54 Kecamatan Kubu dan kecamatan Sungai kakap serta b kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, meliputi kawasan perlindungan bakau mangrove di Kecamatan Batu Ampar.
e.
Kondisi Agroklimat
Unsur-unsur iklim curah hujan, suhu udara, penyinaran matahari dan kelembaban udara merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh dan
menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman. Berdasarkan data curah hujan Stasiun Klimatologi Supadio, daerah Kabuaten Kubu Raya termasuk dalam
tipe iklim Af Koppen, yaitu tipe iklim tropika basah, sedangkan menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe hujan A dengan nilai Q = 2,5. Berdasarkan klasifikasi
Zone Agroklimat Oldeman mempunyai 9 bulan basah dan tidak mempunyai bulan kering, dan termasuk dalam Zone Agroklimat A Distannak, 2009. Dari segi curah
hujan dan tipe iklim Oldeman, Kabupaten Kubu Raya tergolong sangat sesuai bagi komoditas tanaman pangan.
Berdasarkan data suhu yang dicatat di Supadio terlihat bahwa suhu udara rata- rata bulanannya 26,7
o
C dengan variasi bulanan relatif kecil, berkisar 26,2
o
C sampai dengan 27,33
o
C. Kelembaban relatif tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman, namun demikian kelembaban yag berlebihan
kurang baik karena dapat mendorong perkembangan penyakit tanaman. Dari kelembaban relatif di Kabupaten Kubu Raya rata-rata bulanan sebesar 87 dengan
variasi kelembaban relatif bulanan 84 sampai dengan 89. Pengaruh penyinaran matahari terhadap pertumbuhan tanaman terdapat dalam proses-proses fotosintesa
dan fotostimulus misalnya fotoperiodisme. Dengan demikian pada tanaman hijau, radiasi berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan transpirasi atau
kehilangan air yang mengakibatkan timbulnya kebutuhan air tanaman. Dengan rata- rata lama penyinaran di Kabupaten Kubu Raya berkisar 60,3. Rerata penyinaran
matahari bulanan terpanjang terjadi pada bulan Juni sebesar 69,1 dan terpendek terjadi pada bulan Desember sebesar 49,8.
2.
Kelemahan
Dalam pengembangan lahan sawah untuk menunjang kecukupan pangan di Kabupaten Kubu Raya, faktor internal yang menjadi kelemahan yaitu :
a. Kelembagaan pertanian
Keberadaan organisasi petani seperti kelompok tani atau gabungan kelompok tani gapoktan di Kabupaten Kubu Raya umumnya lebih bersifat budaya, dan
sebagian besar hanya berorientasi untuk mendapatkan fasilitas atau bantuan melalui proyek pemerintah, belum mengarah kepada pemanfaatan peluang ekonomi yang
ada melalui pemanfaatan aksesibilitas terhadap berbagai informasi teknologi, permodalan dan pasar yang dibutuhkan bagi pengembangan usahatani. Demikian
pula, koperasi belum sepenuhnya mampu mengakomodasi kepentingan anggota sebagai wadah pembinaan teknis dan bisnis. Permasalahan yang masih melekat
pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia menurut Dimyati 2007, adalah : 1 masih minimnya wawasan dan pengetahun petani terhadap masalah
manajemen produksi maupun jaringan pemasaran, 2 belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis, aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan
produksi on farm dan 3 peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal.
55
b. Rendahnya prasarana dan sarana pertanian
Prasarana pertanian yang kondisi infrastrukturnya sangat kurang di Kabupaten Kubu Raya adalah jaringan irigasi. Kondisi jaringan irigasi yang kurang
tersebut tentu berdampak pada rendahnya produktivitas pertanian tanaman pangan. Jenis infrastruktur lain yang masih kurang adalah jalan usahatani, jalan produksi,
dan pelabuhan yang dilengkapi dengan pergudangan. Terbatasnya infrastruktur tersebut menyebabkan biaya angkutan sarana produksi dan hasil pertanian menjadi
makin mahal, dan tingkat kerusakankehilangan hasil selama pengangkutan cukup besar. Akibatnya, harga hasil yang diterima petani menjadi lebih rendah dari yang
seharusnya, disamping mengurangi pasokan bahan pangan di pasar.
Sarana produksi pertanian terdiri dari benihbibit, pupuk, obat-obatan tanaman dan alat mesin pertanian. Benihbibit unggul bermutu tinggi adalah salah
satu sarana produksi pertanian yang sangat esensial. Hingga saat ini, penyediaan benih unggul bermutu tinggi masih sangat kurang dan dengan daya beli petani yang
masih rendah maka benihbibit yang digunakan petani mempunyai tingkat keunggulan yang tidak maksimal. Petani seringkali menggunakan benihbibit hasil
panen, yang kapasitas produksinya sudah menurun. Usaha penangkaran benihbibit belum berkembang luas sampai sentra produksi sehingga harga benihbibit masih
mahal. Pupuk tersedia bagi pertanian rakyat dengan harga subsidi yang diberikan melalui produsen pupuk. Jenis pupuk yang disubsidi adalah urea, SP36, NPK, ZA
dan pupuk organik. Kebutuhan pupuk petani diajukan kepada pemerintah pusat melalui penyusunan RDKK Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok oleh
kelompok tani yang didampingi oleh PPL penyuluh pertanian lapangan. Permasalahan pokok saat ini adalah keterbatasan anggaran pemerintah untuk
subsidi pupuk yang berdampak pada terbatasnya jumlah pupuk bersubsidi yang dialokasikan untuk pertanian. Hal ini menyebabkan jumlah pupuk yang tersedia
bagi petani lebih kecil dari jumlah yang dibutuhkan sesuai dengan dosis rekomendasi sehingga produktivitas tanaman lebih rendah dari yang seharusnya.
Alat dan mesin pertanian yang masih bermasalah dalam ketersediaannya adalah alat pompa air serta alat perontok dan alat pengering gabah. Pompa air sangat
dibutuhkan di daerah-daerah sawah irigasi yang pasokan air permukaannya terbatas dan wilayah tadah hujan yang hanya menggantungkan air hujan pada musim hujan.
Fungsi utama pompa air adalah menyedot air tanah melalui sumur- sumur “patek”
di lahan pertanian dan menyedot air sungai. Saat ini jumlah pompa air masih sangat terbatas, dimana peranan pemerintah masih sangat minim dalam memberikan
bantuan kepada petanikelompok tani. Tingginya harga bahan bakar minyak merupakan hambatan besar dalam pengoperasian pompa air, utamanya pada musim
kemarau yang membutuhkan bahan bakar minyak dalam jumlah besar karena pemakaian pompa yang jauh lebih intensif dibanding pada musim hujan.
Alat perontok gabah masih terbatas jumlahnya sehingga cara perontokan gabah masih banyak yang menggunakan cara digepyok dibanting dengan alas
yang terbatas luasannya. Ketiadaan mesin pengering gabah, utamanya pada musim hujan, menyebabkan mutu gabah petani kurang baik sehingga rendemen beras
menjadi lebih rendah dari yang seharusnya banyak menir. Penanganan pascapanen yang kurang baik telah menyebabkan kehilangan hasil dalam jumlah
cukup besar yang berdampak mengurangi ketersediaan pangan.
56
c. Kurangnya kerjasama lintas sektor
Pembangunan sektor pertanian tidak mungkin dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan maupun oleh Kementerian Pertanian sendiri, tetapi bersama dengan
berbagai dinas dan kementerian lain yang terkait dengan pertanian. Selama ini, rapat-rapat koordinasi baik antar dinas maupun antar kementerian sudah sering
dilakukan, tetapi pengintegrasian kegiatan fisik antar dinas dan kementerian sangat sulit dilaksanakan, antara lain dalam 1 pembangunan prasarana pertanian dan
perdesaan yang merupakan wewenang dinas dan Kementerian PU; 2 kebijakan pertanahan yang menjadi wewenang Kementerian Dalam Negeri; 3 kebijakan
harga dan perdagangan yang merupakan wewenang Kementerian Perdagangan; 4 kebijakan subsidi pupuk yang merupakan wewenang Kementerian Keuangan dan
BUMN; dan 5 kebijakan industri yang merupakan wewenang Kementerian Perindustrian.
d.
Akses Permodalan
Pada umumnya modal usaha petani di Kabupaten Kubu Raya masih terbatas untuk pengembangan usaha padi dalam skala kecil, sehingga tingkat usaha tani
disesuaikan dengan kemampuan modal petani. Akibatnya jumlah produksi dan kualitas yang dihasilkan menjadi tidak maksimal. Perluasan skala usaha harus
berkorelasi positip dengan ketersediaan modal oleh karena itu keterbatasan modal menyebabkan petani merasa kesulitan dalam mengembangkan usaha padi.
Sebagian besar usaha pertanian yang dilakukan petani masih mengandalkan modal sendiri yang berasal dari asset petani dan pendapatan petani. Padahal,
kadangkala pendapatan dan asset petani harus digunakan untuk berbagai keperluan keluarganya mulai dari konsumsi pangan, pakaian, sekolah anak, kesehatan, dan
biaya sosial. Pada kontek pendapatan dan asset yang dimiliki petani relatif berjumlah sedikit, tidak heran jika urusan modal petani dikaitkan dengan tengkulak
atau rentenir dengan tingkat bunga yang tinggi.
Persoalan modal untuk pembiayaan pertanian skala kecil menjadi komplek karena akses ke lembaga pembiayaan formal sulit dapat dipenuhi petani.
Kelengkapan adminisntrasi usaha pertanian sulit dapat dipenuhi sehingga banyak dinilai tidak layak bank unbankable. Secara umum, dihadapan lembaga
pembiayaan formal, usaha pertanian tidak memenuhi syarat dan criteria 5-C, yaitu character, condition of economy, capacity to repay, capital, dan collateral yang
merupakan aturanmekanisme standar perbankan dalam penyaluran permodalan. Dengan demikian, diperlukan adanya lembaga keuangan atau pembiayaan untuk
pertanian yang mampu mengeliminir keterbatasan 5-C yang dihadapi petani.
e. Produktivitas dan mutu padi yang dihasilkan rendah
Masalah utama dalam budidaya padi sawah di Kubu Raya adalah rendahnya produktivitas. Rata-rata produktivitas padi sawah baru mencapai 3,43 tonha, masih
dibawah angka produktivitas nasional sebesar 5,13 tonha BPS, 2014. Rendahnya produktivitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti budidaya padi yang
belum intensif terutama dalam hal pemupukan dan tingkat kesuburan tanah yang rendah merupakan penyebab utama rendahnya produktivitas padi di Luar Jawa.
Berdasarkan hal tersebut, potensi untuk meningkatkan produktivitas padi sawah di luar Jawa masih cukup besar. Sebaliknya rata-rata produktivitas padi sawah di Jawa