5 Penelitian ini difokuskan pada kajian keanekaragaman spesies kelelawar
buah, kesamaan penggunaan sumberdaya pakan dan habitat, hubungan morfometrik
craniodental dan pakan kelelawar, dan komposisi pakan kelelawar buah khususnya di Taman Wisata Alam Gunung Meja TWAGM.
II METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juli 2014 di Taman Wisata Alam
Gunung Meja Manokwari dan dari Februari sampai Juli 2015 di Laboratorium Genetika Hutan dan Kehutanan Molekuler Fahutan IPB Bogor. Peta lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian di kawasan TWAGM Manokwari
2.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk analisis polen ini terdiri dari: jaring kabut mistnet, kantung blacu, timbangan pesola 100g, micrometer 0.01 mm, kamera
digital, dan software Canoco for Windows 4.5, cawan petri, mesin separator
sentrifugal, mikroskop, tabung reaksi, botol spesimen, dan kaca preparat. Bahan yang akan digunakan adalah pakan yang terdapat pada saluran pencernaan,
kloroform, gliserol, alkohol 70, alkohol 95 dan kuteks berwarna bening.
6 2.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer meliputi jumlah individu dan jenis kelelawar
pada tiga tipe habitat yang berbeda primer, kebun buah campuran, dan hutan sekunder, ukuran karakter tengkorak dan gigi
craniodental sampel kelelawar, dan polen meliputi bentuk dan ukuran polen pada saluran pencernaan sampel
kelelawar. Pengumpulan data jumlah individu dan jenis kelelawar pada tiga tipe
habitat yang berbeda dilakukan melalui observasi lapangan. Penangkapan sampel kelelawar pemakan buah dilakukan dari bulan Mei sampai Juli 2014 pada 45 titik
tempat pemasangan misnet berukuran panjang 9 meter, lebar 2.5 meter dan 4 shelf yang mewakili ketiga tipe habitat dimana hutan primer 25 titik, kebun buah
campuran 10 titik, dan hutan sekunder 10 titik. Misnet dibentangkan di bawah tajuk 2 meter di atas permukaan tanah secara
purposive sampling pada jam 16.00 WIT dan dilakukan pengecekan pada jam 20.00 WIT, 24.00 WIT, dan 06.00
WIT pada keesokan paginya selama tiga malam berturut-turut untuk setiap misnet. Waktu pemasangan misnet untuk penangkapan kelelawar, dua hal penting yang
harus diperhatikan adalah 1 menghindari pemasangan jaring ketika bulan purnama karena efek lunar phobia pada kelelawar pemakan buah Flores
et al. 2012, dan 2 jika terjadi hujan deras saat pengambilan sampel kelelawar maka hal
ini akan dilakukan pada malam berikutnya pada titik pemasangan misnet yang sama dan juga waktu yang sama pada saat jaring ditutup malam sebelumnya Rex
et al. 2008. Individu kelelawar yang terperangkap diidentifikasi berdasarkan spesies, jenis kelamin, ditimbang mendekati 0.5 gram, dilakukan pengukuran
tubuh panjang lengan bawah sayap, telinga, betis, telapak kaki, dan panjang kepala
– badan untuk individu dewasa dan kemudian dilepas lagi di lokasi pemasangan misnet. Pengukuran karakter morfologi dilakukan untuk identifikasi
kelalawar yang mengacu pada Flannery 1995 dan Suyanto 2001. Individu kelelawar yang terperangkap ditentukan usia dan status reproduksi yang mengacu
pada Kunz 1973 dan Estrada Estrada 2001.
Data ukuran karakter tengkorak dan gigi craniodental sampel kelelawar
terdiri dari 18 karakter Gambar 3 mengacu pada Campbell et al. 2007, Dumont
1997, dan Dumont 2006, dilakukan melalui pengukuran dengan kaliper mikro. Data polen dilakukan secara observasi polen pada saluran pencernaan kelelawar
yang digunakan sebagai sampel. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur.
7
Gambar 3 Penampakan bagian dorsal dan ventral tengkorak, lateral tengkorak dan gigi
Aceredon jubatus Ingle Heaney 1992
Keterangan Gambar 3: 1 panjang tengkorak TSL, 2 jarak antar orbit MZB, 3 lebar jarak antar tulang zigomatik PSW, 4 lebar tempurung tengkorak MSW,
5 jarak antar gigi taring PC, 6 jarak antar gigi geraham depan 4 PM4, 7 panjang total palatal TPL, 8 panjang anterior dasar tengkorak ASL, 9
panjang rostrum RL, 10 tinggi tengkorak SH, 11 jarak antara condyle terhadap gigi taring CC, 12 jarak condyle terhadap gigi geraham pertama
CM1, 13 jarak condyle terhadap gigi geraham bawah ketiga CM3, 14 tinggi ramus angular proses CPH, 15 tinggi condilar proses CH, 16
tinggi tebal dentari di bawah geraham pertama MDD, 17 panjang susunan gigi pada rahang bawah LTR, 18 panjang rahang bawah TDL.
Pengumpulan data polen dilakukan secara observasi pada saluran pencernaan kelelawar yang digunakan sebagai sampel sebanyak 63 individu yang
terdiri dari 1 individu Dobsonia magna, 4 individu D. minor, 3 individu
Macroglossus minimus, 7 individu Nyctimene aello, 19 individu N. albiventer, 19 individu
Rousettus amplexicaudatus, dan 10 individu Syconycteris australis. Polen bunga berasal dari saluran pencernaan kelelawar dengan mengambil sisa makanan
di saluran pencernaan kelelawar. Hasil dari isi pencernaan kelelawar dicampur dengan alkohol 70 di dalam
tube sentrifugal berukuran 1 ml. Pemisahan antara cairan alkohol dan endapan dilakukan melalui sentrifugasi dengan kecepatan 2000
rpm selama 30 menit. Proses pemisahan ini dilakukan sebanyak tiga kali dengan alkohol yang baru. Hasil endapan yang diperoleh dari proses pemisahan tersebut
diletakkan pada kaca preparat
sebanyak satu tetes kemudian dicampur satu tetes gliserol lalu ditutup dengan
cover glass dan pada bagian tepinya direkatkan dengan kuteks bening
. Gliserol tersebut berfungsi sebagai bahan pengawet Yulianto 1992. Obyek diamati dibawah mikroskop cahaya pada perbesaran 10x
dan 40x dengan bantuan kamera Optilab Advance. Hasil gambar dikalibrasi
dengan bantuan software Image Raster sehingga mendapatkan ukuran polen yang
akurat. Hasil Image Raster dicocokkan dengan kunci identifikasi polen
berdasarkan buku Erdtman 1943, Erdtman 1972, Nayar 1990, dan website Australasian Pollen and Spore Atlas www.apsa.anu.edu.au.
Menurut de Sauza Moscheta 1999 mahkota bunga dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan penampakan kelopak yaitu,
gamopetalouse bunga dengan