2.2 Penginderaan Jauh
Remote Sensing
Istilah penginderaan jauh merupakan terjemahan dari remote sensing yang telah dikenal di Amerika Serikat sekitar akhir tahun 1950-an. Menurut
Manual of Remote Sensing American Society of Photogrammetry, 1983 dalam Jaya, 2009, penginderaan jauh didefinisikan sebagai ilmu dan seni pengukuran
untuk mendapatkan informasi suatu objek atau fenomena menggunakan suatu alat perekaman dari kejauahan tanpa melakukan kontak fisik dengan ojek atau
fenomena yang diukurdiamati. Pada saat ini, penginderaan jauh tidak hanya mencakup kegiatan pengumpulan data mentah, tetapi juga mencakup pengolahan
data secara komputerisasi dan interpretasi manual, analisis citra, dan penyajian data yang diperoleh. Kegiatan penginderaan dibatasi pada penggunaan energi
elektromagnetik. Berdasarkan sifat sumber energi elektromagnetik yang digunakan,
penginderaan jauh dibedakan atas penginderaan jauh pasif passive remote sensing dan penginderaan jauh aktif active remote sensing. Penginderaan jauh
pasif didefinisikan sebagai suatu sistem yang menggunakan energi yang telah ada seperti reflektansi energi matahari danatau radiasi dari objek secara langsung.
Beberapa sensor yang menggunakan sistem ini adalah MSS, TM, ETM+, NOAA, AVHRR, MOS-1, MESSR, IRS, dan potret udara. Sedangkan penginderaan jauh
aktif didefinisikan sebagai suatu sistem yang menggunakan sumber energi buatan seperti gelombangmicrowave. Beberapa sensor yang menggunakan sistem ini
adalah RADAR, RADARSAT, ERS-1, JERS-1, SLAR, dsb Jaya, 2009. Kualitas data yang diperoleh dipengaruhi oleh komponen yang terlibat
secara langsung. Menurut Butler at al. 1988 komponen yang terlibat pada proses pengumpulan data terdiri dari sumber energi elektromagnetik, atmosfer sebagai
media lintasan energi elektromagnetik, keadaan obyek sebagai fenomena yang diamati, dan sensor sebagai alat yang mendeteksi radiasi elektromaknetik dari
suatu obyek dan merubahnya menjadi sinyal yang selanjutnya dapat direkam dan diproses.
Gambar 2-3. Ilustrasi Perekaman Objek Oleh Satelit Teknik penginderaan jauh memiliki kemampuan yang tinggi dalam
menganalisis areal yang luas dan sulit ditempuh dengan cara konvensional dalam waktu yang singkat. Kelebihan dalam teknik inderaja ini sangat berguna untuk
kegiatan pengkajian dan monitoring sumberdaya alam di seluruh dunia baik di darat maupun di laut. Data penginderaan jauh juga dimanfaatkan dalam berbagai
jenis aplikasi seperti kehutanan, pertambangan, pertanian, pengembangan wilayah pesisir, perikanan, penataantata ruang kota, dan pemanfaatan bagi militer.
Menurut Purwadhi 2001, analisis data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik dan data lapangan. Hasil analisis
yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang alam, jenis penutup lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumber daya daerah yang diindera. Informasi tersebut
bagi para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam pengembangan daerah tersebut. Keseluruhan
proses mulai dari pengambilan data, analisis data, hingga penggunaan data disebut Sistem penginderaan jauh.
Dalam aplikasinya sebagai teknologi pemetaan dan monitoring sumberdaya alam seperti mangrove, penginderaan jauh digunakan sebagai metode
pendekatan pada beberapa penelitian terdahulu. Menurut Arhatin 2007 beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya: Cornejo et al. 2005 melakukan
pemantauan mangrove di lagun Navachiste-San Ignacio-Macapule, Sinaloa, Mexico; Vaiphasa 2006 memetakan mangrove di Sawi Bay, Chumporn,
Thailand; Upanoi dan Tripathi 2003 melakukan pemantauan mangrove di Krabi, Thailand; Liu et al. 2002 melakukan pemantauan mangrove di Hainan, China;
Hartono 1994 melakukan inventarisasi mangrove di Cimanuk, Jawa Barat; Zuhair 1998 melakukan pemantauan mangrove di Kalimantan Timur;
Widyastuti 2000 memetakan mangrove di Segara Anakan, Cllacap, Jawa Tengali; Harsanugraha et al. 2000 menganalisis potenai mangrove di Pulau Bali.
2.3 Satelit LANDSAT-7 ETM+