senyawa bioaktif yang menyebabkan 90 dari suatu populasi organisme mengalami mortalitas Andriani 2008.
Ada beberapa senyawa bioaktif yang terdapat di alam yang memiliki sifat racun terhadap larva nyamuk A. aegypti seperti saponin, alkaloid, dan kuinon
Mulyana 2002, Cheng et al. 2003, Chapagain et al. 2008. Anthrakuinon merupakan golongan kuinon terbesar yang ada di alam. Antrakuinon yang
terdapat di alam pada umumnya berbentuk glikosida, tidak dalam bentuk bebas. Banyak antrakuinon dalam bentuk glikosida yang bagian gulanya terikat dengan
salah satu gugus hidroksil fenolik. Antrakuinon memiliki bentuk berupa kristal dengan titik leleh yang tinggi dan memiliki sifat larut pada pelarut organik.
Antrakuinon pada umumnya berwarna merah, namun ada juga yang berwarna kuning sampai coklat Mulyana 2002.
Gambar 2 Struktur molekul 2-methyl-anthraquinone www.ecw.com Salah satu kuinon yang efektif sebagai insektisida larva nyamuk demam
berdarah adalah 2-methyl-anthraquinone yang ditemukan pada pohon sugi atau Criptomeria japonica Cheng et al. 2008. Struktur 2-methyl-anthraquinone yang
dikenal dengan nama tectoquinone ini merupakan senyawa dominan yang terdapat pada ekstraktif beberapa jenis kayu, salah satunya kayu jati. Kayu jati T.
grandis dilaporkan memiliki kandungan tectoquinone sekitar 0,3 dari bobot kayu yang dihasilkan dengan pelarut toluen dan campura toluenetanol 1:1 Leyva
et al. 1998.
2.3. Penyakit demam berdarah Dengue Haemorrhagic Fever
Menurut Soedarmo 1988, demam berdarah merupakan manifestasi klinis yang berat dari penyakit arbovirus. Penyakit arbovirus merupakan singkatan dari
arthropod-borne viruses, yaitu penyakit yang ditularkan melalui gigitan artopoda. Laporan pertama mengenai penyakit demam pertama terjadi pada waktu 1930,
ketika prajurit Jepang dan Uni Soviet mengalami penyakit berupa demam tinggi yang disertai pendarahan. Penyakit ini diikuti dengan komplikasi ginjal,
degenerasi sel hati, dan pendarahan kapiler sehingga dahulu dikenal dengan nama haemorrhagic fever with syndrome Soedarmo 1988.
Kasus demam berdarah dengan istilah Demam Berdarah Dengue Dengue Haemorrhagic Fever pertama kali digunakan pada tahun 1953 di Filipina karena
terjadi demam yang menyerang anak-anak disertai manifestasi pendarahan Soedarmo 1988. Di Indonesia pertama kali terjadi diperkirakan di Surabaya
pada tahun 1968, namun konfirmasi virologisnya baru diperoleh tahun 1970 Partana et al. 1970 dalam Soedarmo 1988.
Ada beberapa jenis nyamuk yang kini diketahui menjadi vektor penyakit demam berdarah, seperti A. aegypti, A. albopictus, A. aobae, A. cooki, A.
hakanssoni, A. polynesiensis, A. pseudoscutellaris, dan A. rotumae. Namun, untuk daerah Asia Tenggara dan Pasifik vektor utama penyebaran penyakit demam
berdarah adalah nyamuk A. aegypti Gambar 4 Soedarmo 1988.
Gambar 4 Nyamuk Demam Berdarah Aedes aegypti Pengendalian nyamuk A. aegypti hingga saat ini dapat dilakukan dengan
beberapa metode kontrol yaitu kontrol insektisida, kontrol fisik dan lingkungan, serta kontrol biologis Service 1986. Di daerah tropis seperti Indonesia,
pengendalian yang paling populer untuk memberantas nyamuk A. aegypti adalah dengan cara semprot atau spray. Penyemprotan dengan asap atau yang di kenal
dengan fogging dengan senyawa aktif DDT banyak dilakukan pada era tahun
2000. Fogging efektif membunuh nyamuk nyamuk A.aegypti yang berada di dalam atau di luar rumah. Namun belakangan diketahui terjadi resistensi nyamuk
A. aegypti dan nyamuk jenis lainnya terhadap bahan aktif DDT, sehingga sempat diberlakukan penyemprotan dengan menggunakan senyawa HCH atau malathion
yang lebih efektif membunuh nyamuk Service 1986. Kontrol fisik dan lingkungan dilakukan dengan cara merusak habitat
perkembang biakan nyamuk sehingga keseimbangan atau siklus nyamuk demam A. aegypti menjadi terganggu. Tindakannya dapat berupa membersihkan wadah
penampungan air di secara rutin, membuang sampah-samapah yang bisa menyebabkan genangan air seperti kaleng dan plastik Service 1986.
Kontrol biologis hingga saat ini merupakan pengendalian yang paling aman. Kontrol biologis dilakukan dengan mencari musuh alami dari nyamuk A.
aegypti sehinga dapat merusak siklus perkembangbiakan nyamuk A. aegypti disegala tahap, baik telur, larva, pupa hingga nyamuk dewasa. Agen kontrol
biologis yang saat ini diketahui adalah ikan pemakan nyamuk seperti ikan Gambusia affinis dan ikan guppy karena memakan larva nyamuk A. aegypti
Service 1986.
BAB III METODOLOGI