Kadar ekstrak HASIL DAN PEMBAHASAN

15,99 15,45 18,67 16,72 16,79 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Etanol 1 EtanolToluen 1:1 EtanolToluen 2:1 EtanolToluen 3:1 EtanolToluen 1:2 K ad ar E kstr akt if Pelarut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kadar ekstrak

Zat ekstraktif pada setiap jenis kayu dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut-pelarut yang berbeda tergantung sifat dari zat ekstraktif tersebut dan pelarutnya. Zat ekstraktif bersifat polar dapat terekstrak dalam pelarut yang bersifat polar, dan sebaliknya. Campuran dua pelarut atau lebih juga mempengaruhi jumlah dan komposisi zat ekstraktif yang terekstrak. Etanol merupakan salah satu pelarut yang bersifat polar, sedangkan toluena adalah pelarut yang bersifat non polar. Terdapat perbedaan jumlah ekstrak kayu jati yang berhasil diisolasi dengan menggunakan pelarut etanol dan toluena dengan perbandingan komposisi berbeda Gambar 5. Pelarut campuran etanol dan toluena dengan perbandingan campuran 2:1 menghasilkan kadar ekstrak paling tinggi 18,67 dibandingkan pelarut lainnya yaitu etanol 15,99, etanoltoluena 1:1 15,45, etanoltoluena 1:2 16,79, dan etanoltolena 3:1 16,72. Gambar 5 Kadar ekstrak jati yang diisolasi dengan menggunakan berbagai perbandingan komposisi pelarut. Data di atas menunjukkan bahwa zat ekstraktif pada kayu jati memiliki komposisi berupa senyawa yang bersifat polar dan non polar yang terlarut pada pelarut campuran etanol dan toluena. Pada pelarut etanoltoluena 2:1 senyawa bersifat polar lebih banyak terisolasi dibandingkan senyawa non polar sehingga menyebabkan kadar ekstraktif total menjadi tinggi. Alkohol sebagai pelarut mampu mengekstrak senyawa-senyawa seperti karbohidrat, protein, tanin, flavonoid. Toluena sebagai pelarut dapat mengekstrak senyawa resin, minyak, lemak dan lilin Fengel Wegener 1989. Kadar ekstraktif kayu jati yang dihasilkan secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar ekstraktif jati yang berhasil di isolasi pada penelitian Suyono 2010. Perbedaan ini selain dapat disebabkan perbedaan perbandingan komposisi pelarut yang dipakai juga bisa disebabkan oleh perbedaan tempat tumbuh, umur pohon, dan lokasi pada pohon Sjostrom 1991. Kadar ekstrak belum bisa digunakan untuk menentukan jenis pelarut yang paling efektif untuk mengekstrak kayu jati dengan kadar 2-methyl-anthraquinone tertinggi, karena belum tentu pada kadar ekstrak tinggi juga mengandung kadar 2-methyl- anthraquinone yang tinggi pula.

4.2. Kadar 2-methyl-anthraquinone dalam ekstrak