Dalam setiap ilmu dibahas perkembangan ilmu, pengembangan konsep kaitan antar konsep-konsep,
pembentukan teori-teori baru melalui penelitian dan lain-lain. Demikian pula untuk setiap ilmu dikembangkan pendekatan
dan metodologinya masing-masing yang dikenal dengan istilah logika internal. Akan tetapi hal-hal yang sifatnya mendasar
dan pandangan menyeluruh tentang imu tertentu dikaji oleh filsafat ilmu bersangkutan. Pada hakekatnya kajian dalam
filsafat ilmu meliputi ontologi, epistemologi dan aksiologi ilmu tersebut.
A. Ontologi.
Ontologi membahas tentang hakekat ilmu, pandangan- pandangan terhadap hakekat ilmu, termasuk pandangan
terhadap sifat atau ciri ilmu tersebut yang dapat berkembang sesuai perkembangan pemikiran manusia.
Ilmu yang mempelajari alam berkembang lebih awal daripada ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan
hubungan antar manusia. Dalam perkembangannya para ilmuwan yang mempelajari alam dipengaruhi oleh pandangan
penguasa negara dan agama. Mula-mula para ilmuwan tidak bebas mengemukakan pedapat atau menyampaikan hasil
penelitiannya. Apabila pandangannya bertentangan dengan 11
pandangan dari para filsuf, penguasa atau pemuka agama, ia akan dijatuhi hukuman. Contoh pada abad 16 iyakini oleh
para penguasa dan pemimpin gereja di Italia bahwa alam semesta berpusat pada bumi Geosentris. Matahari, bulan dan
bintang bergerak mengelilingi bumi. Panangan ini berasal dari Ptolemaeus 100-178 M, seorang ilmuwan ahli astronomi dan
matematika dari Alexandria. Lebih dari 141abad kemudian Copernicus 1473-1543, seorang ahli astronomi Polandia
memperkenalkan pendapatnya bahwa pusat alam semesta adalah matahari Heliosentris. Pandangan ini didukung oleh
Galileo Galilei 1564-1642 seorang ahli astronomi dan ahli fisika Italia melalui penelitiannya yang menggunakan
teleskop. Karena pandangan Galileo ini dianggap melawan pendapat gereja yang masih menganut teori Ptolemaeus, maka
Galileo diasingkan hingga akhir hayatnya. Ketidakbebasan para ilmuwan mengemukakan hasil
penelitiannya membuat kelompok minoritas ini memandang bahwa meneliti dan mengambil kesimpulan secara obyektif
ditujukan untuk pengembangan ilmu tanpa menghiraukan aspek nilai dalam masyarakat. Sains merupakan ilmu yang
bebas nilai pada waktu itu. Namun setelah PD II berakhir dengan terjadinya pemboman d Hiroshima dan Nagasaki pada
bulan Agustus 1945, kecaman masyarakat dunia diarahkan 12
pada ilmuwan karena hasil penelitiannya menghancurkan umat manusia. Ilmu secara berangsur-angsur menjadi tidak bebas
nilai dan para ilmuwan mulai memikirkan kegunaan produk sains yakni hukum, teori da konsep untuk kebutuhan dan
kesejahteraan umat manusia. Dewasa ini para ilmuwan harus memilih obyek
penelitian yang tidak melanggar etika. Misalnya tidak etis untuk meneliti bagaimana bentuk bayi yang dilahirkan dari
manusia dengan gorila melalui metode bayi tabung.
B. Epistemologi