Sharia dan perlawanan kultural: suara masyarakat bawah

ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 13 syariah versi Pemerintah Aceh sebagai ‘top-down policy’ yang diformulasikan tanpa persetujuan masyarakat umum. Lebih lanjut, keberatan Irwandi Yusuf untuk menandatangani Qanun Jinayah juga tak lepas dari reaksi Lembaga Swadaya Masyarakat di Aceh dalam menunjukkan perlawanan mereka terhadap syariah. Setelah rancangan Qanun Jinayah diterbitkan di koran, 100 aktivis dari Jaringan Masyarakat Sipil Peduli Syariat JMSPS pergi ke DPRD Aceh dan meminta anggotanya dan Gubernur Aceh untuk menghentikan usulan qanun Syariah yang mengandung pelanggaran terhadap nilai-nilai HAM. 42 JMSPS sendiri terdiri dari beberapa LSM lokal, seperti koalisi beberapa LSM HAM, Lembaga Bantuan Hukum LBH Aceh, Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan RPuK, Flower Aceh, KKTGA, Komunitas Tikar Pandan, Aceh Judicial and Monitoring Institute , Violet Grey, Radio Women’s Voice, Gender Working Group, SEIA, Fatayat NU, Sekolah Menulis Dokarim, Kontras Aceh, Pusat Studi Hak Asasi Manusia-Unsyiah, Yayasan Sri Ratu Safiatuddin dan lain-lain. Jaringan k elompok ini berhasil meyakinkan Irwandi untuk menunda pelaksanaan Qanun Jinayah. Keputusan oleh para politisi, kalangan intelektual dan aktivis kemanusiaan untuk melakukan protes dan munculnya keputusan Irwandi Yusuf dalam menunda pelaksanaan hukum acara pidana Islam merupakan bentuk perlawanan terhadap syariah dalam berbagai ragam bentuk perlawanan dan nyata adanya. Tapi bagaimana bagi masyarakat biasa Aceh yang tanpa dukungan dari partai politik, akademisi intelektual, material dan kekuatan finansial menolak Syariah?

4. Sharia dan perlawanan kultural: suara masyarakat bawah

Pada 31 Desember 2011, Dewan Ulama Aceh dan Walikota Banda Aceh memasang iklan di koran Serambi Indonesia. Pihak berwenang melarang masyarakat Aceh merayakan malam pergantian tahun baru. Mereka melakukan hal yang sama pada tahun 2009 dan 2010. Ancaman bagi yang membawa kembang api dan membunyikan terompet akan disita oleh polisi syariah. Pantai dekat Banda Aceh akan ditutup untuk umum pada malam hari. Tapi, pada tengah malam, ribuan orang 42 Serambi Indonesia, 22 November 2009. ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 14 mengendarai mobil dan sepeda motor, meniup terompet dan menerangi langit Banda Aceh dengan kembang api mereka. Tidak ada yang tahu persis di mana orang membeli terompet dan kembang api, dan di mana mereka menyembunyikannya sebelum tengah malam. Semua orang tahu, bagaimanapun, bahwa polisi syariah bisa melakukan apapun kepada khalayak umum malam itu. Hal ini bukan pertama kalinya bahwa ‘kepura-puraan tidak tahu, sabotase, pembakaran, aksi peremehan, dan menghindar’ digunakan untuk melawan otoritas berwenang syariah. Misalnya, ada kontes kecantikan yang diselenggarakan di Banda Aceh, seperti Nona Aceh Adil, Miss Coffee, Ratu Waria Aceh dan Duta Wisata Aceh tanpa persetujuan dari aparat berwenang syariah. Beberapa himpunan mahasiswa Islam dan ulama mengutuk kontes terebut dan meminta aparat Pemerintah untuk tidak memberikan izin untuk mereka yang ingin menyelenggarakan acara tersebut. Kelompok yang disebut Violet Grey 43 menemukan caranya sendiri untuk mencari celah larangan tersebut. Pada tahun 2009, Violet Grey menyelenggarakan kegiatan kontroversial, Pemilihan Ratu Waria, festival aneh. Violet Grey menyembunyikan agenda sebenarnya dalam meminta izin penyelenggaraan dari Majelis Ulama Aceh dan polisi Syariah dengan izin menyelenggarakan konser musik dan seminar untuk amal. Setelah acara berlangsung, Violet Grey mengumumkan kepada publik pemenang festival. Ulama dan beberapa kelompok Islam garis keras dan himpunan mahasiswa muslim seperti Hizbut Tahrir, FPI, LDK dan KAMMI menuntut pembubaran Violet Grey. 44 44 43 Violet Grey adalah sebuah organisasi yang mengklaim berjuang untuk hak-hak lesbian, gay, biseksual dan transgender LGBT di Aceh. Awalnya, kelompok ini diperkenalkan ke publik pada tahun 2007 sebagai sebuah organisasi yang berfokus pada kampanye anti-HIVAIDS serta menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan isu-isu kesehatan seksual dan reproduksi. Keberadaannya didukung oleh beberapa LSM internasional seperti Hivos, World Vision and the National Commission on HIV-AIDS. Violet Grey sekarang telah bergeser fokusnya untuk masalah hak asasi manusia, terutama advokasi hak-hak lesbian, gay dan waria di Aceh yang menghadapi diskriminasi dan intimidasi dari masyarakat dan Pemerintah. 44 Lihat www.antaranews.comberita1266144439ulama-kecam-kontes-waria-aceh diakses pada 2 Maret 2011. ISLAM, POLITIK DAN PERUBAHAN: DINAMIKA UMAT ISLAM INDONESIA PASKA LENGSERNYA SUHARTO 15 Dua sub-bab berikut akan menyajikan kajian lebih mendalam dan analisa dalam hal bagaimana kelompok-kelompok tertentu dari masyarakat Aceh menngekspresikan penentangannya terhadap administrasi syariah.

5. Tantangan Arabisasi melalui film-film Arab