menyebabkan kadar ekstraktif total menjadi tinggi. Alkohol sebagai pelarut mampu mengekstrak senyawa-senyawa seperti karbohidrat, protein, tanin,
flavonoid. Toluena sebagai pelarut dapat mengekstrak senyawa resin, minyak, lemak dan lilin Fengel Wegener 1989.
Kadar ekstraktif kayu jati yang dihasilkan secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar ekstraktif jati yang berhasil di isolasi pada penelitian
Suyono 2010. Perbedaan ini selain dapat disebabkan perbedaan perbandingan komposisi pelarut yang dipakai juga bisa disebabkan oleh perbedaan tempat
tumbuh, umur pohon, dan lokasi pada pohon Sjostrom 1991. Kadar ekstrak belum bisa digunakan untuk menentukan jenis pelarut yang paling efektif untuk
mengekstrak kayu jati dengan kadar 2-methyl-anthraquinone tertinggi, karena belum tentu pada kadar ekstrak tinggi juga mengandung kadar 2-methyl-
anthraquinone yang tinggi pula.
4.2. Kadar 2-methyl-anthraquinone dalam ekstrak
Penentuan kadar 2-methyl-anthraquinone yang terdapat pada ekstrak kayu jati menggunakan alat Gas Kromatografi Mass Spektofotometer GC-MS dengan
metode pyrolisis. Konsentrasi relatif 2-methyl-anthraquinone dalam ekstrak kayu jati dengan pelarut yang berbeda disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kadar senyawa 2-methyl-anthraquinone dalam ekstrak jati
No Jenis Pelarut
Konsentrasi 2-Methyl- Anthraquinone
1 Etanol
17,85 2
EtanolToluena 3:1 35,03
3 EtanolToluena 2:1
27,65 4
EtanolToluena 1:1 21,02
5 EtanolToluena 1:2
20,51 Senyawa yang terekstrak dalam komposisi berbeda bisa menunjukkan sifat
kimia dari senyawa-senyawa tersebut. Perbedaan kadar relatif dari setiap senyawa yang terlarutkan bisa disebabkan masing-masing senyawa memiliki sifat kelarutan
tertentu Gambar 6.
17,85 35,03
27,65 21,02
20,51
5 10
15 20
25 30
35 40
Etanol 1 EtanolToluen
3:1 EtanolToluen
2:1 EtanolToluen
1:1 EtanolToluen
1:2 K
ad ar
2 -M
e th
y lan
th raq
u in
o n
e
Pelarut
Gambar 6 Kadar 2-methyl-anthraquinone yang diisolasi dengan menggunakan berbagai perbandingan komposisi pelarut.
Konsentrasi relatif 2-methyl-anthraquinone tertinggi terdapat pada ekstrak jati yang diisolasi dengan menggunakan pelarut etanoltoluena 3:1 35,03.
Dominasi 2-methyl-anthraquinone pada ekstrak jati yang diisolasi dengan pelarut etanoltoluena 3:1 ditunjukkan pada chromatogram hasil uji GC-MS Gambar 7.
Gambar 7 Chromatogram hasil uji GC-MS ekstrak jati yang diisolasi dengan pelarut campuran etanoltoluena 3:1.
Kadar relatif ini lebih tinggi dibandingkan kadar relatif yang berhasil didapat pada penelitian Suyono 2010, dimana kadar relatif 2-methyl-
anthraquinone tertinggi yang didapat yaitu 28,98 dengan menggunakan pelarut
campuran etanoltoluena 1:2. Walaupun pelarut etanoltoluena 1:2 yang digunakan
lebih cenderung
bersifat non-polar
dibandingakan pelarut
etanoltoluena 3:1 namun kombinasi pelarut etanoltoluena 3:1 lebih efektif
mengisolasi 2-methyl-anthraquinone. Terjadi perbedaan kadar relatif 2-methyl-
anthraquinone yang berhasil didapat dengan pelarut campuran etanoltoluena dengan ratio 1:2 20,51 dan 1:1 21,02 dengan penelitian Suyono 2010
yang juga menggunakan ratio 1:2 28,98 dan 1:1 21,97. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya perbedaan kayu jati yang dipakai. Perbedaan itu bisa
berupa tempat tumbuh, umur, bagian kayu yang dipakai Sjostrom 1991. Senyawa 2-methyl-anthraquinone berhasil diisolasi dengan pelarut yang
sifat polarnya lebih dominan dari pada sifat non polar. Namun bukan berarti bahwa senyawa 2-methyl-anthraquinone memiliki sifat hidrofilik. Menurut Ohi
2001 bahwa 2-methyl-anthraquinone agak bersifat non polar. Senyawa 2- methyl-anthraquinone termasuk yang tidak terlarut dalam air atau lebih dikenal
dengan sebutan senyawa lipofilik.
4.3. Mortalitas larva nyamuk