Satelit LANDSAT-7 ETM+ TINJAUAN PUSTAKA

Thailand; Upanoi dan Tripathi 2003 melakukan pemantauan mangrove di Krabi, Thailand; Liu et al. 2002 melakukan pemantauan mangrove di Hainan, China; Hartono 1994 melakukan inventarisasi mangrove di Cimanuk, Jawa Barat; Zuhair 1998 melakukan pemantauan mangrove di Kalimantan Timur; Widyastuti 2000 memetakan mangrove di Segara Anakan, Cllacap, Jawa Tengali; Harsanugraha et al. 2000 menganalisis potenai mangrove di Pulau Bali. 2.3 Satelit LANDSAT-7 ETM+ LANDSAT-1 merupakan satelit pengamat permukaan bumi earth observation satteliteEOS pertama yang diluncurkan AS pada tahun 1972. Kemampuannya dalam mengamati permukaan bumi jauh dari ruang angkasa telah diakui. Setelah LANDSAT-1, LANDSAT-2, 3, 4, 5 dan 7 diluncurkan. LANDSAT-7 masih digunakan sampaim sekarang sebagai satelit utama. sumber: http:landsat.usgs.govimagessquarestimeline.jpg Gambar 2-4. Ilustrasi Penggunaan LANDSAT Berdasarkan Tahun LANDSAT-5 dilengkapi dengan peralatan pemindai multispektral multi spectral scannerMSS dan Thematic Mapper TM. MSS adalah sebuah sensor optik yang dirancang untuk mengamati radiasi matahari, yang tercermin dari permukaan bumi dalam empat saluranband spektral yang berbeda, menggunakan kombinasi dari sistem optik dan sensor. TM adalah versi yang lebih canggih dari peralatan pengamatan yang digunakan dalam MSS, yang mengamati permukaan bumi dalam tujuh band spektral yang berkisar dari sinar tampak sampai ke daerah inframerah termal. TM dirancang untuk mendapatkan citra dengan resolusi yang lebih tinggi, pemisahan spektral yang tegas, meningkatkan konsistensi geometrik, dan ketepatan radiometrik dan resolusi yang lebih tinggi dari sensor MSS. LANDSAT-7 berhasil diluncurkan pada 15 April 1999 dari markas angkatan udara Vanderburg. LANDSAT-7 memiliki berat sekitar 5.000 pound dan mengorbit Bumi pada ketinggian 705 km. Orbita satelit diprogram dengan siklus 16 hari sesuai Landsat Worlwide Reference System. LANDSAT-7 dilengkapi dengan sensor Enhanched Thematic Mapper Plus ETM+ yang merupakan penerus dari sensor TM pada LANDSAT-5 SIC, 2001-2010. sumber: http:science.nasa.govmediamedialibrary20100331landsat_7_schematic.gif Gambar 2-5. Konfigurasi Satelit LANDSAT-7 Sensor ETM+ tidak jauh berbeda dengan sensor TM. Prinsip pengamatan spektral menggunakan tujuh band spektral dengan penembahan pankromatik band-8 dengan resolusi 15x15 m 2 . Pada Tabel 2-1 berikut terlihat perbedaan band spektral TM dan ETM+. Pada tanggal 31 Mei 2003, Scan Line Corrector SLC yang berfungsi untuk mengatur arah perekaman citra pada LANDSAT-7 mengalami kegagalan kerja malfungsi. Tanpa operasi SLC, arah perekaman sensor ETM+ menjadi zigzag. Keruskan ini bersifat permanen sehingga citra LANDSAT-7 yang direkem setelah tanggal tersebut memiliki cacat berupa duplikasi perekaman yang tumpang tindih dan gap USGS, 2010. Tabel 2-1. Perbandingan spektral band pada sensor ETM dan ETM+ Band Panjang Gelombang µm Resolusi Spektralradiasi TM ETM+ TM ETM+ 1 0.45-0.52 0.45-0.52 30 30 Visibel – biru 2 0.52-0.60 0.52-0.60 30 30 Visibel – hijau 3 0.63-0.69 0.63-0.69 30 30 Visibel – Merah 4 0.76-0.90 0.77-0.90 30 30 Infra merah dekat 5 1.55-1.75 1.55-1.75 30 30 Infra merah menengah 6 10.40-12.50 10.40-12.50 120 60 Thermal infra merah 7 2.08-2.35 2.09-2.35 30 30 Infra merah menengah 8 NA 0.52-0.90 NA 15 Visibel Sumber: USGS http:landsat.usgs.govband_designations_landsat_satellites.php dan Sattelite Imaging Corporation http:www.satimagingcorp.comsatellite-sensorslandsat.html. Sumber: http:landsat.usgs.govproducts_slcoffbackground.php Gambar 2-6. Pergerakan Pola Perekaman Dengan dan Tanpa SLC

2.4 Aplikasi GIS pada Mangrove