Tanaman Nyamplung Calophyllum inophyllum L.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Near Infrared NIR

1. Tanaman Nyamplung Calophyllum inophyllum L.

Tanaman nyamplung dapat ditemukan di Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Tumbuhan ini memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, seperti bintangor di Malaysia, hitaullo di Maluku, nyamplung di Jawa, bintangur di Sumatera, poon di India, dan di Inggris dikenal dengan nama alexandrian laurel, tamanu, pannay tree, serta sweet scented calophyllum Dweek dan Meadows, 2002 dalam Murniasih, 2009. Taksonomi tanaman nyamplung menurut Heyne 1987 adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Bangsa : Guttiferales Suku : Guttiferae Marga : Calophyllum Jenis : Calophyllum inophyllum L. Nama umum : Nyamplung Tanaman nyamplung mudah dibudidayakan, tumbuh baik pada ketinggian 0-800 meter dpl seperti di hutan, pengunungan dan rawa-rawa, curah hujan antara 1000-5000 mm per tahun, pH tanah 4.0-7.4, tumbuh pada tanah tandus, daerah pantai yang kering dan berpasir atau digenangi air laut. Tinggi tanaman dapat mencapai 30 meter dengan diameter 0.8 meter, daun mengkilap, batang berwarna abu-abu hingga putih, warna kayu bervariasi tergantung spesies. Tanaman nyamplung berbuah sepanjang tahun terutama pada bulan Februari-Maret dan Agustus-September di Indonesia dan di Hawaii April-Juni dan Oktober-Desember. Tanaman nyampung memiliki daya tahan yang tinggi terhadap lingkungan, ditemukan dalam jumlah populasi yang besar, dengan kisaran umur yang lama 1-50 tahun, dan memiliki biji yang banyak Friday and Okano, 2006. Luas areal tegakan tanaman nyamplung mencapai 255.35 ribu ha yang tersebar dari Sumatera sampai Papua Balitbang Kehutanan, 2008. Daerah penyebaran nyamplung diantaranya adalah Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan NTT. Hutan nyamplung dikelola secara profesional oleh Perum Perhutani Unit I KPH Kedu Selatan Jawa Tengah dengan luas mencapai 196 ha. Nyamplung juga dikembangkan oleh masyarakat Cilacap khususnya di sekitar Kecamatan Patimuan dan daerah Gunung Selok Kecamatan KroyaAdipala. Mereka memanfaatkan kayu nyamplung untuk pembuatan perahu nelayan. Sejak tahun 2007, Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Cilacap telah menanam 135 ha di lahan TNI Angkatan Darat sepanjang Pantai Laut Selatan, tahun 2008 direncanakan menanam seluas 300 ha. 5 Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan 2008 Gambar 1. Pohon, kayu, bunga, buah, daun, dan biji nyamplung. Pohon nyamplung dimanfaatkan untuk menahan abrasi dan ancaman tsunami, kayunya yang kuat dan tahan air digunakan sebagai bahan baku pembuatan perahu, bahan konstruksi bangunan, serta minyaknya digunakan sebagai bahan penerangan. Getah daun nyamplung mengandung senyawa costatolide A yang efektif menekan pertumbuhan virus HIV Murniasih, 2009. Buah nyamplung berwarna hijau, berbentuk bulat, kulit buah tipis dan akan mengelupas ketika mulai mengering. Inti biji yang mengandung minyak berbentuk bulat mancung berwarna kuning, dilindungi tempurung keras mirip tempurung kelapa. Biji nyamplung dapat digunakan sebagai obat kudis, penerangan, dan penumbuhan rambut Heyne, 1987. Sifat fisiko kimia biodiesel biji nyamplung dibandingkan dengan SNI 04-7182-2006 disajikan pada Tabel 2. 6 Tabel 2. Sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung dibandingkan dengan standar SNI 04- 7182-2006 Produksi biji nyamplung per tahun mencapai 20 tonha. Biji nyamplung mempunyai kandungan minyak tinggi yaitu 55 pada inti segar dan 70.5 pada inti biji kering Heyne, 1987. Menurut Dweek dan Meadows 2002 yaitu 75, serta menurut Soerawidjaja 2001 sekitar 40-73. Menurut Friday and Okano 2006, satu pohon nyamplung dapat menghasilkan 100 kg buahtahun dan rendemen minyak sebanyak 5 kg. Jika jarak tanam 3 x 3.5 m 2 setiap pohon menghasilkan 30 kg biji atau 5.1 kg minyak maka dalam 1 ha diprediksi menghasilkan 26 973 kg biji atau 4 585 kg minyak biji nyamplung. Sedangkan produktivitas tanaman jarak berkisar antara 3.5 - 4.5 kg bijipohontahun. Produksi akan stabil setelah tanaman berumur lebih dari 1 tahun. Dengan tingkat populasi tanaman antara 2500 - 3300 pohonha, maka tingkat produktivitas antara 8 - 15 ton bijiha. Jika rendemen minyak sebesar 35 maka setiap ha lahan dapat diperoleh 2.5 - 4 ton minyakhatahun. Kemudian dilihat dari segi ekonomisnya, harga biji nyamplung Rp 700kg, sementara itu harga biji jarak antara Rp 3.000 - Rp 4.000kg. Sehingga biji nyamplung sangat memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai bahan bakar nabati pensubstitusi bahan bakar fosil. Tumbuhan nyamplung Callophyllum inophyllum L., di Bali dikenal dengan nama punga atau camplong digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal serta mempunyai potensi komersial Forestry Department, 2007. Sebagai obat tradisional kulit batangnya 7 secara eksternal dapat digunakan untuk mengobati pembengkakan kelenjar sedangkan secara internal dapat digunakan untuk memperlancar buang air kecil diuretic. Ekstrak daun digunakan sebagai pencuci radang mata dan di Kamboja ekstrak daun nyamplung digunakan dalam pernafasan untuk mengobati vertigo dan migrain. Getahnya yang beracun sering digunakan oleh orang Samoan untuk melumuri anak panah sebagai panah beracun serta dapat digunakan untuk mengobati pembengkakan dan penyakit tumor Tempesta and Michael, 1993. Minyak biji yang bersifat racun toksik cukup kuat Kriswiyanti dan Narayani, 2000 dapat digunakan untuk memulihkan rambut rontok Veronika, 2003, sebagai antiparasit Tempesta and Michael, 1993, dan dapat digunakan sebagai bahan bakar minyak lampu dengan kandungan minyak 70-73 berat biji kering Anonimous a , 2006. Bagian bunga tumbuhan ini berbau harum sehingga sering dipergunakan sebagai pengharum lemari pakaian. Di daerah Jawa Tengah bagian benang sari yang berwarna kuning dipergunakan sebagai jamu bagi wanita habis melahirkan. Bagian biji mengandung zat seperti damar yang beracun dan diketahui mengandung senyawa inofilum A-E, kalofiloid, asam kalofinat, dan polimer proantosianidin Tempesta and Michael, 1993, golongan kumarin yaitu senyawa brasimarin A-C sebagai cancer chemopreventive agents Chihiro et al., 2003, karotenoid, lakton, minyak atsiri, minyaklemak, sitosterol, takahama, tanin, dan tokoferol. Daunnya diketahui mengandung saponin, dan triterpenoid Kriswiyanti dan Narayani, 2000. Hasil uji toksisitas pendahuluan dari daging biji dan kulit biji nyamplung terhadap larva udang Artemia salina L., menunjukkan bahwa bagian kulit biji lebih toksik LC50 = 39.31 ppm dibandingkan dengan bagian daging biji LC50 = 154,8 ppm. Sifat fisiko kimia tempurung biji nyamplung disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Sifat fisiko kimia tempurung biji nyamplung Parameter Konsentrasi Kadar Air 9.97 Kadar Abu 0.61 Kadar Ekstraktif 2.59 Kadar Holoselulosa 87.64 Kadar Alphaselulosa 48.66 Kadar Pentosan 24.82 Kadar Lignin 36.69 Sumber: Wibowo 2009

2. Minyak Nyamplung