Satu dekade syariah: melihat dari dalam

ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 4 sebagai kelompok separatis Islam semacam ini harus diingkari oleh pihak GAM jika ingin mendapatkan dukungan internasional. Sebaliknya, di tingkat lokal, mereka membutuhkan identitas keislaman untuk menarik pengikut. Jelaslah bahwa kontradiksi dan ambiguitas propaganda GAM patut dipertimbangkan oleh Pemerintah Pusat ketika merumuskan strategi ‘serangan balik’ untuk mendelegitimasi pemberontakan. Mempertimbangkan hal di atas, Pemerintah Pusat mengusulkan pendekatan khusus untuk Propinsi Aceh. Pertama, Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang UU No. 441999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh, yang menyangkut tentang keagamaan, adat istiadat dan pendidikan. Kebijakan ini dua tahun kemudian diikuti oleh Undang-Undang No. 182001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Undang-Undang yang terakhir memberikan otonomi khusus untuk Aceh yang memungkinkan penerapan hukum syariah. 8 Dua UU baru tersebut telah melimpahkan kewenangan lebih luas kepada Pemerintah Daerah Propinsi Aceh untuk menerapkan apa yang d isebut ‘hukum Islam secara komperhensif’ atau penegakan syariah syariah Islam dan pelimpahan hak khusus untuk membentuk Pengadilan Syariah Mahkamah Syariah dan Dinas Syariat Islam. UU ini juga mengubah nama propinsi dari Aceh ke Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut beberapa elit lokal, nama baru tersebut terdengar lebih Islami, damai dan independen. Sayangnya, regulasi- regulasi baru dan status baru ini tak memberikan kontribusi apa-apa guna menghentikan konflik.

2. Satu dekade syariah: melihat dari dalam

pe jajaha . Te ta g pe asalaha i i, lihat isal ya Ja es T. Siegel, The Cu se of Photog aph ya g: A eh , Indonesia, no. 80 Oktober 2005, 21-38. 8 Lihat Taufik Adnan Amal and Samsul Rizal Panggabean, Politik Syariat Islam dari Indonesia sampai Nigeria, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2004, 26 –29. According to Law No. 182001, special autonomy for Aceh includes redistribution of revenues, reformation of the government structures and Islamic law. ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 5 Hingga tahun 2001, syariah dan konflik yang tak kenal lelah antara Aceh dan Jakarta tetap terjadi. Namun, menurut banyak orang Aceh, Tuhan akhirnya menurunkan kuasanya untuk menghentikan perang. 9 Gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004 telah mengubah wajah situasi politik di Aceh. Pada 15 Agustus 2004, di Helsinki Finlandia, Gerakan Aceh Merdeka dan Pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman Memorandum of Understanding untuk mengakhiri salah satu konflik paling berdarah di Asia Tenggara. Damien Kingsbury yang menulis cerita kronologis proses perdamaian di Helsinki, menggambarkan perundingan dari putaran ke putaran selanjutnya. Dalam tulisannya menunjukkan dengan jelas bahwasanya tidak ada pembicaraan tentang penerapan syariah. 10 Meski demikian adanya, muncul pelaksanaan syariah diumumkan dalam Undang-Undang Pemerintahan AcehUUPA setelah kesepakatan proposal Helsinki, meski penerapannya secara signifikan tidak berkontribusi untuk mengakhiri konflik. Pemerintah Pusat menyetujui UUPA berdasarkan UU No. 112006 tentang Pemerintahan Aceh. Secara garis besar, setelah nota kesepakatan Helsinki dan implementasi UU tentang Pemerintahan Aceh UUPA, masalah syariah diserahkan kepada Pemerintah Propinsi Aceh. Pemerintah P usat mengalihkan ‘kewenangannya’ kepada Pemerintah Daerah. Sementara itu, proses pemulihan paska tsunami dan proses perdamaian di Aceh telah menarik kedatangan kalangan internasional ke wilayah tersebut. Menariknya, hukuman cambuk justru pertama kali terjadi pada tahun 2006. Meski begitu, hal ini tidak menarik perhatian dunia internasional terhadap konsekuensi dari pelaksanaan syariah. Perihal resolusi konflik dan manajemen paska bencana menyibukkan pikiran setiap orang, seperti rekonstruksi dan rehabilitasi yang sedang berlangsung. Reportase tentang Aceh di media lokal dan internasional didominasi oleh berita tentang proses 9 Lihat penelitian saya Musli Theologi al Pe spe ti es o Natu al Disaste s: The Case of I do esia Ea th uakes a d Tsu a i of , tesis MA diajukan ke Leiden University, 2010. 10 Damien Kingsbury adalah penasehat politik GAM selama pembicaraan perdamaian di Helsinki, Finlandia. Lihat Damien Kingsbu y, The A eh Pea e P o ess , dalam Arndt Graf et al., Aceh: History, Politics and Culture Singapore: ISEAS Publishing, 2010, 135 – 156. ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 6 perdamaian, kemajuan rekonstruksi paska bencana dan transparansi penyaluran bantuan. Meski diperdebatkan, masalah syariah tidak menarik bagi media massa pada saat itu. 11 Terlebih lagi, Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar telah terpilih menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur baru Aceh. Keduanya terkenal dengan latar belakangnya yang ‘sekuler’, khususnya Irwandi Yusuf yang pernah menjabat sebagai Juru Bicara GAM. Keduanya pria ini sangat sejalan dengan para pemimpin GAM internasional dalam berbagi pandangan politiknya, artinya keduanya memiliki ketertarikan secara khusus dalam membumikan syariah. 12 Setelah perjanjian kesepakatan damai, Gerakan Aceh Merdeka berubah menjadi partai lokal, Partai Aceh PA. Situasi mulai berubah setelah banyak LSM internasional meninggalkan Aceh. Polisi Syariah, yang jamak dikenal sebagai WH Wilatul Hisbah, diresmikan dengan tugas untuk menegur siapa saja yang melanggar peraturan syariah Qanun. 13 WH melakukan razia secara intensif yang disebut ‘tempat mojok’, tempat terasing seperti pantai, kafe dan hotel. Razia diikuti oleh nasehat dan teguran terkait berbagai larangan perilaku di tempat umum menurut pihak otoritas berwenang, karena tidak sesuai dengan syariah, seperti merayakan malam tahun baru, pergi ke tempat hiburan publik, dan banyak lagi. Perempuan Aceh diwajibkan untuk memakai jilbab dan dilarang mengenakan gaun ketat. Adanya sanksi siksaan fisik dalam syariah dan kaitannya terhadap langkah politik Jakarta juga dapat ditelusuri ke belakang, yaitu ketika Partai Aceh memenangkan Pemilu pada tahun 2009. Tak berselang lama, para anggota DPR Aceh DPRD-nya Aceh –di antaranya Parpol tingkat nasional seperti Golkar, PDIP, PKS 11 Saya telah membuat studi permulaan melalui arsip Serambi Indonesia, surat kabar harian Aceh dari tahun 2005 sampai 2007. Sukar untuk menemukan berita tentang syariah pada masa terjadi bencana. Berita tentang rehabilitasi bencana dan rekonstruksi mendominasi. 12 Mo h Nu I h a , Offi ial Ula a a d Politi s of Re-Islamisation: The Majelis Pe usya a ata Ula a, Sha iʾatisatio a d Co tested Religious Autho ity i Post-New O de s A eh , Journal of Islamic Studies 22:2 2011, 204. 13 Sesuai ketentuan qonun syariah Aceh, hukuman cambuk publik adalah hukuman bagi mereka yang melakukan tindakan-tindakan berikut: khalwat, maisir judi, khamar konsumsi alkohol. Setelah diberlakukannya uu No. 112011, semua eraturan regulasi yang diterbitkan Pemerintah Aceh dianggap qanun. ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 7 dan PPP sebagai lawan partai lokal termasuk PA – mengesahkan draft Qanun Jinayah atau Hukum Pidana Islam. Qonun Jinayah ini termasuk merumuskan rajam sampai mati bagi siapa saja yang pernah menikah melakukan perzinahan, dan sanksi 100 cambukan untuk pelaku homoseksual. Namun, ketentuan ini tertunda diundangkan karena Gubernur Irwandi Yusuf menolak untuk menandatangani qanun tersebut. Namun, menurut regulasi tentang otonomi, di tingkat propinsi, Irwandi Yusuf tidak memiliki hak untuk ikut campur tangan dalam pengambilan kebijakan syariah seperti halnya kewenangan yang dimiliki oleh BupatiWalikota berkaitan proses pembentukan Perda KabupatenKota. Ada pelanggaran HAM oleh aparat Syariah dan pejabat Pemerintah Daerah Propinsi Aceh. Sebagai contoh, dua anggota Polisi Syariah Wilayatul Hisbah diperkosa dan disiksa seorang mahasiswi 20 tahunan, ketika dalam penahanannya pada tanggal 15 Juli 2010. Selain itu, ada Bupati juga yang menerapkan peraturan kontroversial di Daerahnya. Sebagai contoh, Ramli MS, Bupati Aceh Barat, mengeluarkan Qanun yang melarang perempuan mengenakan celana jeans dan pakaian ‘ketat’. 14 Karenanya, perempuan Muslim di Aceh Barat diminta untuk mengenakan pakaian menutup seluruh tubuh yang tidak menampakan lekuk tubuh mereka dan hanya boleh memperlihatkan wajah dan telapak tangan. Regulasi ‘aneh’ lainnya adalah regulasi yang dikeluarkan oleh Bupati Aceh Selatan, Husein Yusuf. Anehnya, dia melarang PNS laki-laki memiliki jenggot. 15 Oleh karenanya, media dan LSM yang bergerak di bidang Hak Asasi Manusia mulai melaporkan pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan administrator Syariah di Aceh. 16 14 Regulasi disahkan pada 27 Mei 2010 dan diberlakukan hanya di Aceh Barat. Dalam tingkatan Propinsi, qanun tentang berbusana Muslim disahkan pada 2002 yang mana Pasal 13 menyatakan bahwa setiap muslim harus mengenakan pakaian Islami. Lebih lanjut, penjelasan Pasal No. 13 dinyatakan bahwa Muslim harus menutup auratnya, tidak transparan dan tidak sensual. Tidak terdapat penjelasan eksplisit yang melarang jins dan celana yang dilarang. 15 Serambi Indonesia, 12 Mei 2010. Husin Yusuf tidak menjelaskan kenapa dia mengatakan itu. Dia hanya bilang ke media bahwa kita tidak hidup di Iran, kita adalah Musli I do esia . 16 Lihat sebagai contoh Hu a Rights Wat h, Poli i g Mo ality: A uses i the Appli atio of Sha ia i A eh, I do esia , laporan HRW 2010, 4 Desember 2010. ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 8 Syariah telah diberlakukan selama satu dekade. Muncul dinamika dalam proses jalannya peraturan yang berkelanjutan, beberapa di antaranya baru saja kami saja sebutkan. Saya ucapkan terima kasih kepada banyak peneliti yang telah menyediakan kajian kritis tentang latar belakang pemberlakuan Syariah di Aceh kontemporer; kajian seperti yang dilakukan oleh Amal dan Panggabean 2003; 17 Kingsbury 2007; 18 Feener and Cammack 2007; 19 Salim 2008; 20 Aspinall 2009; 21 Ramli 2010; 22 Basri 2011; 23 dan Ichwan 2011. 24 Sebagian besar penelitian tersebut, kurang lebih, menunjukkan bagaimana Syariah menjadi ‘alat’ memadamkan sentimen kaum separatis. Namun, terlepas dari penelitian terhadapa pandangan fiqh klasik yang masih banyak kisah, ada beberapa hal yang bisa dianalisa dan banyak temuan yang bisa diteliti terkait proses berlangsungnya Syariah di Aceh. Penelusuran terhadap penelitian-penelitian tersebut memfokuskan pada masalah-masalah hukum Syariah di Aceh. Hanya beberapa yang meneliti bagaimana masyarakat umum Aceh melihat Syariah, sebagaimana ditunjukan dalam catatan Moch Nur Ichwan: Meskipun proses syariatisasi berkembang, akan tetapi, dalam hal tertentu perkembangannya menyatakan sebaliknya. Muncul juga perlawanan dari “lingkaran progresif” seperti dari beberapa politisi Muslim terutama, tetapi tidak eksklusif, dari mantan GAM, masyarakat intelektual, akademisi terutama, tetapi juga tidak 17 Taufik Adnan Amal dan Samsu Rizal Panggabean, Politik Syariat Islam dari Indonesia sampai Nigeria Jakarta: Pustaka Alvabet, 2004. 18 Da ie Ki gs u y, The F ee A eh Mo e e t: Isla a d De o atizatio , Journal of Contemporary Asia 37:2 2007, 166 –189. 19 R. Michael Feener dan Mark E. Cammack ed., Islamic Law in Contemporary Indonesia: Ideas and Institutions Cambridge, Massachusetts: Islamic Legal Studies Program, Harvard Law School Harvard University Press, 2007. 20 Arskal Salim, Challenging the Secular State: The Islamization of Law in Modern Indonesia Honolulu: Hawaii University Press, 2008. 21 Edward Aspinall, Islam and Nation: Separatist Rebellion in Aceh, Indonesia California: Stanford University Press, 2009. 22 Affan Ramli, Merajam Dalil Syariat Banda Aceh: Bandar Publishing, 2010. 23 Hasa Bas i, Applyi g Isla i La Sya iʾat i A eh: A Pe spe ti e f o Withi , i Arndt Graf et al., Aceh: History, Politics and Culture Singapore: iseas Publishing, 2010, 265 –286. 24 I h a , Offi ial Ula a a d Politi s of Re-Isla isatio , –214. ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 9 eksklusif, dari Institut Agama Islam IAIN Ar-Raniry, kelompok feminis, aktivis ganjil , intelektual Syiah, kelompok penulis, dan aktivis hak asasi manusia. 25 Menurut Ichwan, kenyataan seperti ini, selama ini diabaikan oleh banyak peneliti. Dalam penelitiannya sendiri, Ichwan mencoba membuat sejenis konsep perlawananan syariah dengan istilah ‘suara alternatif untuk syariatisasi’ Aceh. Model perlawanan orang Aceh terhadap syariah sendiri bervariasi, tergantung tingkat pendidikan, orientasi politik, daerah domisili, gender dan disposisi individu. Ichwan menitikberatkan perhatiannya pada kegiatan-kegiatan kelompok intelektual berbasis keagamaan dan saat mereka mempertanyakan syariah, yang masih meninggalkan beberapa hal yang masih belum terjelaskan. Di sini saya mencoba untuk memberi penjelasan lebih mendalam tentang bagaimana individu- individu dari kelompok marginal, rentan dan yang kelompok masyarakat tradisional Aceh dalam menyikapi proses syariat yang terjadi, terutama dalam kegiatan sehari- hari dalam budaya mereka. Dengan mengkaji kebiasaan masyarakat Aceh secara seksama, saya akan menganalisa beberapa bentuk perlawanan kultural atas syariah dalam masyarakat Aceh, khususnya di kota Banda Aceh. Sebagai contoh, saya percaya bahwa otoritas syariah, Dewan Ulama Aceh, dan Pemerintah Daerah Aceh sering melarang hal-hal yang, menurut mereka, tidak sesuai dengan budaya Aceh dan budaya Islam’. Batas penelitian ini yaitu, saya mencoba meneliti bagaimana sebagian kecil masyarakat Aceh bereaksi dan melawan larangan tersebut. Menurut teori sosial, perlawanan kultural adalah praktek penggunaan nilai-nilai dan simbol-simbol untuk melawan kekuatan dominan. Perlawanan sendiri bisa mencakup berbagai macam tindakan kolektif dan dapat juga berbentuk defensif, seperti pengaburian dan termasuk bentuk ambigu mimikri, yang menurut kelompok dominan dapat dianggap sebagai sebuah ketidakpatuhan, tapi jika dilihat dari kelompok inferior tampak lebih seperti olok-olokan. Dalam hal ini, strategi yang 25 Mo h Nu I h a , Alte ati e Voi es to Offi ialized a d Totalized Sha iatis i A eh , penelitian masih berlangsung 2010 dipresentasikan di pertemuan IRP, Kedutaan Besar Belanda, Jakarta, 30 Mei 2011. Saya ucapkan terima kasih secara khusus kepada Dr. Nur Ichwan atas diskusinya yang bermanfaat sebelum megerjakan topik penelitian ini. ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 10 diterapkan adalah ‘defensif’, ‘perlawanan subversif ketimbang konfrontasi’. 26 Selain itu, F. Bailey mengajukan metode perlawanan bisa mengambil bentuk seperti ‘pencurian, kepura-puraan tidak mengerti, sabotase, pembakaran, wangling, mengutak- atik, dan menghindar’. 27 Meski saya tidak akan mengacu pada kelompok petani atau pekerja di Aceh dalam makalah ini, konsep James C. Scott tentang ‘senjata kaum lemah’ membantu dalam memahami bagaimana perlawanan sehari-hari telah ditunjukan oleh orang-orang yang terpinggirkan. 28 Keseluruhan konsep ini sangat fundamental dalam penelitian ini.

3. Perlawanan atas penerapan syariah: sebuah tinjauan