3. Perkembangan infrastrukturfasilitas sosial dan ekonomi.

wilayah akan lebih besar dan juga tidak menutup kemungkinan adanya indikasi “ rent seekers “ yang turut mengkerdilkan struktur ekonomi wilayah.

4.1. 3. Perkembangan infrastrukturfasilitas sosial dan ekonomi.

Perkembangan suatu wilayah, umumnya ditentukan oleh jumlah dan kualitas infrastruktur sosial ekonomi yang dibangun pada suatu wilayah pembangunan. Secara parsial perkembangan fasilitas sosial ekonomi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

4.1.3.1. Fasilitas sosial.

Pembangunan fasilitas sosial, penting untuk dibangun dalam rangka memaksimalkan interaksi sosial, pelayanan publik dan memudahkan system aliran informasi dan sumber daya antar pusat atau antar sub wilayah pengembangan yang diharapkan berimbang simetrik. Beberapa indikator pembagunan fasilitas sosial yang dimaksukan antara lain fasilitas pendidikan, kesehatan, air bersih, olahraga dan seni budaya, keagamaan, penerangan dan telekomunikasi serta fasilitas pelayanan publik dan swasta. Perkembangan masing-masing infrastrukturfasilitas sosial dimaksud antar satuan wilayah pengembangan SWP dapat ditunjukkan pada Tabel 17. Secara parsial perkembangan infrastruktur sosial sebagaimana pada Tabel 17, menunjukkan adanya kesenjangan antar wilayah, kecuali fasilitas pelayanan publik setempat Kantor desaLurah sudah dimiliki oleh seluruh desakelurahan di Kabupaten Alor. Setelah itu fasilitas pendidikan dasar SD sudah cukup tersebar 93,14 , dari jumlah desakelurahan di Kabupaten Alor, tetapi belum diimbangi dengan penempatan guru yang merata. Pembangunan fasilitas Pendidikan Menengah Tingkat Pertama, untuk ketiga wilayah pengembangan, cukup tersedia namun masih kekurangan guru, untuk beberapa mata pelajaran Sains dan Bahasa Inggris dan fasilitas Laboratorium. Demikian pula fasilitas pendidikan SLTA, selain kekurangan guru dan fasilitas Laboratorium sebagaimana pada tingkat SLTP, masih ada kesenjangan pada SWP C yang belum ada fasilitas pendidikan SLTA. Para lulusan SLTP pada SWP C harus melanjutkan pendidikan SLTA ke kota SWP B, dengan jarak tempuh 31-85 Km untuk jalan darat dan 66 -130 Km dengan pelayaran laut. Dari aspek fasilitas kesehatan, untuk ketiga pengembangan wilayah, khusunya penyediaan Puskesmas, Pustu dan Polindes hampir berimbang antar wilayah, namun belum diimbangi dengan ketersediaan Medis dan Paramedis, serta fasilitas rawat dan obat-obatan yang tersedia secara kontinue. Selain itu terdapat Pustu dan Polindes yang sudah dibangun tetapi mubazir, karena keterbatasan tenaga medis dan paramedis, serta penyebaran Bidan desa yang belum merata, sementara ratio ketersediaan Bidan desa dan ketersediaan polindes 1,46. Seharusnya 144 Bidan desa yang ada, minimal seorang Bidan desa sudah harus ditempatkan pada 98 Polindes yang tersebar pada 98 desa. Sedangkan 46 Bidan desa lainnya bisa melengkapi tenaga paramedis pada Rumah sakit, Puskesmas dan Pustu. Tetapi pada kenyataanya 80 persen Polindes di Alor belum berfungsi sebagaimana mestinya. Tabel 17 Perkembangan pembangunan infrastruktur sosial antar SWP di Kabupaten Alor Tahun 2003. No Jenis Infrastruktur fasilitas sosek Penyebaran jumlah jenis fasilitas pada desa antar SWP SWP A SWP B SWP C Kabupaten unit Desa Lurah unit Desa Lurah unit desa Lurah Unit Desa Lurah A Pendidikan 1 Taman Kanak TK 8 8 27 21 6 4 41 33 2 Sekolah Dasar SD 56 41 110 84 46 38 212 163 3 SMTP 7 5 20 17 5 5 32 27 4 SMTA 3 3 8 6 0 0 11 9 5 Perguruan Tinggi 0 0 2 1 0 0 2 1 B Kesehatan 1 Rumah sakit 0 0 1 1 0 0 1 1 2 Puskesmas 4 4 7 7 6 6 17 17 3 Pustu 9 9 19 19 13 13 41 41 4 Balai pengobatan 0 0 2 2 1 1 3 3 5 Polindes 22 22 43 43 33 33 98 98 6 Air bersi Leding 17 14 7738 47 787 13 8542 74 C Keagamaan 1 MesjidMushola 31 21 61 48 0 92 69 2 Gereja 70 34 249 80 165 38 484 152 3 Puri 0 0 1 1 0 0 1 1 D Olahraga dan seni budaya 1 stadiun olah raga 0 0 2 2 0 0 0 0 2 Sanggar seni budaya 3 2 1 1 4 3 3 Musem 0 0 1 1 0 0 0 0 E Penerangan dan Telekomunikasi 1 PLN 115 13 7517 50 282 2 7914 65 2 Listrik Non PLN 20 8 802 39 54 5 876 52 3 Listrik Tenaga Surya 395 7 403 9 454 6 1252 22 4 Pemancar Telekom 2 2 1 1 1 1 4 4 5 Pemancar Televisi 1 1 1 1 6 Telephon umum Sellular 0 0 623 19 0 0 623 19 7 Telp. Satelit T.Surya 1 1 2 2 4 4 7 7 8 Saluran SSB 5 5 6 3 9 9 20 17 F Pelayanan publik dan swasta Perkantoran 1 Pemerintahpusat CabangKabupaten 21 4 75 10 22 3 118 17 2 Pemerintah setempat 46 46 91 91 38 38 175 175 3 Kerjasama Luar Negari 0 0 2 1 0 0 2 1 4 Kantor Swasta 0 0 59 14 2 2 61 16 Sumber : BPS, 2003 Alor Dalam Angka, 2003, Potensi dan Profil Desa 2003 . Dari aspek Penerangan, menunjukkan bahwa dari 175 desa kelurahan di Kabupaten Alor memperlihatkan 65 desakelurahan 37,14 yang mendapat fasilitas penerangan dari Perusahaan Listrik Negara PLN, Non PLN 52 desa 29,71 yakni listrik tenaga disel yang diperoleh dari swadaya masyarakat desa dan Program Pengembangan Kecamatan PPK. Sedangkan perusahaan listrik tenaga surya PLTS mencakup 22 desa 12,57 . Dengan demikian masih terdapat 36 desakelurahan 20,57 yang sama sekali belum terjamah oleh penerangan listrik. Dari aspek infrastruktur telekomunikasi, menunjukkan bahwa, saluran telephonsellular masih terbatas pada sub wilayah pengembangan B kota hirarki utama. Komunikasi antar SWP lebih banyak menggunakan Saluran SSB channel single Band yang sudah terpasang pada 17 desakelurahan pada tiga SWP. Namun 87 persen penggunaannya didominasi oleh informasi aktivitas pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat antar SWP.

4.1.3.2. Infrastuktur ekonomi.

Pembangunan infrastruktur ekonomi suatu wilayah amat penting, untuk mendorong aliran sumber daya informasi, barang dan jasa yang efisien, meningkatkan produktivitas dan interaksi spasial yang saling memperkuat. Pembangunan infrastruktur ekonomi yang dimaksudkan adalah fasilitas pasar, tokoh, perusahaan, jaringan perhubungan dan obyek wisata yang mendorong interaksi dan keterkaitan ekonomi antar SWP dan antar regional. Perkembangan infrastruktur ekonomi antar SWP tersebut, dilihat pada Tabel 18. Perkembangan infrastruktur ekonomi wilayah sebagaimana pada Tabel 18, menunjukkan bahwa terdapat 53 pasar yang telah dibangun di Kabupaten Alor, dan tersebar pada 52 desa Kelurahan. Dalam opersionalnya hanya 2 pasar yang beroperasi secara kontinue 7 hari, sedangkan pasar lainnya masih bersifat pasar mingguan yang beroperasi rata – rata 3 hari dalam seminggu, kecuali tokohkios rata-rata dibuka secara kontinue dalam seminggu; namun diantara 175 desakelurahan masih dijumpai 24 13,71 desa yang belum ada toko atau kios yang menyediakan sembako bagi pemenuhan kebutuhan dasar. Desa-desa tersebut tergolong yang paling terisolasi. Perkembangan pembangunan fasilitas Bank di Kabupaten Alor, mencakup 3 unit Bank BNI 1946, BRI dan Bank Pembangunan Daerah NTT. Dari ketiga unit Bank tersebut, hanya Bank BRI yang sudah membuka tiga unit Cabang, 2 unit cabang berada di SWP B dan 1 unit cabang berada di SWP A. Dengan demikian terdapat 6 unit Bank di Kabupaten Alor, yang memperkuat Struktur ekonomi wilayah. Demikian juga Lembaga keuangan lainnya Nir Bank terdiri dari 6 unit. Selain Bank dan Nir Bank, Koperasi sebagai salah satu Lembaga ekonomi masyarakat, yang berperan untuk memperkuat basis ekonomi masyarakat perdesaan, juga telah berkembang sebanyak 66 unit pada 47 desakelurahan, Tabel 18 Perkembangan pembangunan infrastruktur Ekonomi antar SWP di Kabupaten Alor Tahun 2003. No Jenis Infrastruktur fasilitas sosek Penyebaran jumlah jenis fasilitas antar SWP SWP A SWP B SWP C Kabupaten unit desa unit desa unit desa unit Desa A Pasar 13 13 24 24 16 15 53 52 B Bank 1 1 5 3 0 0 6 4 C Nir Bank 1 1 5 4 0 0 6 5 D TokohKios 88 29 764 86 74 36 926 151 E KoperasiKUD 4 4 59 40 3 3 66 47 F PerusahanPabrik 0 0 11 6 0 0 11 6 G RestoranR.makan 1 1 38 6 0 0 39 7 H HotelWisma 1 1 5 4 0 0 6 5 I Obyek Wisata 0 0 7 6 2 1 9 7 J Depot pertamina 0 0 2 2 0 0 2 2 K Perhubungan darat 1 Jalan aspal 32 32 57 57 15 15 104 104 2 Kend.roda 4 penumpang 1 1 275 23 3 2 279 26 3 K.roda 4 non penumpang 6 6 56 10 25 12 87 28 4 Kendaraan roda dua 125 19 1520 55 35 13 1680 87 L Perhubungan laut 1 Pel. niagaPangkalan AL 0 0 1 1 1 1 2 2 2 Pelabuhan ferri ASDP 1 1 1 1 3 Pel. Tengker Pertamina 1 1 1 1 4 Pel. Pelayaran rakyat 2 2 1 1 5 Kapal niaga 0 0 4 4 0 0 4 4 6 Kapal Perintis 0 0 3 3 0 0 3 3 7 Kapal ferri 2 1 4 4 0 0 4 4 8 Perahu motor 89 30 137 36 13 4 239 70 9 Speadbood 0 0 4 2 0 0 4 2 M Perhubungan Udara 1 Bandara 0 0 1 1 0 0 1 1 2 Pesawat F 27 1 1 1 1 3 Pesawat cassa 0 0 1 1 0 0 1 1 Sumber : BPS, 2003 Alor Dalam Angka, 2003, Potensi dan Profil Desa 2003 . kendatipun 89,40 persen masih berada di kota Sub wilayah B. Dari 66 unit Koperasi tersebut, 18 unit diantaranya merupakan fasilitas pembangunan tempat pelayanan koperasi TPK unit desa dari 9 Koperasi Unit Desa di Kabupaten Alor. Akan tetapi dari 18 TPK unit desa yang tersedia, yang berfungsi hanya 55,56 persen, sedangkan 44,44 persen tidak berfungsi. Hal ini disebabkan oleh kendala organisasi dan manajemen. Perkembangan suatu wilayah tidak bisa terlepas dari pembangunan fasilitas perusahaanpabrik, restoranrumah makan dan hotelwisma, yang memperkuat keterkaitan struktur ekonomi wilayah. Terdapat 11 unit perusahaanpabrik berskala mikro dan menengah di Kabupaten Alor, 39 unit Rumah makanrestoran dan 6 unit HotelWisma, dimana 97,44 persen ketiga pembangunan fasilitas tersebut masih terpusat di kota Sub SWP B. Khusus perkembangan fasilitas hotel, rata-rata masih pada kelas melati, jumlah kamar tidur yang tersedia masih terbatas 87 unit dengan rata–rata kunjungan tamu 166 orang perbulan pada tahun 2003. Dari rata-rata kunjungan tamu tersebut 8,35 persen merupakan tamu mancanegara, dan bila dibanding tahun 2002, jumlah kunjungan mancanegara meningkat 14,18 persen dari tahun 2002 sebanyak 134 pengunjung. Sedangkan pengunjung nusantara mengalami penurunan 0,76 persen pada tahun 2003 dari jumlah pengunjung nusantara tahun 2002 sebanyak 1 847 orang. Perkembangan jumlah pengunjung baik mancanegara maupun nusantara, terkait dengan daya tarik wilayah, antara lain potensi parawisata daerah. Terdapat 19 obyek parawisata daerah wisata bahari, seni- budaya dan panorama alam, namun belum didukung dengan infrastruktur yang memadai. Pengelolaan obyek Parawisata daerah yang sudah dibangun fasilitas sederhana, baru mencapai 47,37 persen dari 19 obyek potensi wisata yang teridentifikasi. Untuk melaksanakan semua aktivitas sosial ekonomi suatu wilayah, harus diimbangi dengan pasokan sumber energi yang cukup dan kontinue, maka fasilitas energi yang sudah dibangun berupa sebuah pelabuhan tengker pertamina dan sebuah Depot distribusi. Namun demikian Depot distribusi pertamina yang hanya satu, sering mnyebabkan kemacetan lalulintas setiap hari, pada saat antrian distribusi energi pada kendaraan dan tempayan untuk konsumsi rumah tangga penduduk. Selain pembangunan infrastruktur ekonomi dan sosial sebagaimana pada Tabel 17 dan Tabel 18 yang diuraikan di atas, maka pembangunan infrastruktur perhubungan atau transportasi merupakan bagian pembangunan fasilitas pembangunan wilayah yang sangat vital dalam rangka membangun jaringan keterkaitan dan interaksi sosial ekonomi antar dan inter wilayah pembangunan. Perkembangan infrastruktur jaringan transportasi di Kabupaten Alor sebagaimana pada Tabel 18, pada umumnya menunjukkan perkembangan yang masih jauh dari optimal untuk membangun jaringan keterkaitan dan interaksi spasial yang kuat. Pembangunan jalan aspal yang menghubungkan kota hirarki utama dan kota-kota hinterland kota kecamatan baru menjangkau 59,43 persen dari 175 desakelurahan di Kabupaten Alor. Dari 59, 43 persen desakelurahan yang telah dijangkau jalan aspal tersebut, 33,40 persen dari 463,18 Km panjang jalan beraspal di Kabupaten Alor adalah berkualitas jelek rusak. Rata-rata klasifikasi jalan di Kabupaten Alor adalah jalan kelas III, dengan rincian: panjang jalan negara 95,20 Km dari total panjang jalan di Kabupaten Alor 1 432,33 Km, jalan propinsi 172 Km dan jalan kabupaten 1 164,93 Km Gambar 8 Peta penyebaran jalan di Kabupaten Alor. Selain itu penyediaan kendaraan roda 4 dan roda 2 juga masih sangat terbatas antar satuan wilayah pengembangan. 8.56 17.12 P E T A J A R IN GA N J A LA N D I K A B U PATEN A L OR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ALOR “ B A P P E D A “ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jl . El Tari No. 19 Tel epon 0386 21378 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN ALOR DATA DASAR 25.68 34.24 Km 1 : 856.000 Ibukota Kabupaten Ibukota Kecamatan Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten Jalan Desa B T U S Gambar 8. Peta penyebaran jalan di Kabupaten Alor Kabupaten Alor sebagai salah satu Kabupaten kepulauan, maka pembangunan infrastruktur transportasi laut dan udara, memiliki peran strategis dalam membangun keterkaitan dan interaksi spasial antar regional dan inter wilayah Pembangunan. Untuk antar regional Kabupaten Alor sudah memiliki 2 Pelabuhan niaga, dengan lokasi Kalabahi dan Maritaing berperan pula sebagai pangkalan Angkatan Laut untuk menjaga teritorial wilayah NKRI dengan negara Timor Leste, dan satu unit pelabuhan ferri di Kalabahi. Sedangkan antar inter wilayah pembangunan di Kabupaten Alor sudah di bangun 3 unit pelabuhan pelayaran rakyat PELRA yakni 1 unit pada SWP C di Marataing dan 2 unit pada SWP A masing-masing di Bakalang dan Baranusa dan sejumlah pembangunan tambatan perahu pada pulau-pulau kecil dan jalur selatan pulau Alor. Dari 3 unit PELRA tersebut, yang sudah secara kontinue disinggahi Kapal niaga dan kapal ferri adalah pelabuhan Baranusa untuk kapal ferri 2 kali seminggu sebagai pelabuhan transit jalur Kalabahi – Leoleba-Larantuka Flores PP. Sedangkan pelabuhan Bakalang dan Marataing masih insedentil, untuk disinggahi kapal ferri maupun niaga. Jumlah kapal yang secara kontinue menyinggahi Pelabuhan Kalabahi, terdiri dari 4 unit Kapal ferri, dengan jalur pelayaran sebagai berikut : 2 unit jalur Kupang – Kalabahi- Baa Rote PP dan 2 unit jalur Kalabahi-Baranusa- Leoleba-Larantuka PP dan Kalabahi–Atapupu Kabupaten Belu, PP. 3 Kapal perintis yakni Awu, Serimau dan Tatamaulau yang menyinggahi pelabuhan Kalabahi 2 minggu sekali secara kontinue serta 4 kapal niaga yang masuk pelabuhan Kalabahi seminggu sekali secara bergantian. Selain Pelabuhan laut, Kabupaten Alor juga sudah miliki 1 unit Bandara dengan panjang landasan 1 450 M, yang sudah disinggahi 1 unit Pesawat Cassa dan 1 unit Pesawat sejenis Foker 27 secara kontinue dalam seminggu dengan jalur penerbangan Kupang-Kalabahi PP dan Kupang–Maumere–Kalabahi PP, dan Kalabahi–Kupang-Denpasar 2 X seminggu.

4.2. Analisis Kesenjangan Pembangunan Antar Satuan Wilayah Pengembangan SWP.