Rasio Protein dan Energi Lemak

bahan non-protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi, sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan berkurang. Dengan kata lain, penambahan nutrien non-protein sebagai penghasil energi dapat menurunkan penggunaan protein sebagai sumber energi protein sparing effect sehingga dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang pertumbuhan ikan Furuichi 1988. Untuk mengetahui kebutuhan energi pada ikan, harus terlebih dahulu mengetahui tingkat kebutuhan protein optimal dalam pakan bagi pertumbuhan. Nilai DEP Perbandingan antara Digestible Energi dan Protein bagi pertumbuhan optimal ikan berkisar antara 8-9 kkalg. Jika tingkat energi protein dalam pakan lebih rendah dari nilai DEP optimal, menunjukkan bahwa sumber energi dalam pakan terutama yang berasal dari lemak dan karbohidrat tidak mencukupi kebutuhan tubuh ikan. Dengan demikian ikan akan mendapat energi dari asam amino melalui proses glukoneogenesis atau perombakan asam amino menjadi energi sehingga asam amino yang peruntukkannya untuk sintesa protein tubuh jadi berkurang. Sebaliknya jika DEP melebihi batas optimal, ikan cepat merasa kenyang, sehingga konsumsi pakan menurun. Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya. Pada dasarnya ikan akan mengkonsumsi pakan pada saat merasa lapar nafsu makan tinggi dan jumlah pakan yang dikonsumsi akan semakin menurun bila ikan mendekati kenyang Hepher 1988

2.2.3. Rasio Protein dan Energi

Kandungan protein pakan yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan ikan jika tidak diimbangi kandungan energi yang cukup. Jika energi dalam pakan berlebihan, akan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak pada jaringan, serta berkurangnya konsumsi protein, vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan untuk mempertahankan vitalitas dan pertumbuhan. Sebaliknya jika kandungan energi dalam pakan rendah, menyebabkan sebagian protein sebagai sumber energi digunakan untuk proses metabolisme. Oleh karena itu untuk mendapatkan laju pertumbuhan yang optimal maka ikan harus diberikan pakan yang mengandung protein dan energi yang seimbang secara cukup dan terus menerus. Beberapa hasil penelitian pada ikan karnivora laut lainnya seperti yuwana ikan kerapu Epinephelus malabaricus ukuran 9,2 - 40 g membutuhkan protein pakan 44 dengan kandungan energi sekitar 340 - 375 kkal DE100 g Shiau dan Lan 1996. Ikan Sciaenops ocellatus ukuran 92,3 - 737 g membutuhkan protein dan energi pakan berturut-turut 45 dan 378,3 kkal DE100 g pakan McGoogan dan Gatlin III 1999. Ikan ekor kuning, Seriola dumerilii, ukuran 146-1249 g membutuhkan protein pakan 48,7 dan energi sekitar 411 kkal DE100 g pakan Jovert et al. 1999. Yuwana ikan kerapu bebek ukuran 4 - 50 g membutuhkan pakan dengan kandungan protein 45,3 Rachmansyah et al. 2001, rasio protein energi 124,9 mgkkal pada kadar protein 56,2 Giri et al. 2001, serta rasio protein lemak 4812 Rachmansyah et al. 2001, ikan kakap merah membutuhkan protein pakan 42,5 dengan rasio protein energi 130 mgkkal SEAFDEC,1998.

2.2.4. Lemak

Ikan membutuhkan lemak di dalam pakannya sebagai sumber energi, penyediaan lemak essensialnya, mempertinggi penyerapan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, menyediakan prekursor untuk hormon steroid serta memberi aroma pada ikan. Lemak bagi ikan penting untuk daya apung tubuh dalam air Tucker dan Robinson 1999. Seperti hewan vertebrata, pada umumnya ikan tidak mampu mensintesa asam-asam linoleat 18:2 n - 6 dan asam linolenat 18:3 n - 3, oleh karena itu satu atau keduanya harus disuplai dari pakan. Kebutuhan asam lemak essensial ini tergantung pada kemampuan ikan untuk memodifikasi asam lemak ini secara metabolis. Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak esensial berbeda untuk setiap spesies ikan Furuichi 1988. Perbedaan kebutuhan ini terutama dihubungkan dengan habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih memerlukan asam lemak n-3, sedangkan ikan yang hidup di air tawar ada yang hanya membutuhkan asam lemak n-3 atau kombinasi asam lemak n-3 dan n-6 Hepher 1990. Perbedaan yang utama antara ikan air tawar dan air laut adalah bahwa ikan air tawar membutuhkan asam linoleat, atau linolenat atau keduanya. Ikan air laut membutuhkan asam eikosapentonat EPA, 20:5 n - 3 dan atau asam dekasohexaenat DHA 22:6 n – 3 NRC 1993. Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat maupun protein, satu gram lemak dapat menghasilkan 8 - 9 kkal energi sedangkan protein dan karbohidrat kurang lebih 4 kkalgram NRC 1983. Giri 1999 melaporkan bahwa kebutuhan lemak dalam suatu pakan berbeda tergantung pada stadia ikan, jenis ikan dan lingkungan, hal ini dtunjukan pada ikan Labto rahita ukuran 7.5 gram, pertumbuhan yang terbaik adalah yang diberi pakan dengan kandungan lemak 6. Disamping itu jenis lemak yang digunakan dalam pakan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan. Hal tersebut ditunjukan oleh Tucker et al. 1997 bahwa ikan red drum Sciaenops ocellalus hanya dapat memanfaatkan minyak kedelai dan minyak menhaden dalam pakan masing-masing sebesar 1.5 dan 12.7. Hal ini ada kaitannya dengan kualitas lemak yang ditentukan oleh komposisi asam lemaknya dan kebutuhan asam lemak essensial dari ikan. Ikan kerapu E. aerolatus yang diberi pakan dengan kandungan lemak 10 pada pakan yang mengandung 60 protein menghasilkan pertumbuhan yang baik Chu et al. 1996. Menurut Cho dan Watanabe 1985 lemak yang dibutuhkan ikan berkisar antara 4 - 18 . Ikan yang terlalu banyak mengkonsumsi lemak akan mengalami penimbunan asam lemak pada dinding rongga abdominal dan usus sehingga terjadi gejala lever lipid degeneration LLD, kerusakan pada ginjal, edema dan anemia yang dapat menimbulkan kematian Syamsul 2000. Selanjutnya Hung et al. 1997 menyatakan bahwa ikan Sturgeon Acipenser transmontanus yang diberi pakan dengan kandungan lemak tinggi dengan rasio energi pakan yang rendah akan menyebabkan laju pertumbuhan spesifik yang rendah. 2.2.5. Karbohidrat 2.2.5.1. Kebutuhan Karbohidrat dalam Pakan