celscius dan pada tekanan udara 1 atm dimana penelitian itu dilakukan, pasti akan mendidih. Sebaliknya generalisasi hasil
penelitian sosial misalnya” kekuasaan itu cenderung kepada korupsi atau power tends to corrupt” menunjukkan bahwa
masih mungkin terjadi kekecualian. Hal ini disebabkan karena sukar sekali untuk mendapatkan siatusi yang betul-betul sama
di berbagai tempat penelitian.
1.2. Ilmu Pendidikan.
Ilmu Pendidikan merupakan ilmu terapan yang terutama melibatkan psikologi dan sosiologi. Bidang-bidang
studi lain seperti fisika, kimia, biologi, matematika, sejarah, ekonomi, bahasa juga dapat terkait dengan ilmu pendidikan
dan merupakan ilmu pendidikan bidang-bidang studi tertentu yang biasa dikenal sebagai pendidikan bidang studi saja seperti
pendidikan sejarah, pendidikan olahraga, pendidikan ekonomi dan lain-lain.
Dalam ilmu pendidikan dibahas antara lain tentang evaluasi pendidikan, kurikulum, metode dan pendekatan,
administrasi pendidikan, bimbingan konseling dan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar terdapat tiga
unsur penting yang berkaitan satu dengan yang lain yaitu bahan kajian, guru dan peserta ddiik. Sebelum ilmu pendidikan
6
berkembang, para ilmuwan mengkomunkasikan hasil penelitiannya kepada sesama ilmuwan melalui eksplanasi
ilmiah. Pada saat itu diberikan sanggahan dan diajukan pertanyaan-pertanyaan melalui diskusi. Hasil penelitian yang
merupakan bahan kajian produk sains ini ditransfer pada khalayak termasuk peserta ddidik dan perguruan tinggi.
Kegiatan ini merupakan transfer pengetahuan tranfer of knowlwdge dari ilmuwan kepaa peserta didik.
Setelah ilmu pendidikan berkembang, tranfer pengetahuan kepada peserta didik dilakukan oleh guru dan
merupakan tanggung jawab guru. Dengan demikian kaitan antara ketiga unsur yakni bahan kajian, guru dan peserta didik
dalam proses belajar mengajar makin penting. Lee Shulman dari Stanford University menyatakan bahwa pengembangan
pengetahuan guru dalam kaitannya dengan pengajaran meliputi tiga kategori yakni bahan kajian subject matter pedagogi dan
kurikulum Trowbridge dan Bybee, 1990 Dari manakah asal istilah pedagogi itu? Pada jaman
Yunani dan Romawi kuno seorang budak yang bertugas mengasuh dan mendidika anak disebut dengan istilah
pedagogue. Arti istilah ini kemudian berkembang atau diperluas sehingga sorang yang memiliki keahlian mengajar
7
disebut pedagogue, dan sejak abad ke 19 pedagogi merupakan ilmu dan seni mengajar.
Adapun bahan kajian subject matter atau materi subyek yang harus menjadi pengetahuan guru tidak hanya
sekedar informasi dan fakta dari disiplin ilmu tertentu, tetapi juga meliputi struktur substantif dan struktur sintatik dari
disiplin ilmu tesebut. Pengetahuan substansial substantial knowledge menunjuk pada pemahaman tentang bagaiaman
konsep-konsep dasar dan prinsip-prinsip suatu disiplin ilmu itu diatur atau diorganisasikan, sedangkan struktur sintatik disiplin
ilmu menunjuk pada cara-cara ilmuwan menentukan kebenaran truth dan kekeliruanfalsehood serta validitas dan
invaliditasnya. Selain itu, guru perlu memiliki pengetahuan tentang
pedagogi, yakni bagaimana ia seharusnya dan sebaiknya mengajarkan kosep-konsep yang terdapat pada pokok bahasan
tertentu kepada peserta didik. Sebagai contoh pengetahuan pedagogi ialah penggunaan analogi, contoh-contoh, ilustrasi
dan demontrasi untuk menjelaskan kepada peserta didik konsep-konsep tertentu. Dengan demikian guru harus memiliki
kemampuan meramu dan menyajikan konsep yang dipilih dengan cara-cara yang memudahkan peserta didik
memahaminya. 8
Dimensi lain dari pengetahuan pedagogi ialah pemahaman tentang apa yang membuat suatu konsep mudah
atau sukar dipahai oleh peserta didik, misalnya miskonsepsi apa yang mungkin timbul tentang suatu fenomena.
Prakonsepsi apa yang telah dimiliki peseta didik tentang dunia nyata atau lingkungan mereka.
Seorang guru dituntut pula untuk memiliki pengetahuan tentang kurikulum. Hal ini penting agar ia dalam
melaksanakan pengajaran berdasarkan tindakan pedagogik yang dipilih juga mengkaitkan konsep-konsep tertentu dengan
konsep-konsep lain dari disiplin lain atau dengan fenomena yang telah diketahui oleh peserta didik.
Adapun disiplin pendidikan bidang studi seperti pendidikan fisika, pendidika kimia, pendidkan ekonomi,
pendikan bahasa dan lain-lainnya dapat ditinjau dari dua sudut pandang. Pertama dari sudut pandang bidang studi atau
disiplin ilmu itu sendiri. Secara keorganisasian profesi, di seluruh dunia, disiplin pendidikan bidang studi tertentu
merupakan bagian dari kedisiplinan ilmu yang berkaitan. Sebagai contoh organisasi profesi kimia yakni chemical
society mempunyai bagian chemical education yang menangani bidang pendidikan kimia. Di Indonesia organisasi
himpunan Kimia Indonesia yang merupakan cabang dari 9
International Chemical Society juga mempunyai divisi pendidikan kimia yang membahasa tentang pendidikan kimia
di berbagai jenjang pendidikan kimia, termasuk di berbagai jurusan di perguruan tinggi. Kedua, bila ditinjau dari sudut
pandang ilmu pendidikan maka pendidikan bidang studi termasuk dalam lingkup ilmu pendidikan dengan bidang kajian
yang khas dengan disiplin ilmu tersebut. Secara filsafati bahasan tentang ilmu pendidikan akan
terkait dengan hakekat pendidikan nasioal. UU No 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional mengisyaratkan
bahwa pendidikan berusaha menyiapkan individu-individu yang bermoral, berjiwa pancasila, berkepribadian dan
berkebudayaan Indonesia disamping mengembangkan segi kognitif individu peserta ddidik tersebut.
Literatur-literatur pendidikan umumnya menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk menghasilkan manusia yang
dalam perilakunya dinlai baik oleh lingkungannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan nasional
merupakan pendidikan yang berusaha membantuk manusia Indonesia seutuhnya dengan mengembangkan segi mental,
spiritual dan intelektual seseorang secara seimbang.
1.3. Ilmu Pendidikan Dalam Filsafat Ilmu