan hemodialisis dapat menyebabkan gangguan hemodimanik. Indikator klinis terjadinya gangguan hemodinamik adalah tekanan darah pasien. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis.

Perawat perlu memantau tekanan darah selama hemodiliasis untuk mengantisipasi sedini mungkin kejadian komplikasi dan hasil pemantauan tekanan darah dapat dijadikan bahan evaluasi bagi perawat. Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin melihat bagaimana gambaran tekanan darah pasien saat menjalan hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan 1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.4. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(65)

7

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pasien

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi bagi pasien tentang bagaimana tekanan darahnya saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan sehingga pasien mengetahui keadaannya bermasalah atau tidak dan dapat melakukan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan bahan evaluasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui monitoring berkelanjutan selama hemodialisis, pendidikan kesehatan dan kolaborasi.


(66)

(67)

xiii

Judul : Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan Nama Mahasiswa : Lia Anggita Harahap

NIM : 121101058

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun : 2016

Abstrak

Tindakan hemodialisis dapat menyebabkan terjadinya gangguan hemodinamik dan salah satu indikator gangguan hemodinamik adalah tekanan darah. Gangguan hemodinamik yang terjadi dapat berupa hipotensi intradialisis dan hipertensi intradialisis. Hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis adalah komplikasi akut saat menjalani hemodialisis yang dapat menyebabkan komplikasi kronik pada pasien hemodialisis. Tujuan penelitian adalah untuk megetahui gambaran tekanan darah pasien saat menjalani hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian menggunakan desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan didapat sampel sebanyak 71 orang. Tekanan darah pasien diukur setiap jam selama hemodialisis berlangsung menggunakan sphygnomanometer. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan responden mengalami hipertensi intradialisis saat menjalani hemodialisis yaitu sebanyak 53 orang (74,7%). Frekuensi hipertensi intradialisis meningkat secara bertahap setiap jam dan paling banyak pada jam keempat. Hipotensi intradialisis hanya sedikit ditemukan pada responden saat menjalani hemodialisis yaitu sebanyak 2 orang (2,8%). Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pasien untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi seperti mengunjungi unit hemodialisis sesuai dengan jadwal terapi, pengaturan diet nutrisi dan pembatasan cairan. Mengkaji, memantau dan memberikan edukasi kepada pasien hemodialisis adalah tugas yang harus dilakukan perawat sehingga dapat mencegah atau mengantisipasi terjadinya hipertensi intradialisis dan hipotensi intradialisis.

Kata kunci: hemodialisis, tekanan darah, hipotensi intradialisis, hipertensi intradialisis.


(68)

i

Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di

RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Lia Anggita Harahap 121101058

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERITAS SUMATERA UTARA


(69)

(70)

(71)

iv PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan pertolongan dari-Nya yang tiada henti kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butiran-butiran pemikiran yang sangat berharga bagi peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Setiawan, S.Kp. MNS., Ph.D selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp. KMB selaku pembantu dekan II Fakultas Keperawatan USU dan selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing, memberi masukan dan kritikan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi.

4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat selaku pembantu dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji I skripsi yang telah bersedia memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(72)

v

6. Ibu Yesi Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji II skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Staf RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

9. Teristimewa kepada Ayahanda, Ibunda dan saudara-saudara tercinta yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil, serta senantiasa mendoakan peneliti dalam proses pengerjaan skripsi ini.

10.Terima kasih juga kepada sahabat peneliti yang banyak memberikan dukungan dan semangat serta berbagi suka dan duka dalam proses pengerjaan skripsi ini.

11.Teman-teman seperjuangan S1 stambuk 2012 Fakultas Keperawatan USU, yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan masukan, berbagi pengetahuan dan mendukung peneliti.

Semoga Allah SWT mencurahkan kasih dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti. Peneliti menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan peneliti, skripsi ini dapat bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan praktik keperawatan. Akhir kata, peneliti mengucapakan terima kasih.

Medan, Juli 2016 Peneliti


(73)

vi Daftar Isi

halaman

Halaman judul ... i

Halaman persetujuan orisinalitas ... ii

Halaman pengesahan ... iii

Prakata ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar gambar... ix

Daftar tabel ... x

Daftar skema ... xi

Abstrak ... xii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 6

1.3. Tujuan penelitian ... 6

1.4. Manfaat penelitian ... 7

Bab 2. Tinjauan pustaka ... 8

2.1 Hemodialisis ... 8

2.1.1. Indikasi hemodialisis ... 8

2.1.2. Prinsip kerja hemodialisis ... 9

2.1.3. Komplikasi selama hemodialisis ... 11

2.2. Tekanan darah ... 12

2.2.1. Tekanan darah normal ... 12

2.2.2. Tekanan darah rendah (hipotensi) ... 12

2.2.3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) ... 12

2.3. Tekanan darah saat menjalani hemodialisis ... 13


(74)

vii

2.3.2. Hipotensi intradialisis... 14

2.3.2.1. Defenisi dan prevalensi ... 14

2.3.2.2. Etiologi ... 15

2.3.2.3. Penanganan ... 16

2.3.3. Hipertensi intradialisis ... 17

2.3.3.1. Defenisi dan prevalensi ... 17

2.3.3.2. Etiologi ... 18

2.3.3.3. Penanganan ... 18

Bab 3. Kerangka penelitian ... 20

3.1. Kerangka penelitian ... 20

3.2. Defenisi operasional ... 21

Bab 4. Metodologi penelitian ... 22

4.1. Desain penelitian ... 22

4.2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 22

4.2.1. Populasi ... 22

4.2.2. Sampel ... 22

4.2.3. Teknik sampling ... 23

4.3. Lokasi dan waktu penelitian ... 23

4.4. Pertimbangan etik ... 24

4.5. Instrumen penelitian ... 25

4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 25

4.7. Pengumpulan data... 25

4.8. Pengolahan dan analisa data ... 26

4.8.1. Pengolahan data ... 26

4.8.2. Analisa ... 27

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 29


(1)

vi Daftar Isi

halaman

Halaman judul ... i

Halaman persetujuan orisinalitas ... ii

Halaman pengesahan ... iii

Prakata ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar gambar... ix

Daftar tabel ... x

Daftar skema ... xi

Abstrak ... xii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 6

1.3. Tujuan penelitian ... 6

1.4. Manfaat penelitian ... 7

Bab 2. Tinjauan pustaka ... 8

2.1 Hemodialisis ... 8

2.1.1. Indikasi hemodialisis ... 8

2.1.2. Prinsip kerja hemodialisis ... 9

2.1.3. Komplikasi selama hemodialisis ... 11

2.2. Tekanan darah ... 12

2.2.1. Tekanan darah normal ... 12

2.2.2. Tekanan darah rendah (hipotensi) ... 12

2.2.3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) ... 12

2.3. Tekanan darah saat menjalani hemodialisis ... 13


(2)

vii

2.3.2. Hipotensi intradialisis... 14

2.3.2.1. Defenisi dan prevalensi ... 14

2.3.2.2. Etiologi ... 15

2.3.2.3. Penanganan ... 16

2.3.3. Hipertensi intradialisis ... 17

2.3.3.1. Defenisi dan prevalensi ... 17

2.3.3.2. Etiologi ... 18

2.3.3.3. Penanganan ... 18

Bab 3. Kerangka penelitian ... 20

3.1. Kerangka penelitian ... 20

3.2. Defenisi operasional ... 21

Bab 4. Metodologi penelitian ... 22

4.1. Desain penelitian ... 22

4.2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 22

4.2.1. Populasi ... 22

4.2.2. Sampel ... 22

4.2.3. Teknik sampling ... 23

4.3. Lokasi dan waktu penelitian ... 23

4.4. Pertimbangan etik ... 24

4.5. Instrumen penelitian ... 25

4.6. Validitas dan Reliabilitas ... 25

4.7. Pengumpulan data... 25

4.8. Pengolahan dan analisa data ... 26

4.8.1. Pengolahan data ... 26

4.8.2. Analisa ... 27

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 29


(3)

viii

5.1.1. Distribusi Karakteristik Data Demografi Responden ... 29

5.1.2. Distribusi Gambaran Tekanan Darah Responden Selama Hemodialisis ... 31

5.2. Pembahasan ... 33

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39

6.2.1. Bagi Pasien ... 39

6.2.2. Bagi Pelayanan Keperawatan ... 39

6.3. Keterbatasan Penelitian ... 40

Daftar pustaka ... 41 Daftar Lampiran

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Respoden (Inform Consent) Lampiran 4. Instrumen Penelitan

Lampiran 5. Pedoman Pengukuran Tekanan Darah Lampiran 6. Master Data Demografi Responden Lampiran 7. Hasil Analisa Data Demografi Responden

Lampiran 8. Master Data Gambaran Tekanan Darah Responden Lampiran 9. Hasil Analisa Data Gambaran Tekana Darah Responden Lampiran 10. Surat Etik Penelitian

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Lampiran 12. Surat Balasan Penelitian Lampiran 13. Taksasi Dana

Lampiran 14. Riwayat Hidup


(4)

ix

Daftar Gambar

Halaman Gambar 1. Proses Hemodialisis dalam Treatment Methods for Kidney Failure;


(5)

x

Daftar Skema

Halaman Skema 3.1. Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis ... 20


(6)

xi Daftar Tabel

Halaman Tabel 1. Komplikasi Selama Hemodialisis (Daugirdas et al., 2007) ... 11 Tabel 3.2. Defenisi Operasional ... 21 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden yang

Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 30 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat

Predialisis dan Postdialisis ... 31 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat

Intradialisis ... 31 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tekanan Darah Pasien Saat