Kebutuhan Energi Kebutuhan Nutrisi Ikan Kuwe 1. Kebutuhan Protein

lebih tinggi dibanding selama fase lanjutan dari pertumbuhan. Lovell 1989 menyatakan bahwa protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi jika kebutuhan energi dari lemak dan karbohidrat tidak mencukupi dan juga sebagai penyusun utama enzim, hormon dan antibodi. Atom-atom N dari gugus purin dan pirimidin nukleotida yang merupakan basa penting dari DNA dan RNA juga berasal dari asam-asam amino. Setiap spesies ikan membutuhkan kadar protein yang berbeda untuk pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur ukuran ikan, namun pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 30.0 - 50.0 dalam pakannya Hepher 1990. Beberapa peneliti melaporkan kebutuhan protein beberapa jenis ikan karnivora laut berkisar antara 40 - 55 dan bervariasi menurut spesiesnya. Suwirya et al. 2007 menyatakan bahwa pakan dengan kandungan protein 42 - 46 memberikan respon pertumbuhan terbaik untuk ikan kuwe, sementara ikan kakap merah membutuhkan pakan dengan kadar protein 42.5 SEAFDEC 1998. Kebutuhan protein pada stadia juvenil untuk beberapa jenis ikan kerapu relatif tinggi yaitu diatas 47. Benih kerapu bebek membutuhkan pakan dengan kandungan protein 54.2 Giri et al. 1999, benih kerapu macan membutuhkan protein pakan 45 – 50 Laining et al. 2003; Kabangnga et al. 2004.

2.2.2. Kebutuhan Energi

Energi sangat diperlukan untuk proses metabolisme, perawatan tubuh maintenance, aktivitas fisik, pertumbuhan, dan reproduksi NRC 1993. Pertumbuhan ikan sangat bergantung kepada energi yang tersedia dalam pakan. Kebutuhan energi untuk maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu, selebihnya akan digunakan untuk pertumbuhan Lovell 1988. Pertumbuhan atau pembentukan jaringan tubuh paling besar dipengaruhi oleh keseimbangan protein dan energi dalam pakan. Pakan yang mempunyai kadar protein tinggi belum tentu dapat mempercepat pertumbuhan apabila total energi pakan rendah. Karena energi pakan terlebih dahulu dipakai untuk kegiatan metabolisme standar maintenance seperti untuk respirasi, transportasi ionmetabolit dan pengaturan suhu tubuh serta untuk aktivitas fisik lainnya. Energi untuk seluruh aktivitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal dari nutrien non-protein lemak dan karbohidrat. Apabila sumbangan energi dari bahan non-protein tersebut rendah, maka protein akan didegradasi untuk menghasilkan energi, sehingga fungsi protein sebagai nutrien pembangun jaringan tubuh akan berkurang. Dengan kata lain, penambahan nutrien non-protein sebagai penghasil energi dapat menurunkan penggunaan protein sebagai sumber energi protein sparing effect sehingga dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang pertumbuhan ikan Furuichi 1988. Untuk mengetahui kebutuhan energi pada ikan, harus terlebih dahulu mengetahui tingkat kebutuhan protein optimal dalam pakan bagi pertumbuhan. Nilai DEP Perbandingan antara Digestible Energi dan Protein bagi pertumbuhan optimal ikan berkisar antara 8-9 kkalg. Jika tingkat energi protein dalam pakan lebih rendah dari nilai DEP optimal, menunjukkan bahwa sumber energi dalam pakan terutama yang berasal dari lemak dan karbohidrat tidak mencukupi kebutuhan tubuh ikan. Dengan demikian ikan akan mendapat energi dari asam amino melalui proses glukoneogenesis atau perombakan asam amino menjadi energi sehingga asam amino yang peruntukkannya untuk sintesa protein tubuh jadi berkurang. Sebaliknya jika DEP melebihi batas optimal, ikan cepat merasa kenyang, sehingga konsumsi pakan menurun. Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya. Pada dasarnya ikan akan mengkonsumsi pakan pada saat merasa lapar nafsu makan tinggi dan jumlah pakan yang dikonsumsi akan semakin menurun bila ikan mendekati kenyang Hepher 1988

2.2.3. Rasio Protein dan Energi