Tabel 1. Skala grid model-model GCM dan negara yang mengembangkannya Sumber : Sutikno, 2008
Nama GCM Skala Grid
Negara Hadley Centre’s coupled oceanatmosphere
model 2: HadCM2
2,5° x 3,75° UK
Hadley Centre’s coupled oceanatmosphere
model 3: HadCM3
2,5° x 3,75° UK
Canadian Global Coupled Model: CGCM2 3,7° x 3,7°
Canada
Geophysical Fluid Dynamic Laboratory: GFDL 2,25° x 3,75°
NOAA, USA
NASAGISS Atmosphere-Ocean
Model:
NASAGISS AOM
5° x 4° NASA,US
A
United Kingdom Meteorological Office Model:
UKMO
2,25° x 3,75° UK
Max Plank
Institute Model
ECHAM3: ECHAM3
Spectral Triangular
42 T422,8° x2,8°
Jerman
CSIRO 5,625° x 3,214° Australia
2.3 Sea Surface Temperature Nino 3.4 SST Nino 3.4
SST Nino3.4 merupakan SST kawasan Samudera Pasifik Tropis bagian tengah dan timur Philander, 1992. SST Nino 3.4 terletak antara 5
LU – 5 LS dan
120 BB – 170
BB, besarnya anomali SST ini menunjukan besarnya kekuatan fenomena El-Nino dan La-Nina. SST Nino 3.4 merupakan salah satu indikator
yang berkaitan dengan berbagai fenomena ENSO El-Nino dimana peristiwa ini ditandai dengan anomali SST negatif lebih dingin dari rata-ratanya.
SST Nino 3.4 menjadi indicator yang digunakan untuk melihat gejala terjadinya anomali iklim. Sirkulasi atmosfer skala global memiliki dinamika yang
jelas karena dipicu oleh kondisi SST skala global Ward, 2002. Selanjutnya sirkulasi atmosfer skala global ini berinteraksi dengan sirkulasi atmosfer skala
yang lain yang relatif lebih kecil, seperti sirkulasi skala lokal, skala meso,maupun skala regional. Keadaan ini juga dialami oleh wilayah tropis maritime continent
Indonesia Ramage, 1971. Berikut kawasan Nino 3.4 seperti disajikan pada gambar 1.
Gambar 1 Kawasan Nino 3.4 NOAA, 2012.
Hubungan El-Nino dan La-Nina dengan hujan di Indonesia, secara umum hubungan antara anomali curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia dengan
anomali SST yang positif akan terjadi perubahan anomali curah hujan yang negatif. Artinya bila terjadi El-Nino anomali SST positif, maka secara umum
akan terjadi penurunan curah hujan di wilayah Indonesia. Sedangkan apabila terjadi La-Nina anomali negatif, maka secara umum akan terjadi peningkatan
curah hujan di wilayah Indonesia Pramudia, 2002. Berikut ilustrasi anomali SST Nino 3.4 seperti disajikan pada gambar 2.
Gambar 2 Ilustrasi anomali SST Nino 3.4 NOAA, 2012.
Anomali yaitu selisih antara nilai rata-rata satu set data yang digunakan untuk menyimpulkan penyimpangan dari kondisi ”normal”. Dimana Anomali 0
berarti nilainya diatas rata-rata, anomali 0 berarti nilainya dibawah rata-rata. Nilai anomali SST Nino 3.4 Philander, 1992 dihitung berdasarkan hasil
pengurangan antara nilai SST aktual dengan nilai SST rerata tempat yang bersangkutan. Persamaan yang digunakan ditulis sebagai berikut :
∆SST = SSTa – SSTm................................. 1 Dengan:
∆SST = Nilai anomali SST pada tempat yang bersangkutan °C; SSTa = Nilai SST aktual pada tempat yang bersangkutan °C;
SSTm = Nilai SST mean dari series data yang relatif panjang pada tempat yang bersangkutan °C.
Jika anomali SST bernilai positif, maka nilai aktual SST bernilai lebih tinggi dari pada nilai rerata SST tempat yang bersangkutan maka akan terjadi
peristiwa El-Nino. Sebaliknya jika anomali SST bernilai negatif, maka nilai SST aktual suatu tempat berada di posisi yang lebih rendah dari pada nilai SST
reratanya sehingga terjadi peristiwa La Nina.
2.4 Downscaling