Struktur Permintaan Akhir Keterkaitan sektor unggulan dan karakteristik tipologi wilayah dalam pengembangan kawasan strategis studi kasus kawasan kedungsapur di Provinsi Jawa Tengah

kemudian komponen upah dan gaji sebesar 11 . 104 . 834 juta rupiah atau sekitar 32.16. Sedangkan komponan penyusutan dan pajak tak langsung masing-masing hanya mencapai porsi 8.38 dan 5.98. Tabel 30 Komposisi nilai tambah bruto menurut komponennya di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 Kode Komponen Nilai Tambah Nilai Distribusi Juta Rp 201 Upah dan Gaji 11 104 834 32.16 202 Surplus Usaha 18 462 615 53.48 203 Penyusutan 2 894 901 8.38 204 Pajak Tak Langsung 2 063 310 5.98 Jumlah 34 525 660 100.00 Sumber: Hasil olah data, Tabel I-O Kawasan Kedungsapur 2003 Sehingga berdasarkan struktur nilai tambah tersebut, porsi upah dan gaji lebih rendah apabila dibandingkan dengan surplus usaha. Sementara upah dan gaji merupakan komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja. Sedangkan surplus usaha yang merupakan penerimaan bagi pengusaha dan belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, dalam hal ini khususnya tenaga kerja, mengingat dalam surplus usaha tersebut termasuk bagian yang disimpan atau ditanam di perusahaan sebagai laba yang ditahan.

3. Struktur Permintaan Akhir

Selain digunakan oleh sektor produksi dalam rangka proses produksi, barang dan jasa juga digunakan oleh konsumen untuk memenuhi permintaan akhir antara lain konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal, ekspor, serta perubahan stok. Jumlah komponen permintaan akhir tersebut apabila dikurangi dengan impor maka akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor produksi domestik atau PDRB menurut penggunaan. Struktur permintaan akhir di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 menurut komponennya dirinci dalam Tabel 31, dengan total permintaan akhir mencapai 43 . 802 . 923 juta rupiah. Dari total jumlah permintaan akhir tersebut, sebanyak 20 . 995 . 776 juta rupiah didistribusikan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga atau sekitar 47.93. Sedangkan untuk pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 3 . 042 . 828 juta rupiah atau sekitar 6.95, pembentukan modal tetap sebesar 4 . 995 . 341 juta rupiah atau sekitar 11.31, perubahan stok sebesar 656 . 086 juta rupiah atau sekitar 1.50, dan ekspor sebesar 14 . 152 . 892 juta rupiah atau sekitar 32.31. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kawasan Kedungsapur masih perlu adanya peningkatan investasi usaha untuk menggalakkan aktivitas perekonomian wilayah. Tabel 31 Komposisi permintaan akhir menurut komponennya di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003 Kode Sektor Nilai Distribusi terhadap Distribusi Juta Rp Permintaan Akhir terhadap PDRB 301 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 20 995 776 47.93 60.81 302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3 042 828 6.95 8.81 303 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4 955 341 11.31 14.35 304 Perubahan Stok 656 086 1.50 1.90 304 Ekspor 14 152 892 32.31 40.99 Jumlah Permintaan Akhir 43 802 923 100.00 - Impor 9 277263 - 26.86 Total PDB 34 525 660 - 100.00 Sumber: Tabel I-O Kawasan Kedungsapur 2003 updating Apabila ditelaah struktur permintaan akhir terhadap PDRB, terlihat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga menghabiskan 60.81 dari total PDRB atau nilai tambah yang diciptakan di Kawasan Kedungsapur. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, dan perubahan stok masing-masing sebesar 8.81, 14.35 dan 1.90 dari total nilai tambah tersebut. Permintaan barang untuk ekspor mencapai 40.99 dari keseluruhan nilai tambah, dan pembelian barang dari impor mencapai 26.86 dari nilai tambah.

4. Angka Pengganda