Analisa teknoekonomi pendirian industry biodiesel dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

(1)

ANALISA TEKNOEKONOMI PENDIRIAN INDUSTRI

BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG

(

Calophyllum inophyllum

L.)

SKRIPSI

TIKA ARI SANDAY

F34070095

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

Techno-economic Analysis of Establishment of Biodiesel Industry from

Nyamplung Seed

Tika Ari Sanday

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220 Bogor, West Java,

Indonesia.

email:

Yandra Arkeman and Dwi Setyaningsih

Department of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220 Bogor, West Java,

Indonesia.

ABSTRACT

World crises that occurred in the last decades caused the scarcity of fuel oil. During 2004 fuel oil consumption in Indonesia reached 26.9 billion liters, and in 2011 is estimated to reach more than 34.71 billion liters. Fuel consumption is not in line with fuel production, necessitating the development of alternatives energy. One of them is to use Nyamplung seed that is processed into biodiesel. Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) is a plant which commonly found around the coast. Nyamplung plant is one of the biodiesel alternative materials that have a large potential to be developed to overcome the problem of scarcity of fuel. The advantages of Nyamplung as raw material for biodiesel are the seeds have high rendement (approximately 70%) and its use does not compete with food purposes. The purpose of this study is to analyze techno-economic aspect of biodiesel industry establishment of Nyamplung seed. Scope of research includes techno-economic on the market and marketing aspects, technical and technological, management and organization, environmental, legal, valuation and commercialization, as well as financial aspects. This biodiesel industry is planned to be located in Banyuwangi with the selection criteria associated with using AHP (Analytical Hierarchy Process) and the industrial capacity of 1000 liters per day with raw materials as much as 4500 kg per day. After a deep assessment of all aspects, it can be concluded that the industry of biodiesel from Nyamplung seed is feasible to be realized.


(3)

TIKA ARI SANDAY. F34070095. Analisa Teknoekonomi Pendirian Industri Biodiesel dari Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.). Di bawah bimbingan Yandra Arkeman dan Dwi Setyaningsih. 2011.

RINGKASAN

Krisis energi dunia yang terjadi pada dekade terakhir yang memberikan dampak yang signifikan pada meningkatnya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) telah mendorong pengembangan energi alternatif dengan pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan (renewable resources). Indonesia mempunyai sumber energi terbarukan yang melimpah, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil. Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) merupakan tumbuhan yang banyak ditemui di sekitar pesisir pantai. Tanaman nyamplung merupakan salah satu bahan baku alternatif biodiesel yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan.

Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku biodiesel adalah biji memiliki rendemen minyak yang tinggi (bisa mencapai 70%) dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan. Keuntungan pemakaian biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel (BBM) diantaranya adalah bahan baku dapat diperbaharui (renewable), cetane number tinggi (di atas 50), biodegradable, dapat digunakan pada semua mesin tanpa harus modifikasi, berfungsi sebagai pelumas sekaligus membersihkan injektor, serta dapat mengurangi emisi karbon dioksida, partikulat berbahaya, dan sulfur oksida.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisa teknoekonomi pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung. Ruang lingkup penelitian meliputi teknoekonomi pada aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis, manajemen dan organisasi, lingkungan, legalitas, valuasi dan komersialisasi, serta aspek finansial.

Kapasitas industri biodiesel ini adalah 1000 liter per hari dengan bahan baku sebanyak 4500 kg per hari. Penentuan kapasitas bahan baku yang dipakai didasarkan pada jumlah bahan baku yang dihasilkan oleh kebun. Industri biodiesel ini direncanakan didirikan di Banyuwangi berdasarkan seleksi kriteria-kriteria yang berhubungan, menggunakan program AHP (Analytical Hierarchy Process). Industri ini dijalankan oleh 26 orang tenaga kerja dengan deskripsi kerja masing-masing dengan luas pabrik sekitar 892,5 m2

. Industri biodiesel dari biji nyamplung ini menghasilkan limbah padat yang dapat diolah menjadi produk samping, limbah cair berupa gliserol yang dapat dijual kembali, dan limbah gas yang dapat ditangani dengan pemasangan exhaust fan.

Besarnya investasi yang diperlukan untuk pendirian industri biodiesel adalah sebesar Rp

2.329.271.000 dengan umur proyek 10 tahun, yang terdiri dari nilai NPV Rp1.402.610.000, IRR sebesar 22 %, net B/C sebesar 1,60 dan PBP selama 4,7 tahun sehingga industri biodiesel ini layak untuk didirikan. Industri akan menjadi tidak layak didirikan apabila mencapai kenaikan harga bahan baku 60 persen atau penurunan harga jual sebesar 20,8 persen.

Visi dari industri biodiesel ini adalah: “Menjadi perusahaan biodiesel terpadu yang terkemuka untuk mengatasi kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan memberi manfaat maksimal bagi stakeholder”. Sedangkan, Misi dari industri biodiesel ini adalah : mengembangkan potensi usaha perusahaan dalam bidang agroindustri, dalam jangka panjang, perusahaan berupaya membangun industri pengolahan tanaman nyamplung dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam Indonesia yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan kualitas produk, berperan aktif meningkatkan


(4)

daya saing produk agroindustri di Indonesia sehingga dapat memberikan kontribusi pada devisa negara dan perekonomian nasional serta kesejahteraan masyarakat sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab perusahaan.

Dalam tingkatan value proposition untuk industri biodiesel ini, produk merupakan nilai yang dominan karena produk yang ditawarkan adalah produk yang memiliki ciri khas dan berbeda, service

merupakan nilai diferensiasi karena dalam industri biodiesel ini yang diunggulkan adalah pemberian

service , sedangkan harga, tempat, dan experience memiliki nilai normal.

Value capture for profit dalam perusahaan dilakukan antara lain dengan cara pengembangan produk dan produk samping dari minyak nyamplung secara terus-menerus, selalu memperbaharui strategi pemasaran, memperluas target pasar, melakukan promosi untuk produk baru. Sedangkan,

value for talent dalam perusahaan dilakukan dengan pemberian jaminan kesejahteraan para karyawan, pemberian award, hadiah, bonus kepada pekerja dan melakukan pelatihan tenaga kerja secara rutin.

Target pemasaran biodiesel ini lebih ditujukan pada konsumen dalam negeri, yaitu kepada masyarakat secara luas dengan kemasan berupa kemasan berbahan dasar plastik dengan takaran tertentu agar lebih praktis untuk digunakan oleh konsumen serta pemberian merk dalam kemasan tersebut. Penjualan produk secara langsung ke konsumen dan produk disalurkan melalui distributor pada wilayah tertentu. Penyaluran produk biodiesel tersebut dapat melalui Stasiun Pengisisan Bahan Bakar (SPBU) dan toko-toko yang terkait.


(5)

ANALISA TEKNOEKONOMI PENDIRIAN INDUSTRI BIODIESEL DARI

BIJI NYAMPLUNG (

Calophyllum inophyllum

L.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

TIKA ARI SANDAY

F34070095

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(6)

Judul skripsi : Analisa Teknoekonomi Pendirian Industri Biodiesel

dari Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

Nama

: Tika Ari Sanday

NIM

: F34070095

Menyetujui,

Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Ir. Yandra Arkeman, M. Eng.)

(Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, M. Si.)

NIP 19650914 199002.1.001

NIP 19700103 199412.2.001

Mengetahui:

Ketua Departemen,

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)

NIP : 19621009 198903.2.001


(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

  Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisa Teknoekonomi Pendirian Industri Biodiesel dari Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)

adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

Yang membuat pernyataan

Tika Ari Sanday

F34070095


(8)

©

Hak cipta milik Tika Ari Sanday, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(9)

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Banyuwangi pada tanggal 23 April 1989. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara, putri dari pasangan Bapak Mubin dan Ibu Endang Sri Astuti. Pada tahun 2001, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Katolik Sang Timur. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SLTP Negeri 1 Purwoharjo pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Genteng dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima pada program sarjana Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Semasa kuliah penulis pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti Agroindustry Days (AD) tahun 2008 sebagai anggota divisi dokumentasi dan publikasi. Hari Warga Industri (HAGATRI) 2009 sebagai anggota divisi komisi disiplin. Penulis aktif dalam Organisasi Daerah (OMDA) Banyuwangi “Lare Blambangan”. Penulis pernah menjadi asisten responsi mata kuliah Teknik Optimasi. Penulis melaksanakan praktek lapang pada tahun 2010 dengan topik “Mempelajari Proses Produksi dan Jaminan Mutu di PT. Primatexco Indonesia, Pekalongan Jawa Tengah”. Untuk menyelesaikan studi pada departemen Teknologi Industri Pertanian penulis melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi berjudul “ Analisa Teknoekonomi Pendirian Industri Biodiesel dari Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)”. Penelitian ini dibiayai oleh Departemen Teknologi Industri Pertanian.


(10)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Analisa Teknoekonomi Pendirian Industri Biodiesel dari Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.). Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Industri Pertanian di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M. Eng. selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Dwi Setyaningsih, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Sukardi, MM. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para pakar yang telah membantu penulis dalam penelitian guna menyusun skripsi ini dan telah memberi berbagai informasi dan saran yang berhubungan dengan skripsi penulis, Bapak Sudradjat, Bapak Djeni, Ibu Endang Warsiki, Bapak Hari, Bapak Haryo dan Bapak Suyitno dari PT. Tracon Industri.

5. Papi dan Mama tercinta, kakak-kakakku tersayang, Yoppy. H, Welly. H, Erik Evanny yang telah memberikan segala cinta dan kasih sayang, motivasi, semangat, doa, bantuan dan dukungan penuh kepada penulis.

6. Sahabat terbaikku Kartikasari, Ulanda, Silmi, Ani yang telah sangat berperan dalam memberikan dukungan serta bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Aditya S. Paringga dan keluarga, yang telah memberikan bantuan, doa serta dukungan selama ini bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi ini.

8. Teman-teman satu bimbingan, Gigi, Zafir, Dede, Any, dan Eka yang telah menyemangati penulis dan memberikan berbagai masukan bagi penulis.

9. Sahabat-sahabatku TIN 44 tercinta yang telah saling menyemangati dan membantu dalam menyelesaikan skripsi.

10. Kakak-kakak kelas tersayang, Kak Cicit, Kak Ratih, Kak Dini, Kak Ago yang telah memberikan segala informasi, bantuan, dan semangat bagi penulis.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang perencanaan bisnis

Bogor, Juni 2011


(11)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

I. 1. LATAR BELAKANG ... 1

I. 2. TUJUAN PENELITIAN ... 2

I. 3. RUANG LINGKUP ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

II. 1. TANAMAN NYAMPLUNG ... 4

II. 1. 1. Karakteristik dan Morfologi Tanaman Nyamplung ... 4

II. 1. 2. Penyebaran Tanaman Nyamplung ... 5

II. 1. 3. Kandungan kimia Nyamplung ... 6

II. 1. 4. Produk Turunan Nyamplung dan Penggunaannya ... 7

II. 2. BIODIESEL ... 8

II. 2. 1. Definisi Biodiesel ... 8

II. 2. 2. Spesifikasi Biodiesel ... 8

II. 2. 3. Biodiesel dari Biji Nyamplung ... 9

II. 3. ANALISA TEKNOEKONOMI ... 10

II. 3. 1. Aspek Teknis dan Teknologis ... 11

II. 3. 2. Aspek Finansial ... 12

II. 3. 3. Aspek Valuasi dan Komersialisasi Teknologi ... 12

II. 3. 4. Aspek Pasar dan Pemasaran ... 12

II. 3. 5. Aspek Manajemen dan Organisasi ... 13

II. 3. 6. Aspek Lingkungan ... 13

II. 3. 7. Aspek Legalitas ... 13

III. METODE PENELITIAN ... 15

III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

III. 2. PENDEKATAN MASALAH ... 17

III. 3. TATA LAKSANA ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

IV. 1. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS ... 26

IV. 1. 1. Bahan Baku ... 26

IV. 1. 2. Kapasitas Produksi ... 26

IV. 1. 3. Lokasi Pabrik ... 26


(12)

iii

IV. 1. 5. Desain Tata Letak Pabrik ... 38

IV. 1. 6. Keterkaitan Aktivitas ... 39

IV. 1. 7. Kebutuhan Luas Ruang ... 41

IV. 2. ASPEK FINANSIAL ... 44

IV. 2. 1. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan ... 45

IV. 2. 2. Biaya Investasi ... 45

IV. 2. 3. Harga dan Prakiraan Penerimaan ... 46

IV. 2. 4. Proyeksi Laba Rugi ... 47

IV. 2. 5. Proyeksi Arus Kas ... 47

IV. 2. 6. Analisa Kepekaan/Sensitivitas ... 49

IV. 3. ASPEK VALUASI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI... 50

IV. 3. 1. The Vision ... 50

IV. 3. 2. The Mission Statement ... 51

IV. 3. 3. The Value Proposition ... 51

IV. 3. 4. The Business Model ... 54

IV. 4. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ... 56

IV. 4. 1. Potensi Pasar ... 57

IV. 4. 2. Perkembangan Produksi Biodiesel ... 58

IV. 4. 3. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar Biodiesel... 59

IV. 4. 4. Strategi Bauran Pemasaran ... 59

IV. 5. ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI ... 62

IV. 5. 1. Struktur Organisasi ... 62

IV. 5. 2. Deskripsi Pekerjaan ... 64

IV. 5. 3. Kebutuhan Tenaga Kerja ... 64

IV. 6. ASPEK LINGKUNGAN ... 66

IV. 6. 1. Studi Aspek Lingkungan ... 66

IV. 7. ASPEK LEGALITAS ... 68

IV. 7. 1. Badan Usaha ... 68

IV. 7. 2. Perizinan ... 69

IV. 7. 3. Peraturan Pemerintah ... 70

IV. 7. 4. Pajak ... 71

V. PENUTUP ... 72

V. 8. KESIMPULAN ... 72

V. 9. SARAN ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(13)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Tanaman Nyamplung ... 5 

Tabel 2. Potensi tegakan alami nyamplung di Indonesia ... 5 

Tabel 3. Kandungan biji nyamplung ... 6 

Tabel 4. Karakteristik minyak nyamplung ... 7 

Tabel 5. Spesifikasi Biodiesel ... 8 

Tabel 6. Sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung ... 10 

Tabel 7. Areal tanaman nyamplung di beberapa lokasi ... 28 

Tabel 8. Produksi buah dan benih dari beberapa lokasi ... 29 

Tabel 9. Nilai Total Closeness Rating (TCR) ... 41 

Tabel 10. Kebutuhan ruang produksi ... 42 

Tabel 11. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri biodiesel ... 42 

Tabel 12. Struktur pembiayaan industri biodiesel (dalam ribuan rupiah) ... 45 

Tabel 13. Komposisi modal kerja (dalam ribuan rupiah) ... 45 

Tabel 14. Biaya investasi Industri Biodiesel dari Biji Nyamplung ... 46 

Tabel 15. Perbandingan harga biodiesel ... 47 

Tabel 16. Penilaian kriteria investasi ... 49 

Tabel 17. Analisa sensitivitas terhadap perbedaan proses dan kapasitas, kenaikan bahan baku dan penurunan harga jual ... 49 

Tabel 18. Kandungan emisi B20 dan B100 ... 52 

Tabel 19. Konsumsi minyak solar sektor transportasi tahun 1995-2010 ... 57 

Tabel 20. Tabulasi Kebutuhan Tenaga Kerja ... 65 


(14)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. a. buah nyamplung  b. pohon nyamplung c. benih nyamplung d. bunga nyamplung ... 4 

Gambar 2. Buah dan biji nyamplung ... 6 

Gambar 3. minyak nyamplung kasar (A), minyak nyamplung murni (B) ... 7 

Gambar 4. Diagram alir tahapan penelitian ... 17 

Gambar 5. Diagram alir proses analisa aspek teknis dan teknologis ... 19 

Gambar 6. Grafik analisa BEP (Kotler, 2002) ... 22 

Gambar 7. Diagram alir proses analisa valuasi dan komersialisasi teknologi ... 24 

Gambar 8. Diagram alir proses analisa pasar dan pemasaran ... 24 

Gambar 9. Diagram alir analisa aspek manajemen dan organisasi ... 25 

Gambar 10. Hierarki AHP pemilihan lokasi potensial pendirian industri biodiesel ... 29 

Gambar 11. Nilai pembobotan hasil akhir ... 30 

Gambar 12. Nilai pembobotan akhir dari masing-masing kriteria ... 31 

Gambar 13. Proses pengolahan biji nyamplung menjadi biodiesel ... 32 

Gambar 14. Neraca massa proses pembuatan biodiesel tanpa melalui proses pengukusan ... 36 

Gambar 15. Neraca massa proses pembuatan biodiesel melalui proses pengukusan ... 37 

Gambar 16. Pola aliran bahan dalam ruang produksi biodiesel dari biji nyamplung ... 39 

Gambar 17. Diagram keterkaitan aktivitas ... 40 

Gambar 18. Tataletak mesin dalam ruang produksi ... 41 

Gambar 19. Layout pabrik biodiesel dari biji nyamplung ... 43 

Gambar 20. Target produksi biodiesel di Indonesia (Sawarni, 2009) ... 58 

Gambar 21. Struktur Organisasi Industri biodiesel dari Biji Nyamplung ... 63 

Gambar 22. Diagram alir proses pembuatan briket arang ... 67 

Gambar 24. Contoh exhaust fan yang akan digunakan untuk pabrik ... 68 


(15)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran 1. Luasan lahan pantai berindikasi tegakan nyamplung di masing-masing wilayah di

Indonesia ... 77 

Lampiran 2. kuisioner AHP dalam penentuan lokasi pabrik ... 79 

Lampiran 3. Nilai perhitungan pembobotan akhir dengan program AHP ... 87 

Lampiran 4. Perbandingan proses pengolahan biodiesel dengan dan tanpa proses pengukusan ... 93 

Lampiran 5. Tabulasi Kebutuhan Neraca Energi pada Operasi/Mesin ... 94 

Lampiran 6. Neraca energi proses pembuatan biodiesel dari biji nyamplung ... 96 

Lampiran 7. Asumsi biaya Pabrik biodiesel dari biji nyamplung ... 98 

Lampiran 8. Debet Equity Ratio (dalam ribuan rupiah) ... 99 

Lampiran 9. Biaya investasi Pabrik biodiesel dari biji nyamplung (dalam ribuan rupiah) ... 100 

Lampiran 10. Biaya penyusutan dan Total penjualan produk biodiesel (dalam ribuan rupiah) ... 103 

Lampiran 11. Asumsi biaya operasional (dalam ribuan rupiah) ... 104 

Lampiran 12. Biaya operasional (dalam ribuan rupiah) ... 106 

Lampiran 13. Laporan laba rugi (dalam ribuan rupiah) ... 107 

Lampiran 14. Laporan cashflow (dalam ribuan rupiah) ... 108 

Lampiran 15. Titik impas (Break even point) (dalam ribuan rupiah) ... 109 

Lampiran 16. Perhitungan NPV, IRR, Net B/C, dan PBP ... 111 

Lampiran 17. Perhitungan analisa sensitivitas 1 pada penambahan proses (dalam ribuan rupiah) ... 112 

Lampiran 18. Perhitungan analisa sensitivitas 2 pada kenaikan harga bahan baku sebesar 50 persen (dalam ribuan rupiah) ... 117 

Lampiran 19. Perhitungan analisa sensitivitas 2 pada kenaikan harga bahan baku sebesar 60 persen (dalam ribuan rupiah) ... 118 

Lampiran 20. Perhitungan analisa sensitivitas 3 pada penurunan harga jual biodiesel sebesar 20,7 persen (dalam ribuan rupiah) ... 119 

Lampiran 21. Perhitungan analisa sensitivitas 3 pada penurunan harga jual biodiesel sebesar 20,8 persen (dalam ribuan rupiah) ... 120 

Lampiran 22. Tampilan desain kemasan produk biodiesel dari biji nyamplung ... 121 

Lampiran 23. Mesin pengolahan biodiesel dengan kapasitas 250 liter/hari ... 122 

Lampiran 24. Spesifikasi mesin pengolahan biodiesel kapasitas 1000 liter/hari ... 123 


(16)

1

I.

PENDAHULUAN

I. 1.

LATAR BELAKANG

Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) merupakan tumbuhan yang banyak ditemui di sekitar pesisir pantai. Nyamplung mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Masyarakat biasa memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat, kayunya dimanfaatkan sebagai bahan pembuat perahu, bijinya dimanfaatkan untuk kerajinan tangan dan bahan bakar.

Manfaat dari bagian tanaman nyamplung adalah kayunya termasuk kayu komersial, dapat digunakan untuk bahan pembuatan perahu, balok, tiang, papan lantai dan papan pada bangunan perumahan dan bahan konstruksi ringan. Getahnya dapat disadap untuk mendapatkan minyak yang diindikasikan berkhasiat untuk menekan pertumbuhan virus HIV. Daunnya mengandung senyawa costatolide-a, saponin, dan acid hydrocyanic yang berkhasiat sebagai obat oles untuk sakit encok, bahan kosmetik untuk perawatan kulit, penyembuhan luka. Bijinya setelah diolah menjadi minyak bermanfaat untuk plitur, minyak rambut, minyak urut, berkhasiat juga untuk obat urus-urus dan rematik. Bunganya dapat digunakan sebagai campuran untuk mengharumkan minyak rambut. Dengan berbagai potensi keunggulannya, nyamplung merupakan tanaman yang memberikan multifungsi dan manfaat kepada manusia diantaranya adalah sebagai tanaman rehabilitasi hutan dan lahan, dan alternatif biofuel, serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat.

Krisis energi dunia yang terjadi pada dekade terakhir memberikan dampak yang signifikan pada meningkatnya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) telah mendorong pengembangan energi alternatif dengan pemanfaatan sumberdaya energi terbarukan (renewable resources). Secara nasional, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) mengalami peningkatan. Selama tahun 2004 mencapai 26,9 milyar liter, tahun 2010 diperkirakan mencapai 34,71 milyar liter (Soerawidjaya et al., 2005).

Peningkatan laju konsumsi BBM tidak sejalan dengan produksi minyak bumi di dalam negeri yang semakin menurun, sehingga perlu diambil langkah-langkah untuk mendapatkan sumber energi alternatif. Untuk mendorong pengembangan biofuel, berdasarkan proyeksi kebutuhan bahan bakar nabati, pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional diantaranya dengan menetapkan target penggunaan bahan bakar nabati sekitar 2% dari jumlah konsumsi bahan bakar nasional pada tahun 2010, selanjutnya meningkat menjadi 5% pada tahun 2025 dan penugasan kepada Departemen Kehutanan untuk berperan dalam penyediaan bahan baku biofuel termasuk pemberian izin pemanfaatan lahan hutan terutama lahan yang tidak produktif (Badan Litbang Kehutanan, 2008).

Terkait dengan hal tersebut diperlukan kesiapan bahan baku, teknologi pengolahan minyak dan pemanfaatannya serta kegiatan pendukung lainnya berupa kebijakan pengembangannya. Minyak tumbuhan dan lemak hewan sebagai sumber energi alternatif dapat diolah menjadi biodiesel. Kelebihan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar diantaranya adalah ramah lingkungan, daya lumas yang baik, emisi gas buang sedikit dan karakter pembakaran yang relatif bersih. Beberapa keunggulan biodiesel yang dihasilkan dari


(17)

2 nyamplung adalah rendemen minyak nyamplung tergolong tinggi dibandingkan jenis tanaman lain (jarak pagar 40-60%, Sawit 46-54 %; dan Nyamplung 50-70 %), sebagian parameter telah memenuhi standar kualitas biodiesel Indonesia, minyak biji nyamplung memiliki daya bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah (Badan Litbang Kehutanan, 2008). Dalam test untuk mendidihkan air, minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji nyamplung hanya 0,4 ml; mempunyai keunggulan kompetitif di masa depan antara lain biodiesel nyamplung dapat digunakan sebagai pencampur solar dengan komposisi tertentu, bahkan dapat digunakan 100 % apabila teknologi pengolahan tepat, kualitas emisi lebih baik dari solar, dapat digunakan sebagai biokerosine pengganti minyak tanah.

Kelebihan nyamplung sebagai bahan baku biodiesel adalah biji memiliki rendemen minyak yang tinggi (bisa mencapai 70%) dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan. Selain itu, nyamplung memiliki keunggulan ditinjau dari prospek pengembangan dan pemanfaatan lain, antara lain : (1). Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan; (2). Tanaman relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis (monoculture) atau hutan campuran (mixed-forest); (3). Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan berbagai macam produk yang memiliki nilai ekonomi; (4). Pemanfaatan biodiesel nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar.

Tanaman nyamplung merupakan salah satu bahan baku alternatif biodiesel yang mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan salah satunya adalah untuk mengatasi masalah kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak), hal ini merupakan peluang besar bagi para investor dan pengusaha untuk mendirikan industri biodiesel dari tanaman nyamplung dalam skala besar. Oleh karena itu untuk melaksanakan pengolahan nyamplung dalam skala industri perlu dilakukan kajian yang spesifik pada beberapa aspek pendirian industri terutama analisa teknoekonomi. Analisa ini dapat dijadikan acuan bagi pengambil keputusan pendirian industri pengolahan tanaman nyamplung menjadi boidiesel.

Analisa teknoekonomi adalah analisa yang berkenaan dengan pembangunan proyek yang mencangkup beberapa analisa yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan operasional, dan aspek finansial. Teknoekonomi merupakan suatu analisa perencanaan yang sistematis dan mendalam atas setiap faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan proyek mencapai sukses. Semua data, fakta dan berbagai pendapat yang dikemukakan dalam teknoekonomi tersebut akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan apakah proyek yang bersangkutan akan direalisasikan, dibatalkan, atau direvisi. Proyek terdiri dari tahapan prakonstruksi (pra investasi), tahapan konstruksi implementasi (investasi), dan tahapan operasi.

I. 2.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa teknoekonomi pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dengan memfokuskan pada aspek teknis dan teknologis, aspek finansial dan aspek valuasi dan komersialisasi teknologi (bisnis model). Selain ketiga aspek tersebut, dikaji secara umum juga mengenai aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen dan organisasi, aspek legalitas, aspek lingkungan. Kemungkinan hasil studi yang diperoleh dapat menyatakan bahwa industri biodiesel dari biji nyamplung


(18)

3 tersebut layak, layak bersyarat, atau tidak layak. Jika layak maka pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung ini dapat direalisasikan, jika layak bersyarat maka industri tersebut dapat direalisasikan dengan memenuhi kondisi persyaratan, sedangkan jika tidak layak maka industri tersebut tidak dapat direalisasikan.

I. 3.

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah perencanaan industri biodiesel dari biji nyamplung mulai dari perencanaan bahan baku sampai terbentuk produk biodiesel dalam skala industry, dengan ruang lingkup setiap aspek yaitu aspek teknis dan teknologis melingkupi penentuan lokasi pabrik, penentuan kapasitas yang akan berpengaruh terhadap pemilihan teknologi proses dan mesin serta neraca masa dan neraca energi, aspek finansial melingkupi pengkajian laba rugi, arus kas dan kriteria-kriteria investasi yang akan berpengaruh terhadap kelayakan industri, aspek valuasi dan komersialisasi teknologi yang melingkupi pengkajian tentang pelanggan, kebutuhan pelanggan, dan pemenuhan kebutuhan pelanggan, aspek pemasaran yang melingkupi pasar potensial, market share, dan strategi pemasaran, aspek manajemen dan organisasi yang melingkupi struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan serta kebutuhan tenaga kerja, aspek lingkungan dan aspek legalitas yang melingkupi badan usaha, peraturan pemerintah dan perizinan.


(19)

4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1.

TANAMAN NYAMPLUNG

II. 1. 1. Karakteristik dan Morfologi Tanaman Nyamplung

Tumbuhan nyamplung memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, seperti ‘bintangor’ di Malaysia, ‘hitaulo’ di Maluku, ‘nyamplung’ di Jawa, ‘bintangur’ di Sumatera, ‘poon’ di India, dan di Inggris dikenal dengan nama ‘Alexandrian Izaurel’, ‘tamanu’, ‘pannay tree’, serta ‘sweet scented calophyllum’ (Dweek dan Meadows, 2002).

Taksonomi tanaman nyamplung menurut Heyne (1987) adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledone

Bangsa : Guttiferales

Suku : Guttiferae

Marga : Calophyllum

Jenis : Calophyllum inophyllum L.

Nama umum : Nyamplung

Tanaman nyamplung mudah dibudidayakan, tumbuh baik pada ketinggian 0-800 meter dpl seperti di hutan, pegunungan dan rawa-rawa, curah hujan antara 1000-5000 mm per tahun, pH tanah 4,0-7,4, tahan pada tanah tandus, daerah pantai yang kering dan berpasir atau digenangi air laut. Namun tanaman ini baru berbuah setelah umur tujuh atau delapan tahun (Friday and Okano, 2006).Tanaman nyamplung berproduksi dua kali dalam satu tahun, yaitu Februari-Maret dan Agustus-September di Indonesia dan di Hawai April-Juni dan Oktober-Desember (Friday and Okano, 2006).

a b

c d

Sumber : Balitbang Kehutanan, 2008

Gambar 1. a. buah nyamplung b. pohon nyamplung c. benih nyamplung d. bunga nyamplung


(20)

5 Berikut ini karakteristik tanaman nyamplung, baik dari batang, daun, bunga, buah dan akar pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Tanaman Nyamplung

Nama bagian tanaman Ciri-ciri

Batang Berkayu, bulat, dan berwarna coklat atau putih kotor

Daun Berwarna hijau, tunggal, bersilang berhadapan, bulat memanjang atau bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan bersirip, panjang 10-21 cm, tangkai 1,5-2,5 cm, daging daun seperti kulit/ belulang

Bunga Majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun yang teratas, berkelamin dua, diameter 2-3 cm, daun berkelopak empat, tidak beraturan, benang sari banyak, tangkai putik membengkok, kepala putik bentuk perisai, daun mahkota empat, bentuk perisai Buah Batu, bulat seperti peluru dengan mancung kecil di depannya,

diameter 2,3- 3,5 cm, berwarna coklat Akar Tunggang, bulat, berwarna coklat

II. 1. 2. Penyebaran Tanaman Nyamplung

Luas areal tegakan tanaman nyamplung mencapai 255,35 ribu ha yang tersebar dari Sumatera sampai Papua (Balitbang Kehutanan, 2008). Daerah penyebaran nyamplung diantaranya adalah Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan NTT (Tabel 2).

Tabel 2. Potensi tegakan alami nyamplung di Indonesia

No Wilayah

Luasan Lahan Potensial Budidaya Nyamplung (ha) Bertegakan Nyamplung Tanah Kosong Total

1 Sumatera 7400 16800 24200

2 Jawa 2200 3400 5600

3 Bali dan Nusa Tenggara 15700 4700 20400

4 Kalimantan 10100 19200 29300

5 Sulawesi 3100 5900 9000

6 Maluku 8400 9700 18100

7 Irian Jaya Barat 28000 34900 62900

8 Papua 79800 16400 96200

9 Seluruh Wilayah 177100 107100 284200


(21)

6 Hutan nyamplung dikelola secara profesional oleh Perum Perhutani Unit I KPH Kedu Selatan Jawa Tengah dengan luas mencapai 196 ha. Nyamplung juga dikembangkan oleh masyarakat Cilacap khususnya di sekitar kecamatan Patimuan dan daerah Gunung Selok kecamatan Kroya atau Adipala. Mereka memanfaatkan kayu nyamplung untuk pembuatan perahu nelayan. Sejak tahun 2007, Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Cilacap telah menanam 135 ha di lahan TNI Angkatan Darat sepanjang pantai laut selatan, dan pada tahun 2008 direncanakan menanam tanaman nyamplung seluas 300 ha.

II. 1. 3. Kandungan kimia Nyamplung

Buah nyamplung memiliki biji yang berpotensi menghasilkan minyak nyamplung, terutama biji yang sudah tua. Kandungan minyak pada biji nyamplung mencapai 50-70% (basis kering). Kandungan biji nyamplung dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 2. Buah dan biji nyamplung Sumber : google.co.id (buah dan biji nyamplung)

Tabel 3. Kandungan biji nyamplung

Kandungan Nilai (%)

Minyak 50-70 Abu 1,7

Protein kasar 6,2

Pati 0,34 Air 10,8 Hemiselulosa 19,4

Selulosa 6,1 Sumber : Kilham, 2004

Minyak nyamplung merupakan minyak kental, berwarna coklat kehijauan, beraroma menyengat seperti karamel dan beracun. Minyak nyamplung dihasilkan dari buah yang telah matang dan mempunyai fungsi penyembuhan untuk jaringan terbakar (Kilham, 2004). Minyak nyamplung mempunyai kandungan asam lemak tidak jenuh yang cukup tinggi seperti asam oleat serta komponen-komponen tak tersabunkan diantaranya alkohol lemak, sterol, xanton, turunan

koumarin, kalofilat, isokalofilat, isoptalat, dan kapelierat, asam pseudobrasilat dan penyusun triterpenoat sebanyak 0,5-2% yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Debaut et al., (2005), karakteristik asam lemak penyusun minyak nyamplung dapat dapat dilihat pada Tabel 4.


(22)

7 Tabel 4. Karakteristik minyak nyamplung

Karakterisasi Komposisi

Warna Hijau

Kondisi cairan kental

Bilangan Iod (mg Iod/g minyak) 100 - 115

Berat jenis pada suhu 20ûC (g/cm3) 0,920 - 0,940

Indeks Refraksi 1,4750 - 1,4820

Bilangan Peroksida (meg/kg) < 20,0

Fraksi lipid 98-99,5%

Jenis asam lemak (%) :

• Asam Palmitat (C16 : 0) 15 - 17

• Asam Palmitoleat (C16 : 1) 0,5 - 1

• Asam Stearat (C18 : 0) 8 - 16

• Asam Oleat (C18 : 1) 30 - 50

• Asam Linoleat (C18 : 2) 25 - 40

• Asam Arakhidat (C20 : 0) 0,5 - 1

• Asam Gadoleat (C20 : 1) 0,5 - 1

• Komponen tidak tersabunkan (unsaponifisiable) : Fatty alkohol, sterol, xanton, turunan

koumarin, kalofilat, isokalofilat, isoptalat, dan

kapelierat

0,5 - 2%

(Sumber : Debaut

et al., 2005)

A B

Gambar 3. minyak nyamplung kasar (A), minyak nyamplung murni (B) Sumber : Balitbang Kehutanan, 2008

II. 1. 4. Produk Turunan Nyamplung dan Penggunaannya

Produk turunan nyamplung antara lain adalah :


(23)

8

• Minyak nyamplung dapat digunakan sebagai bahan bakar pencampur minyak tanah (biokerosine), yaitu :

a. Kompor sumbu dengan perbandingan campuran minyak tanah dan minyak nyamplung 50 : 50

b. Kompor semawar dengan perbandingan campuran minyak tanah dan minyak nyamplung 30 : 70

c. Tungku semen pasir dengan perbandingan campuran minyak tanah dengan minyak nyamplung 70 : 30, selain itu tungku ini dapat menggunakan bahan bakar biji utuh dengan briket limbah

Metil stearat (stearin) yang dihasilkan dari endapan biodiesel setelah dipadatkan dan dihilangkan racunnya dapat dibuat coklat putih dengan harga Rp. 20.000,-/kg.

• Limbah pengepresan biji berupa bungkil yang terdiri dari campuran tempurung, daging biji, dan minyak yang dapat digunakan untuk pembuatan briket bungkil atau briket arang.

• Apabila tempurungnya dapat dipisahkan dari limbah, maka tempurung tersebut dapat dimanfaatkan untuk arang aktif yang daging limbah harganya tinggi. (Badan Litbang Kehutanan, 2008)

II. 2.

BIODIESEL

II. 2. 1. Definisi Biodiesel

Menurut Soerowidjaya (2005), biodiesel adalah bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel yang dibuat dari sumber daya hayati, Sama halnya dengan Vicente et al (2006) yang menyatakan bahwa biodiesel merupakan metil ester yang diproduksi dari minyak tumbuhan atau lemak hewan dan memenuhi kualitas untuk digunakan sebagai bahan bakar di dalam mesin diesel.

Keuntungan pemakaian biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel (BBM) diantaranya adalah bahan baku dapat diperbaharui (renewable), cetane number tinggi, biodegradable, dapat digunakan pada semua mesin tanpa harus modifikasi, berfungsi sebagai pelumas sekaligus membersihkan injektor, serta dapat mengurangi emisi karbon dioksida, partikulat berbahaya, dan

sulfur oksida.

II. 2. 2. Spesifikasi Biodiesel

Spesifikasi biodiesel menurut Standar Nasional Indonesia tahun 2006 dapat diihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Spesifikasi Biodiesel

Parameter Satuan Nilai

Massa jenis pada 40ûC kg/m3 850 - 890

Viskositas kinematik pada 40ûC mm2/s (cSt) 2,3 - 6,0

Angka setana min 51

Titik nyala (mangkok tertutup) ûC min 100


(24)

9

Parameter Satuan Nilai

Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50 ûC) maks no 3

Residu karbon

1. dalam contoh asli, atau maks 0,05

2. dalam 10% ampas distilasi %-massa maks 0,30

Air dan sedimen %-vol maks 0,05*

Temperatur distilasi 90% ûC maks 360

Abu tersulfatkan %-massa maks 0,02

Belerang ppm-m (mg/kg) maks 100

Fosfor ppm-m (mg/kg) maks 10

Angka asam mg-KOH/g maks 0,8

Gliserol bebas %-massa maks 0,02

Gliserol total %-massa maks 0,24

Kadar ester alkil %-massa min 96,5

Angka iodium %-massa

(g-12/100g) maks 115

Uji Halphen Negatif

Sumber : SNI Biodiesel no. 04-7182-2006

II. 2. 3. Biodiesel dari Biji Nyamplung

Nyamplung adalah salah satu sumber energi nabati yang potensial yang berasal dari kawasan hutan dan tersebar merata di seluruh kepulauan di Indonesia. Keunggulan nyamplung sebagai bahan baku energi nabati adalah daya survival tanaman sangat tinggi terbukti dengan penyebarannya yang merata hampir di seluruh daerah terutama pada daerah pesisir pantai di Indonesia antara lain: Taman Nasional (TN) Alas Purwo, TN Kepulauan Seribu, TN Baluran, TN Ujung Kulon, Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran, Kawasan Wisata (KW) Batu Karas, Pantai Carita Banten, P. Yapen, Jayapura, Biak, Nabire, Manokwari, Sorong, Fakfak (wilayah Papua), Halmahera dan Ternate (Maluku Utara), TN Berbak (Pantai Barat Sumatera) (Badan Litbang Kehutanan, 2008).

Pusat litbang hasil hutan telah memulai penelitian pembuatan biodiesel dari biji nyamplung secara intensif sejak tahun 2005, dan pada tahun 2008 diperoleh hasil-hasil sebagai berikut :

- Biodiesel dari biji nyamplung telah diuji sifat-sifat fisiko-kimianya oleh Pusat Litbang Minyak dan Gas Bumi (2008) dan semua sifat-sifatnya (sebanyak 17 sifat) telah memenuhi standar nasional indonesia (SNI) untuk biodiesel, No : 04-7182-2006.

- Biodiesel nyamplung telah diuji coba di jalan raya (road rally-test) sebanyak tiga kali,mencapai jarak total 370 km. Dari seluruh uji coba yang dilaksanakan, diperoleh hasil


(25)

10 yang memuaskan tanpa masalah teknis permesinan. Kecepatan kendaraan tertinggi yang dicapai adalah 120 km/jam .

- Pengujian kinerja mesin dengan bahan bakar biodiesel nyamplung masih dilaksanakan oleh Puspitek LIPI di Serpong. Setelah selesai, hasilnya akan didaftarkan untuk sertifikasi di BSN (Badan Sertifikasi Nasional).

Penelitian  pembuatan biodiesel dari biji nyamplung ini dilakukan dalam skala laboratorium dan belum dilakukan perencanaan tentang industri tersebut. Sehingga, dalam tugas akhir ini dilakukan analisa perencanaan industri biodiesel dari biji nyamplung dengan melakukan penambahan skala kapasitas produksi dari skala laboratorium menjadi kapasitas skala industri dan dilakukan pengkajian beberapa aspek yang saling berhubungan sehingga pendirian industri dapat terealisasikan dengan baik dan tepat.

Sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung jika dibandingkan dengan standar SNI 04-7182-2006 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung

No Parameter Satuan Metode Uji

Biodiesel Nyamplung

1 Massa jenis pada 40°C kg/m3 ASTM D1298 888,6

2 Viskositas kinetik pada 40°C mm2/s(cSt) ASTM D445 7,724

3 Bilangan setana ASTM D613 51,9

4 Titik nyala (mangkok tertutup) °C ASTM D93 151

5 Titik kabut °C ASTM D2500 38

6 Korosi kepingan tembaga ASTM D130 1b

7 Residu karbon %massa ASTM D4530 0,434

8 Air dan sedimen %volume ASTM D1796 0

9 Suhu distilasi 90% °C ASTM D1160 340

10 Abu tersulfatkan %massa ASTM D874 0,026

11 Belerang ppm-m (mg/kg) ASTM D1266 16

12 Fosfor ppm-m (mg/kg) ASTM D1091 0,223

13 Bilangan asam mg KOH/g AOCSCd 3d-63 0,76

14 Gliserol total %massa AOCSCa 14-56 0,232

15 Kadar ester alkil %massa SNI04-7182-2006 96,99

16 Bilangan iodium %massa (g I2/100g) AOCS Cd1-25 85

II. 3.

ANALISA TEKNOEKONOMI

Analisa teknoekonomi menyediakan suatu dasar kuantitatif dalam unit moneter untuk pengambilan suatu keputusan dalam masalah teknik. Perhatian ditekankan pada aspek teknik maupun ekonomi terhadap suatu permasalahan secara lengkap (Wright, 1987). Analisa teknoekonomi erat kaitannya dengan pemecahan masalah teknik dimana indikator efisiensi


(26)

11 ekonomi dijadikan sebagai kriteria pemilihan alternatif. Hasil analisa tersebut akan menentukan kelayakan suatu investasi (Newman, 1990). Gray et al (1993) menambahkan bahwa kelayakan suatu investasi diperlukan untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek.

Menurut Sutojo (2000), untuk melakukan evaluasi teknoekonomi perlu ada kriteria-kriteria tertentu yang mencakup aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, dan aspek finansial. Analisa teknoekonomi terdiri dari beberapa tahapan diantaranya adalah analisa aspek teknis, aspek ekonomis, aspek finansial, serta analisa faktor-faktor yang tidak dapat diprediksikan (unpredictabel factor).

II. 3. 1. Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek teknis dan teknologis merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa aspek teknis dan teknologis dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek teknis dapat juga didefinisikan sebagai aspek yang menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil produksi (Gray et al, 1993).

Teknologi yang efektif dapat mempengaruhi dua hal yang penting yaitu, memberikan keuntungan pasar dengan memberikan nilai tambah terhadap suatu produk dan memberikan keuntungan pasar dengan memberikan keuntungan penghematan biaya dengan menggunakan keseluruhan sistem yang ekonomis (Shtub et al., 1994).

Penentuan lokasi proyek yaitu lokasi dimana suatu proyek akan didirikan, baik untuk pertimbangan lokasi maupun lahan proyek (Sutojo, 2000). Penentuan lokasi merupakan hal yang tidak mudah untuk ditetapkan, karena sifatnya strategis, maka pemilihan lokasi harus didasarkan atas pengkajian seksama yang berkaitan dengan unit ekonomi dari instalasi spesifik yang hendak dibangun, baik dari segi teknis konstruksi maupun kelangsungan operasionalnya (Husnan dan Muhammad, 2000).

Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik adalah letak konsumen potensial atau pasar; sasaran yang akan dijadikan tempat produk dijual; letak bahan baku utama; sumber tenaga kerja; sumber daya seperti air; kondisi udara; tenaga listrik; dan sebagainya; fasilitas transportasi untuk memindahkan bahan baku ke pabrik dan hasil produksi ke pasar; fasilitas untuk pabrik; lingkungan masyarakat sekitar; dan peraturan pemerintah (Umar, 2001).

Umar (2001), Mendefinisikan kapasitas sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran persatuan waktu. Menurut Soeharto (2000), Seringkali besarnya kapasitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek berbeda dengan kebutuhan jangka panjang, dan bila terjadi variasi demikian dengan perbedaan yang cukup besar, umumnya dilakukan hal-hal sebagai berikut: memberikan fleksibilitas desain yang cukup tinggi dan mengusahakan perencanaan yang bertujuan meratakan beban.

Tata letak pabrik merupakan perwujudan suatu sistem pembuatan produk meliputi pengaturan fasilitas-fasilitas fisik produksi antara pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk memperlancar proses produksi. Fasilitas fisik yang dimaksud dapat berupa mesin, peralatan, meja, bangunan dan sebagainya. Secara garis besar tujuan utama perancangan tata letak fasilitas pabrik adalah untuk mengatur area kerja dan seluruh fasilitas


(27)

12 yang digunakan dalam proses produksi sehingga dapat berjalan dengan lancar, dalam waktu lebih singkat, lebih ekonomis dan aman.

II. 3. 2. Aspek Finansial

Masalah yang dikaji dalam aspek finansial dan ekonomi adalah masalah keuntungan proyek (Umar, 2001). Analisa dan evaluasi finansial dapat memastikan bahwa penentuan tujuan oleh pengambil keputusan dan kevalidan teknoekonomi dapat tercapai. Aspek finansial membahas masalah cara untuk memperoleh modal/dana yang diperlukan, serta bagaimana proyek dapat mengembalikan dana yang telah dipergunakannya.

Pada aspek finansial dihitung jumlah dana tetap (investasi) dan dana modal kerja. Dana investasi meliputi pembiayaan kegiatan pra-investasi, pengadaan tanah, bangunan, mesin dan peralatan, berbagai aset tetap, serta biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan proyek (Sutojo, 2000). Modal kerja meliputi biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja, overhead

pabrik dan lain-lain), biaya administrasi, biaya pemasaran, penyusutan, dan angsuran bunga (De Garmo et al., 1994).

Menurut Gray et al. (1993) untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi yang sering digunakan adalah Break Even point, Net Present Value, Internal rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back period, dan analisa sensitivitas.

II. 3. 3. Aspek Valuasi dan Komersialisasi Teknologi

Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan prediksi atau hasil yang akan didapat. Valuasi berguna dalam analisa pendahuluan, pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta kegiatan akuisisi.

Menurut Goenadi (2000), komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan proses ini dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan sebagainya.

Untuk menciptakan teori dari suatu bisnis baru, seorang pengusaha harus dengan yakin dan dengan jelas mendeskripsikan pelanggannya dan kebutuhannya dan bagaimana usaha baru tersebut akan memuaskan kebutuhan itu. Untuk mendeskripsikan bisnis, pengusaha menyiapkan serangkaian pernyataan dan rencana yang dengan jelas menggambarkan bisnisnya. Hal ini akhirnya dirangkum dalam suatu model dari aktifitas bisnis dan target (Richard, 2005). Analisa valuasi dan komersialisasi teknologi meliputi visi, misi, customer selection, differentiation and control, scope of product and activities, value capture for profit, value for talent.

II. 3. 4. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran dikaji untuk mengungkapkan permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan, atau pangsa pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan (Husnan dan Muhammad, 2000). Studi pasar dan pemasaran dapat dikatakan merupakan hal yang sangat penting pada setiap analisa


(28)

13 teknoekonomi. Bagi suatu proyek baru, pengetahuan dan analisa pasar bersifat menentukan karena banyak keputusan tentang investasi tergantung dari hasil analisa pasar (Simarmata, 1992).

Adapun dalam mengkaji aspek pasar dan pemasaran perlu diperhatikan beberapa hal yaitu bagaimana produk tersebut dalam masa kehidupannya di pasar dewasa ini, berapa permintaan produk di masa lampau dan sekarang, bagaimana komposisi permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan, bagaimana proyeksi permintaan produk pada masa mendatang serta berapa persen dari permintaan dapat diambil, bagaimana kemungkinan adanya persaingan (Sutojo, 2000).

II. 3. 5. Aspek Manajemen dan Organisasi

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal yang perlu dipelajari dalam aspek manajemen adalah manajemen selama masa pembangunan proyek yang meliputi pelaksanaan proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, aktor yang melakukan studi setiap aspek dan manajemen dalam operasi. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan dipergunakan dan anggota direksi serta tenaga-tenaga terinci.

Menurut Machfud dan Agung (1990), kebutuhan tenaga kerja terdiri dari dua macam, yaitu kebutuhan tenaga kerja untuk melaksanakan tahapan proses atau proses produksi yang bersifat manual atau semi mekanis, serta kebutuhan tenaga kerja (operator) untuk mengoprasikan suatu mesin (mekanis atau otomatis) pada tahap proses produksi tertentu. Aspek manajemen dan organisasi dapat dikelompokkan menjadi manajemen proyek yaitu pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek berbentuk fisik, manajemen operasi atau produksi fasilitas hasil proyek. Lingkup manajemen organisasi meliputi pengelolaan kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan memproduksi barang atau memberikan pelayanan. Mulai dari usaha mendapatkan sumber daya, mengkonversikan masukan menjadi produk atau pelayanan yang diinginkan. Masukan disini dapat terdiri dari bahan mentah, tenaga kerja, material, energi, dan waktu.

Tujuan kajian aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya (Umar, 2001).

II. 3. 6. Aspek Lingkungan

Kajian aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan dapat dilaksanakannya industri secara layak atau tidak dilihat dari segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antara lain peraturan dan perundang-undangan Amdal dan kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengelolaan dampak lingkungan (Umar, 2005). Pembangunan industri yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya.

II. 3. 7. Aspek Legalitas

Aspek legalitas merupakan salah satu aspek penting dalam pendirian sebuah industri karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah laku kegiatan usaha yang bersangkutan.


(29)

14 Untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalkan kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha adalah tentang izin-izin yang harus dimiliki karena izin usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990).

Aspek legalitas atau yuridis berguna untuk kelangsungan hidup proyek dalam rangka meyakinkan kreditur dan investor bahwa proyek yang akan dibuat sesuai dengan peraturan yang berlaku (Umar, 2005). Menurut Husnan dan Muhammad (2000), dalam pengkajian aspek yuridis atau hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dan berbagai akte, sertifikat, serta izin yang diperlukan. Pada kajian aspek legalitas ini juga dimaksudkan untuk meyakini apakah secara legalitas rencana industri dapat dinyatakan layak atau tidak.


(30)

15

III.

METODE PENELITIAN

III. 1.

KERANGKA PEMIKIRAN

Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional harus dilakukan melalui impor. Hal ini menjadi persoalan yang perlu mendapat perhatian khusus mengingat bahan bakar merupakan salah satu tulang punggung sektor transportasi, industri, dan pembangkitan listrik. salah satu upaya yang dapat ditempuh dengan segera mensubstitusi bahan bakar tersebut dengan bahan bakar alternatif terbarukan yang bahan bakunya banyak terdapat di tanah air, bahan bakar alternatif tersebut antara lain adalah biodiesel.

Biji nyamplung sebagai bahan baku biodiesel memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bahan baku yang lainnya. Dengan demikian, nyamplung sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi altenatif sumber biodiesel yang ramah lingkungan, namun hingga kini di Indonesia tanaman nyamplung masih disia-siakan dan dianggap tidak memiliki manfaat.

Pengolahan biji nyamplung menjadi minyak nyamplung sebagai bahan baku biodiesel memberikan nilai tambah yang tinggi. Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui proses pengolahan dari biji nyamplung menjadi minyak nyamplung ini merupakan peluang untuk didirikannya industri skala menengah sampai skala besar karena sampai saat ini industri ini masih sangat sedikit. Peluang ini masih terbuka lebar bagi pengusaha dan investor yang berminat menanamkan modalnya pada sektor industri pengolahan biji nyamplung menjadi minyak nyamplung. Sebelum proyek pendirian industri pengolahan biji nyamplung menjadi minyak nyamplung ini diimplementasikan, terlebih dahulu dilakukan analisa teknoekonomi serta analisa dari berbagai aspek lainnya. Hal ini dilakukan untuk memberikan rekomendasi kepada pihak pengambil keputusan kelayakan pendirian industri pengolahan biji nyamplung menjadi minyak nyamplung sebagai bahan baku biodiesel. Diagram alir kerangka pemikiran yang merupakan tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.


(31)

16

tidak

ya

Fokus penelitian

Perhitungan dengan Microsoft office “excel”

Referensi, pustaka dan metode perbesaran skala (1:4)

Tabulasi data Mulai

Studi pustaka, mempelajari deskripsi produk dan industri

Pengumpulan data (primer dan sekunder)

Data cukup?

Survey lapang

Analisa finansial

Penentuan asumsi , Proyeksi arus kas, Sumber dana dan struktur pembiayaan, PBP, IRR, NPV, B C ratio, BEP Biaya investasi, Analisa sensitivitas, Proyeksi laba rugi.

Analisa teknis dan teknologis Penentuan lokasi pabrik

Neraca masa dan neraca energi

Penentuan kapasitas Pemilihan Teknologi proses

dan mesin

Perencanaan tataletak Metode AHP

Metode AR-Chart

Analisa valuasi dan komersialisasi teknologi

Visi, Misi, Value proposition (harga, bahan baku, produk, tempat dan distribusi, service, experience), Business Model

(customer selection, differentiation and control, scope of product and activities, organizational desaign, value capture for profit, value for talent)


(32)

17

III. 2.

PENDEKATAN MASALAH

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan berencana. Pendekatan berencana merupakan salah satu pendekatan dalam pemecahan suatu permasalahan yang mempunyai tujuan yang jelas. Langkah awal dalam pendekatan berencana adalah mengamati permasalahan dengan dukungan fakta-fakta, ide-ide, atau pendapat untuk mendefinisikan permasalahan selanjutnya.

Tahapan-tahapan pendekatan berencana yang dilakukan pada masalah khusus ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi lapang dilakukan untuk mengetahui permasalahan secara nyata. Pada tahap ini dilakukan pendataan umum terhadap faktor-faktor yang membantu pengembangan permasalahan.

2. Perumusan Masalah

Pada tahap ini ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan, penetapan tujuan, penetapan sasaran yang hendak dicapai, batasan-batasan terhadap penyelesaian masalah, dan asumsi yang diperlukan dalam pengembangan dan penyelesaian masalah.

Gambar 4. Diagram alir tahapan penelitian Analisa pasar dan pemasaran • Identifikasi potensi pasar

Segmenting, targeting, positioning,marketing mix

Analisa manajemen dan organisasi • Struktur organisasi

• Deskripsi kerja • Spesifikasi kerja • Kebutuhan tenaga kerja

Analisa lingkungan dan legalitas • Analisa dampak lingkungan

• Peraturan pemerintah • Perizinan

Penyusunan Laporan Selesai

A Aspek-aspek lain

Referensi, pustaka


(33)

18 3. Pengembangan Alternatif Penyelesaian

Pengembangan alternatif penyelesaian berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi masalah, peubah, batasan, dan asumsi.

4. Pemilihan solusi

Pemilihan solusi optimum melalui analisa alternatif-alternatif. 5. Hasil Akhir

Pembuktian penyelesaian optimum melalui tahapan implementasi, kemudian dilakukan pembuatan kendali yang tepat untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dan mempengaruhi penyelesaian keputusan.

III. 3.

TATA LAKSANA

Tahapan yang harus dilakukan pada analisa teknoekonomi ini adalah melakukan analisa masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perancangan industri tersebut yaitu aspek teknis dan teknologis, aspek finansial, aspek valuasi dan komersialisasi teknologi, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen operasi dan organisasi, aspek lingkungan, dan aspek legalitas. Analisa teknoekonomi ini terdiri dari pengumpulan data dan analisa data.

1. Pengumpulan Data dan informasi

Pengumpulan data dan informasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yaitu analisa teknoekonomi. Data tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah pengambilan suatu keputusan. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak terkait serta para pakar pada bidang teknis dan teknologis yang sesuai. Untuk data sekunder diperoleh melalui laporan, artikel, jurnal, dan statistik dari instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya.

2. Pengolahan Data dan Informasi

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software komputer. Analisa dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang meliputi analisa teknis dan teknologis, analisa finansial, analisa valuasi dan komersialisasi teknologi, analisa pasar, analisa manajemen operasional, dan analisa lingkungan dan legalitas.

a. Analisa Teknis dan teknologis

Analisa teknis dan teknologis meliputi penentuan kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan, neraca massa dan energi, dan perencanaan tata letak, kebutuhan luas ruang produksi, dan layout dari pabrik tersebut. Aliran proses analisa aspek teknis dan teknologis dapat dilihat pada Gambar 5.

Untuk menentukan lokasi pabrik digunakan teknik multiatribut yaitu Analitycal Hierarchy Process (AHP). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam


(34)

19 suatu hierarki, kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain, dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).

tidak

ya

Gambar 5. Diagram alir proses analisa aspek teknis dan teknologis Selesai

Peningkatan skala (scale up)

Penentuan kapasitas produksi

Pemilihan teknologi proses, mesin, dan peralatan

Penyusunan neraca massa dan energi

Penyusunan diagram keterkaitan antaraktivitas, kebutuhan luas ruang produksi

Penyusunan tata letak pabrik Referensi, pustaka dan mengacu pada

kapasitas produksi Referensi, pustaka, mengacu pada

kapasitas produksi dan pemilihan teknologi proses dan mesin

Mengacu pada kapasitas produksi

dan dengan metode AR-Chart

Referensi, dan metode perbandingan perbesaran skala 1 : 4 (skala laboratorium : skala industri)

Percobaan dalam skala laboratorium oleh pihak SBRC Mulai

Penyusunan matriks hierarki AHP Penyebaran kuisioner

lokasi pabrik

Pengolahan data hasil kuisioner

Konsistensi kurang dari 0,1


(35)

20 Pemilihan jenis teknologi proses produksi didasarkan pada kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Neraca massa disusun untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah output masing-masing komponen bahan pada setiap proses. Neraca energi disusun untuk melihat kesetimbangan energi di setiap proses dan keseluruhan proses serta menghitung jumlah energi yang dibutuhkan pada setiap proses dan keseluruhan proses.

Di dalam menganalisa dan merancang keterkaitan aktivitas untuk menentukan tata letak pabrik dapat digunakan bagan keterkaitan antar kegiatan (Aktivity Relationship-Chart). Faktor-faktor penting sebagai persyaratan harus dipenuhi untuk kegiatan atau ruang tertentu, juga karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasannya. Di dalam gambar dapat diberi penilaian keterangan : A adalah “absolute” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berdekatan dan bersebelahan, E adalah “especially important” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus bersebelahan, I adalah “important” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan, O adalah “Ordinary” yang menunjukkan letak antara dua kegiatan bersifat netral, U adalah “unimportant” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dan tidak saling mengikat, sedangkan X adalah “undesirable” yang menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus saling berjauhan atau tidak boleh saling berdekatan.

Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja, penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada bagan keterkaitan antaraktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antaraktivitas.

Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antaraktivitas adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan.

2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan. 3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya.

4. Menentukan faktor atau sub faktor mana yang menunjukkan keterkaitan (produksi, pekerja, dan aliran informasi).

5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antaraktivitas.

6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisa ke sebelah kiri bagan keterkaitan antaraktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan menurut logika ketergantungan kegiatan.

7. Memasukkan derajat hubungan antaraktivitas di dalam kotak yang tersedia.

Bagan keterkaitan antaraktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi diagram keterkaitan antaraktivitas.


(36)

21

b. Analisa Finansial

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam analisa finansial meliputi Break Even point, Net Present Value, Internal rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back period, dan analisa sensitivitas. Kriteria-kriteria ini digunakan untuk melihat kelayakan industri secara finansial.

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih dari nilai investasi sekarang dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.

dengan Bt = keuntungan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga (%)

t = periode investasi (t = 0,1,2,3,…,n) n = umur ekonomis proyek

Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.

Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) atau arus pengembalian internal merupakan tingkat kemampuan proyek untuk menghasilkan keuntungan dan dapat dinyatakan sebagai tingkat suku bunga pinjaman (bank) yang menghasilkan nilai NPV aliran kas masuk sama dengan dengan aliran kas keluar. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.

dengan NPV (+) = NPV bernilai positif

NPV (-) = NPV bernilai negatif

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif

i(-) = suku bunga yang membuat NPV negative

Proyek layak dijalankan bila nilai IRR besar atau sama dengan dari nilai suku bunga yang berlaku.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai negative (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat

NPV


(37)

22 berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al, 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut :

, untuk Bt-Ct>0

Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999).

Break Even Point (BEP) dan Pay Back Period (PBP)

Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Kotler (2002), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus dan grafik berikut :

Gambar 6. Grafik analisa BEP (Kotler, 2002)

PBP merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal suatu investasi, yang dihitung dari aliran kas bersih. Menurut Rangkuti (2005), Pay back period

adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanam dalam proyek dapat kembali dan menggambarkan lamanya waktu agar dana yang telah diinvestasikan dapat dikembalikan. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut:

dengan n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negative yang terakhir (tahun)

PBP

n

, untuk Bt-Ct<0

Net B C


(38)

23 m = nilai kumulatif Bt-Ct negative yang terakhir (Rp)

Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp) Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)

Analisa Sensitivitas

Analisa sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitive terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitive terhadap unsur yang dimaksud. Seperti halnya Giatman (2006), yang mengungkapkan bahwa analisa sensitivitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana dampak parameter-parameter investasi yang telah ditetapkan sebelumnya boleh berubah karena adanya faktor situasi dan kondisi selama umur investasi, sehingga perubahan tersebut hasilnya akan berpengaruh secara signifikan pada keputusan yang telah diambil.

Parameter-parameter investasi yang memerlukan analisa sensitivitas antara lain : - Investasi

- Benefit atau pendapatan - Biaya atau pengeluaran - Suku Bunga (i)

Gray et al. (1993) menambahkan, analisa sensitivitas diperlukan apabila terjadi suatu kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilaksanakan, mengingat proyeksi-proyeksi yang ada banyak mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Dengan diketahuinya nilai-nilai sensitivitas dari masing-masing parameter suatu investasi memungkinkan dilakukannya tindakan-tindakan antisipatif di lapangan dengan tepat.

c. Analisa Valuasi dan Komersialisasi Teknologi

Berdasarkan dari kompetensi dasar dari suatu organisasi digandengkan dengan bisnis model dan sumber daya utama yang tersedia, suatu perusahaan mencoba untuk menciptakan dan memelihara keuntungan yang kompetitif dan berkelanjutan (Richard, 2005).

Analisa valuasi dan komersialisasi teknologi meliputi penetapan visi, misi serta business model dari industri biodiesel dari biji nyamplung yang akan didirikan. Analisa tersebut penting untuk dilakukan agar industri yang akan didirikan tersebut dapat berkembang dengan visi, misi dan business model yang tepat. Business model merupakan faktor penting sebagai penentu keuntungan yang dibuat dari inovasi. Sebuah inovasi yang biasa dengan business model yang besar lebih menguntungkan daripada inovasi besar dengan business model yang biasa.

Bisnis desain merupakan langkah awal dalah penetapan bisnis model. Bisnis desain adalah cara untuk menyampaikan value kepada customer dan mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut, bisnis design dapat disebut sebagai bisnis konsep. Bisnis desain yang bagus melibatkan keinginan dari perusahaan dan apa yang tidak akan dilakukan dan bagaimana perusahaan akan menciptakan value preposition, bisnis desain menjawab tiga pertanyaan inti


(39)

24 yaitu siapa customer?, bagaimana kebutuhan custumer dapat terpuaskan?, dan bagaimana keuntungan diperoleh dan keuntungan tersebut terlindungi?. Hasil dari proses bisnis desain adalah bisnis model, yang merupakan deskripsi dari bisnis dan bagaimana bisnis tersebut dapat berjalan dalam istilah ekonomi (Richard, 2005).

Aliran proses analisa valuasi dan komersialisasi teknologi dapat dilihat pada Gambar 7.

d. Analisa Pasar dan Pemasaran

Aspek-aspek yang dikaji pada analisa pasar dan pemasaran meliputi analisa potensi pasar dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa pasar tersebut. Semua aspek tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan sumber data yang diperoleh.

Setelah diketahui potensi pasar yang dapat diraih, maka diperlukan strategi pemasaran, diantaranya dengan segmentasi (segmenting), penentuan target pasar (targeting), dan penentuan posisi di pasar (positioning), serta bauran pemasaran (marketing mix). Langkah-langkah dalam analisa pasar dan pemasaran dapat dilihat pada Gambar 8.

Tidak

Ya

Gambar 8. Diagram alir proses analisa pasar dan pemasaran Mulai

Penentuan visi Penentuan misi

Penentuan the value proposition

Penentuan business model

Mulai Referensi,

pustaka

Gambar 7. Diagram alir proses analisa valuasi dan komersialisasi teknologi

Mulai Pencarian data

Data cukup?

Analisa potensi pasar Penentuan strategi pembentukan dan

pengembangan pasar

Penentuan strategi bauran pemasaran

Selesai referensi,


(40)

25

e. Analisa Manajemen dan Organisasi

Kajian terhadap manajemen dan organisasi meliputi pemilihan bentuk perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, dan deskripsi dan spesifikasi kerja. Alir analisa manajemen dan organisasi dapat dilihat pada Gambar 9.

f. Analisa Lingkungan dan legalitas

Analisa lingkungan meliputi sejauh mana keadaan tingkat lingkungan dapat menunjang perwujudan pendirian industri, terutama sumber daya yang diperlukan, seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar, serta analisa mengenai dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pendirian industri ini. Analisa legalitas meliputi mekanisme perizinan dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Gambar 9. Diagram alir analisa aspek manajemen dan organisasi Mulai

Menentukan tujuan perusahaan

Mempertimbangkan:

• Data perkiraan investasi yang diperlukan dari penggunaan mesin dan bahan baku

• Data kapasitas produksi

• Teknologi proses yang digunakan

Menentukan bentuk usaha yang dipilih

Menentukan struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja, dan kebutuhan tenaga kerja

Selesai Referensi, pustaka, dan

mengacu pada aspek teknis dan teknologis serta aspek finansial


(41)

26

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1.

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS

IV. 1. 1.Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu unsur penting dalam proses produksi, dengan tersedianya bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan memperlancar proses produksi dalam perusahaan, sehingga diharapkan dengan lancarnya proses produksi tersebut dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen baik jumlah dan waktunya. Bahan baku yang digunakan pada industri biodiesel ini adalah biji nyamplung.

Tanaman nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) merupakan jenis tanaman yang sudah sangat umum dikenal di Indonesia. Tanaman nyamplung dikenal masyarakat Indonesia sebagaisalah satu tanaman yang memiliki manfaat yang banyak

Kendala yang dihadapi untuk memproduksi biodiesel skala industri adalah ketersediaan bahan baku tingkat produksi. Keunggulan biji nyamplung yang dijadikan bahan baku untuk produk biodiesel adalah produksi nyamplung sangat tinggi apabila dibandingkan dengan jarak pagar dan sawit, produksi biji nyamplung dapat mencapai 20 ton/ha/tahun dan kandungan minyak relatif tinggi yaitu antara 50-70% sedangkan produksi biji jarak rata-rata sebesar 5 ton/ha/tahun dan kandungan minyak antara 40-60%. Sawit mencapai 6 ton/ha/tahun dan kandungan minyak antara 46-54%. Bahan baku pengolahan minyak nyamplung sangat mudah diperoleh dan tanaman nyamplung memiliki tingkat produksi yang tinggi apabila dibandingkan dengan yang lainnya (Badan Litbang Kehutanan, 2008).

IV. 1. 2.Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Keuntungan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu pangsa pasar yang mungkin diraih, sedangkan faktor internal yaitu usaha-usaha pemasaran yang dilakukan serta variabel-variabel teknik yang berkaitan langsung dengan proses produksi.

Penentuan kapasitas pabrik juga dipengaruhi ketersediaan bahan baku dan teknologi proses yang dipilih. Kapasitas produk untuk industri biodiesel ini diperoleh setelah dilakukan

scale up dari hasil percobaan skala laboratorium di SBRC (Surfactant Bioenergi and Research Center). Kapasitas biodiesel yang dihasilkan dari industri biodiesel ini adalah 1000 liter per hari. Sedangkan, penentuan kapasitas biji nyamplung untuk bahan baku biodiesel ini ditentukan berdasarkan jumlah bahan baku yang dihasilkan oleh kebun. Luas lahan yang bertegakan nyamplung dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. 1. 3.Lokasi Pabrik

Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencangkup dua pengertian yakni lokasi dan lahan pabrik, serta lokasi untuk bukan pabrik. Pada dasarnya lokasi proyek yang paling ideal adalah terletak pada suatu tempat yang akhirnya mampu memberikan total biaya operasional yang rendah dan keuntungan yang maksimal. Pemilihan lokasi proyek merupakan suatu keputusan yang penting, karena kekeliruan yang dibuat tidaklah mungkin dengan segera dikoreksi tanpa kehilangan investasi yang sudah terlanjur ditanamkan, serta tambahan investasi untuk mencari alternatif lokasi di tempat lain.


(42)

27 Suatu industri yang lokasinya tidak tepat, akan menghadapi persoalan yang terus menerus dan tidak terselesaikan, terutama dalam menghadapi saingan sehingga kelangsungan hidup dan stabilitas industri tersebut akan selalu mengalami kesulitan. oleh sebab itu, untuk memperoleh keputusan yang tepat dalam penentuan lokasi, maka perlu dilakukan pengkajian berbagai faktor yang mempengaruhinya. Lokasi industri yang tepat dapat melayani proses-proses baru, perkembangan teknologi dan dapat menampung kemungkinan-kemungkinan perluasan industri.

Untuk melakukan penentuan kriteria dalam pemilihan lokasi, dilakukan brainstorming

dengan pakar dan studi pustaka, meliputi hal apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pendirian pabrik. Dari hasil pemikiran tersebut, dapat disaring menjadi lima kriteria penentuan lokasi pabrik yaitu, ketersediaan bahan baku, ketersediaan infrasruktur dan transportasi, ketersediaan utilitas, kedekatan dengan pasar, dan ketersediaan tenaga kerja.

Yang dikatakan faktor-faktor utama adalah faktor-faktor yang langsung mempengaruhi tujuan utama perusahaan. Adapun faktor-faktor yang termasuk dalam faktor utama yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi suatu perusahaan atau pabrik adalah :

a. Ketersediaan Bahan Baku

Perusahaan atau pabrik memerlukan bahan mentah untuk diolah lebih lanjut untuk menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadi. Bahan-bahan mentah tersebut perlu diangkut ke perusahaan atau pabrik untuk dapat diolah lebih lanjut. Perusahaan menginginkan untuk selalu memperoleh bahan baku dalam jumlah yang dibutuhkan dengan mudah, harganya yang layak, biaya pengangkutan yang rendah serta bahan-bahan mentah tersebut tidak rusak sehingga bila diproses atau diolah menjadi barang jadi dapat menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang baik.

Suatu pabrik didirikan dekat dengan sumber bahan bakunya memiliki tujuan untuk tetap menjamin ketersediaannya bahan-bahan tersebut sehingga kontinuitas pabrik dapat terjamin dan agar biaya pengangkutan bahan-bahan mentah ke pabrik lebih rendah. Jika pabrik terlampau jauh dari sumber bahan mentahnya maka kemungkinan terlambatnya kedatangan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi.

b. Ketersediaan Infrastruktur dan Transportasi

Pengangkutan (transportation) merupakan suatu faktor yang penting. Kegiatan pengangkutan meliputi mengangkut dan memindahkan bahan baku, bahan tambahan maupun produk-produk yang dihasilkan sampai pada tempat tujuan. Untuk melaksanakan kegiatan pengangkutan ada empat jenis fasilitas pengangkutan yang sering digunakan, yaitu kereta api, truk angkutan jalan raya, pengangkutan melalui air, pengangkutan melalui udara.

c. Ketersediaan utilitas

Suatu pabrik sangat mutlak memerlukan tenaga listrik untuk keperluan menjalankan mesin-mesin serta penerangan pabrik secara keseluruhan. Dengan ketersediaan utilitas yang cukup maka proses produksi dan kegiatan lain yang ada di pabrik akan berjalan dengan lancar, begitu pula sebaliknya apabila ketersediaan utilitas kurang maka proses produksi dan kegiatan lainnya akan terhambat.

d. Kedekatan dengan Pasar

Banyak perusahaan atau pabrik yang memperhatikan daerah pemasaran hasil produksinya dalam menentukan lokasi perusahaan atau pabrik tersebut. Alasan utama perusahaan mendirikan pabriknya dekat dengan pasar agar barang yang akan dipasarkan dapat


(43)

28 cepat sampai dipasar. Jadi bila letak perusahaan dekat dengan daerah pasar maka pelayanan kepada konsumen akan menjadi lebih cepat. Disamping itu biaya pengangkutan produk ke pasar akan menjadi lebih rendah.

e. Ketersediaan Tenaga Kerja

Faktor buruh atau tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi suatu perusahaan. Karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor buruh atau tenaga kerja ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja dan penekanan biaya produksi adalah tenaga kerja.

Setelah lima kriteria disusun maka dilakukan penyusunan sub kriteria yaitu aktor dan tujuan. dan setelah itu perlu ditentukan alternatif lokasi yang mewakili kriteria dan sub kriteria tersebut. Aktor yang berpengaruh pada penentuan lokasi yang potensial untuk pendirian industri biodiesel ini adalah investor, pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat sekitar. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

• Meningkatkan keuntungan (profit) dari pendirian industri biodiesel ini dengan meminimalisasi biaya produksi untuk memproduksi biodiesel yang ramah lingkungan

• Pemerataan lokasi industri yang dilakukan dengan cara mendirikan industri di daerah atau wilayah yang potensial yang belum terdapat industri yang sejenis. Pendirian ini dimaksudkan agar terdapat industri biodiesel dengan bahan baku biji nyamplung di beberapa wilayah secara merata.

• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan adanya lapangan pekerjaan yang baru.

Hal yang penting dalam penentuan alternatif adalah ketersediaan bahan baku yaitu biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dan dekat atau tidaknya dengan pasar yaitu masyarakat yang menggunakan bahan bakar untuk kendaraan dan mesin-mesin mereka. Untuk pertimbangan lingkungan dan peraturan pemerintah dinilai bahwa kriteria tersebut merupakan nilai kritis yang memiliki arti bahwa dalam pendirian industri di daerah tersebut tidak memungkinkan karena dilarang oleh pemerintah atau kondisi geografis lingkungan yang tidak mendukung, maka pilihan lokasi tersebut gugur walaupun memiliki kemampuan suplai bahan baku yang baik dan dekat dengan pasar. Lokasi yang memiliki banyak bahan baku dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Areal tanaman nyamplung di beberapa lokasi


(44)

29 Tabel 8. Produksi buah dan benih dari beberapa lokasi

Untuk pemilihan alternatif lokasi dilakukan dengan cara memilih empat daerah yang memiliki potensi suplai bahan baku dan kedekatan dengan pasar. Keempat daerah tersebut adalah Kedu, Banyuwangi, Cilacap, dan Ciamis. Susunan hierarki pemilihan lokasi pabrik dapat dilihat pada Gambar 10.


(45)

30 Pemilihan lokasi yang potensial untuk pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung dilakukan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut, persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya.

Berdasarkan struktur hierarki AHP di atas, level 1 (fokus) adalah memperoleh lokasi yang paling strategis untuk pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung. Level 2 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah faktor. Level 3 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah aktor. Level 4 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah tujuan. Level 5 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah alternatif lokasi.

Setelah penyusunan hierarki terbentuk, maka untuk pembobotan kriteria dan alternatif lokasi diperlukan pendapat dari tiga orang pakar. Para pakar tersebut mewakili dari bidang akademisi, teknologis, dan pakar mengenai bahan baku yaitu nyamplung. Penilaian pakar diambil berdasarkan lama dan banyaknya pengalaman pada masing-masing bidang tersebut. Contoh lembaran kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 2. Perhitungan perkalian matriks untuk mendapatkan nilai pembobotan dari aktor dan tujuan secara keseluruhan dapat dilihat pada

Lampiran 3. Nilai pembobotan dari hasil akhir dengan menggunakan program AHP dapat dilihat pada Gambar 11 dan untuk nilai pembobotan hasil akhir disetiap kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada Gambar 12.


(1)

126

Jenis Jumlah Komponen Fungsi Kapasitas

inch pipe coil heater, venting and drain, temperature indicator, level indicator, sight glass, seal, and spot lamp. Material: SUS 304

Vacuum spray dryer 2RT70 1 unit (2 batch)

Vertical cylindrical tank, top and bottom torrispherical, and supporting legs. Completed with nozzle, man-hole, 1 inch pipe coil heater, venting and drain, temperature indicator, level indicator, sight glass, seal, and spot lamp. Material: SUS 304

Eliminate water content in crude biodiesel

600 kg/batch

C. Utility

Process water supply system 3PW10 1 pack Complete process water supply. Consist of: medium deep well, water pump, piping distribution system, water storage

Supply of process water and domestic water to biodiesel plant

2 m3/day

Cooling water supply system 3CW20 1 pack Completely cooling water supply system. Consist of: cooling water pond, sprayer, CW pump, piping distribution, etc

Supply cooling water to biodiesel plant

5 m3/day

Diesel generator set 3DE30 1 pack Completely diesel generator set. Soundproof, auto voltage regulator, circulate cooling water, radiator

Supply of electric power 100kVA

Hot oil heater 3OH40 1 pack Biomass hot oil heater package Supply hot oil as thermal energy source


(2)

127 Sumber : PT. Tracon Industri


(3)

128 Lampiran 25 (lanjutan)


(4)

129 Lampiran 25 (lanjutan)


(5)

130 Lampiran 25 (lanjutan)


(6)

131 Mesin pengolahan biodiesel