Latar Belakang Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit batuk, pilek dan demam masih dianggap remeh oleh beberapa keluarga dan tidak berbahaya. Penyakit ini dapat mengenai anak berulang kali, tetapi mereka tidak mengerti bahwa penyakit ini dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat jika tidak diobati terutama saat daya tahan tubuh menurun. Kesehatan anak pada usia ini perlu mendapat perhatian dari keluarga dan perlu mendapat pelayanan kesehatan secepatnya. Batuk pilek merupakan salah satu bentuk dari ISPA yang paling sering menyerang pada bayi dan anak. Anak balita dibawah lima tahun sangat peka terhadap batuk pilek karena anak balita belum mempunyai daya tahan tubuh yang baik untuk melawan virus ini melalui infeksi sebelumnya. ISPA adalah penyakit penyebab angka absensi tertinggi, lebih dari 50 tidak masuk kerja sekolah oleh karena sakit . ISPA bila mengenai saluran nafas bawah, khusus pada bayi, anak-anak dan orang tua, memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek, berupa bronchitis dan banyak yang berakhir dengan kematian. Amin, 1989. Infeksi saluran Pernafasan Akut ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia dibawah 5 tahun pada setiap tahunnya; sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi khususnya bayi muda. Hasil Universitas Sumatera Utara penelitian fungsi paru di Negara sedang berkembang menunjukkan bahwa kasus pneumonia berat pada anak disebabkan oleh bakteri, biasanya Streptococcus pneumonia atau haemophillus influenza. Hal ini bertolak belakang dengan situasi di negara maju yang penyebab utamanya adalah virus. WHO, 2003. Di Indonesia infeksi saluran pernafasan akut ISPA menempati urutan pertama menyebabkan kematian pada kelompok bayi dan balita. Survey mortalitas yang dilakukan oleh subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 10-20 pertahun Maryunani, 2011 Di Propinsi Riau cakupan pneumonia hanya 15,6 , dimana cakupan ini masih jauh dari target penemuan pneumonia pada balita per Kabupaten Kota tahun 2006 Profil Kesehatan Propinsi Riau, 2006 Angka kejadian ISPA lebih tinggi dari pada penyakit lainnya , Menurut laporan dari Puskesmas Purnama 2011, ISPA berada pada urutan pertama dengan jumlah temuan 975 orang anak dengan kriteria Batuk Bukan Pneumonia ,dan 104 orang anak menderita Pneumonia, Dimana jumlah penduduk Balita diwilayah kerja Puskesmas Purnama sebanyak 2758 orang. Hasil Penelitian dari Eva Maretta Habeahan tahun 2009, Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU mengatakan bahwa Pengetahuan orang tua tentang ISPA di Wilayah kerja Puskesmas Martubung Medan dalam kategori cukup yaitu 66.35 dan mayoritas balita mengalami kekambuhan ISPA dalam 1 tahun sebanyak 4 kali 24,29. Universitas Sumatera Utara Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya batuk pilek atau ISPA yaitu Pengetahuan, Status Gizi, Lingkungan Iklim atau cuaca, Sikap, pendidikan dan Peran Keluarga. Pengetahuan keluarga yang baik tentang perawatan yang benar pada anak ISPA diharapkan dapat membantu meningkatkan kesembuhan dan menurunkan kejadian ISPA. Demikian sebaliknya bila pengetahuan keluarga kurang dalam pencegahan ISPA, maka memungkinkan terjadinya peningkatan ISPA. Status gizi balita mempengaruhi tingkat daya tahan tubuh, balita yang bergizi baik jarang menderita penyakit yang serius,karena tubuhnya dapat menangkal terjadinya infeksi,sebaliknya balita yang status gizinya buruk, kemungkinan terserang penyakit lebih tinggi.Adanya peran keluarga yang baik, memungkinkan dapat menurunkan angka kejadian ISPA.Untuk menanggulangi meningkatnya angka kejadian ISPA pemerintah mengadakan program pemberantasan ISPA P2 ISPA, Upaya perawatan yang harus dilakukan oleh perawat terkait dengan program yang telah ditetapkan oleh pemerintah adalah melakukan deteksi dini dari penyakit batuk pilek yang sering menyerang anak,memberikan penyuluhan pada keluarga tentang cara pencegahan dan kesegeraan membawa anak berobat pada pelayanan kesehatan dan memberikan perawatan yang optimal sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal dan memungkinkan dapat mencegah keparahan dan komplikasi. Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

2 66 76

PENGARUH PEER EDUCATION TENTANG ISPA TERHADAP KEMAMPUAN IBU DALAM PERAWATAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

0 3 80

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PENCEGAHAN ISPA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA PUCANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA I

0 2 9

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO Faktor Risiko Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.

0 3 14

SKRIPSI FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI Faktor Risiko Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.

0 3 16

HUBUNGAN LAMA KESAKITAN ISPA DAN DIARE DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Hubungan Lama Kesakitan Ispa Dan Diare Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Sukoharjo.

0 6 13

Pengaruh Merokok Dalam Keluarga Terhadap Prevalensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Jajaway.

0 0 30

Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengetahuan dan Kepatuhan Keluarga dalam Perawatan Penyakit ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Purnama Dumai Tahun 2012

0 0 17

KELUARGA DALAM PENCEGAHAN ISPA BERAT (PNEUMONIA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PENANAE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

0 0 189