Kondisi Umum Lokasi Penelitian Potensi Perikanan di Perairan Barat-Selatan NAD

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD secara geografis berada di bagian barat Indonesia pada 2 LU-6 LU dan 95 BT-98 BT. Wilayah ini terletak di antara Teluk Benggal di bagian utara, Selat Malaka di bagian timur, Samudera Hindia di bagian barat dan Provinsi Sumatera Utara di bagian selatan. Provinsi NAD memilki luas daratan 57.365,57 km 2 http:bisnisinvestasi.acehprov.go.idprofile.php. Wilayah pantai barat-selatan NAD terdiri dari beberapa kabupaten dimulai dari Kabupaten Aceh Singkil yang berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Utara hingga Kotamadya Banda Aceh yang berbatasan langsung dengan teluk Benggal. Beberapa kabupaten di pantai Barat-Selatan yaitu Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Barat, Simeulu, Aceh Jaya dan sebagian pantai kota Banda Aceh. Pantai Aceh barat-selatan merupakan daerah laut dalam karena berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Ada beberapa sungai besar yang bermuara di daerah tersebut seperti Krueng Woyla, Krueng Teunom, Krueng Meureubo Aceh Barat, Krueng SingkilAlas Aceh Singkil yang mengalir ke Samudera Hindia. Selain itu, terdapat banyak pulau di pantai barat-selatan seperti Kepulauan Simeulu Kabupaten Simeulu, Kepulauan Banyak Kabupaten Aceh Singkil, Pulau Rusa Kabupaten Aceh Jaya, Pulau Dua Aceh Selatan, Pulau Mansalar Aceh Singkil dan lain-lain.Sebagian besar dari pulau-pulau tersebut berpenghuni seperti Kepulauan Simeulu dan Kepulauan Banyak http:bisnisinvestasi.acehprov.go.idprofile.php. 4

2.2 Potensi Perikanan di Perairan Barat-Selatan NAD

Potensi perikanan di wilayah barat-selatan NAD sangat besar khususnya dibidang budidaya laut seperti jenis komoditi rumput laut, kerapu, kakap, dan kerang mutiara dengan potensi sebaran luas ±12.014 ha seperti di Sabang, Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Selatan, Simeulue dan Pulau Banyak Aceh Singkil. Potensi perikanan karang dengan didukung oleh adanya terumbu karang di Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas ±274.841 ha, tersebar mulai dari Sabang, Aceh Besar, dan Pantai Barat Selatan Aceh http:hamdani75.wordpress.com20110621peluang-dan-tantangan-kelautan- dan-perikanan-aceh. Hal ini berbeda untuk perikanan tangkap yang belum tereksplorasi sepenuhnya karena setelah tsunami pada tahun 2004 banyak alat penunjang perikanan tangkap yang hancur dan setelah tsunami penunjang perikanan tangkap juga belum maksimal. Sedikitnya terdapat 2 dua kendala dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap, yaitu : 1 kerusakan lingkungan fisik pesisir, 2 permasalahan sosial dan kelembagaan. Kedua persoalan tersebut selama ini menjadi kendala yang signifikan dalam mewujudkan pengelolaan laut dan perikanan yang berkelanjutan. Permasalahan yang berkenaan dengan pemanfaatan pesisir dan laut di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diantaranya sebagai berikut : • Terjadinya kerusakan ekosistem mangrove dan terumbu karang. • Terjadinya sedimentasi dan abrasi pantai. • Pencemaran laut akibat limbah rumah tangga dan kapal. • Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, seperti trawl pukat harimau • Rendahnya kapasitas sumber daya manusia SDM dalam pengelolaan kelautan dan perikanan. • Pada umumnya nelayan tradisional tumbuh dan berkembang secara alami dan melakukan kegiatan penangkapan ikan berdasarkan naluri dan pengalaman yang diperoleh secara turun-temurun. • Kurangnya pembinaan terhadap nelayan. • Tumpang tindihnya kewenangan pengelolaan pesisir dan laut. • Terjadinya tumpang tindih perizinan eksploitasi di wilayah pesisir dan laut. • Belum adanya pengaturan tata ruang untuk kegiatan budidaya. • Tidak adanya ketentuan yang jelas mengenai jumlah maupun alokasi mangrove yang boleh dikonversi untuk pengembangan pertambakan. • Terjadinya konflik pemanfaatan dan kewenangan konflik antar sektor, antar tingkat pemerintahan, dan antar daerah otonom. • Terjadinya konflik antar nelayan antara nelayan tradisional dan nelayan modern. • Rendahnya kapasitas kelembagaan pemerintah dan penegakan hukum law enforcement. • Belum adanya lembaga keuangan yang dapat memberikan pinjaman permodalan usaha kepada nelayan, terutama nelayan tradisional sehingga nelayan identik dengan kemiskinan. • Belum terdapat kelembagaan pengelolaan bersama antara pemerintah dan pihak lain dalam konteks pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. http:www.wetlands.or.idPDFAceh_doct_Ind_version_final.pdf Dengan terjadinya peristiwa tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, kondisi pesisir dan laut Aceh yang sudah mengalami kerusakan menjadi semakin parah kerusakannya. Kementrian Negara Lingkungan Hidup menyatakan, dampak tsunami terhadap wilayah pesisir dan laut Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai berikut: • Tercemarnya laut, air darat dan air tanah; terjadi perubahan garis pantai. • Hilangnya proteksi alam mangrove yang berfungsi sebagai pelindung pemukiman dari gelombang dan angin serta sebagai daerah pemijahah spawning ground, daerah 8 asuhan nursery ground, daerah mencari makan feeding ground bermacam biota laut termasuk ikan. • Tercemar dan rusaknya terumbu karang yang berfungsi sebagai tempat berlindung dan pemijahan ikan. • Berkurangnyahilangnya sumber daya ikan dan spesies pesisir potensi biodiversity. • Rusaknya ekosistem lahan basah; dan rusaknya ekosistem buatan budidaya, pelabuhan dan kampung nelayan yang memberikan dampak yang signifikan bagi kegiatan perekonomian. http:www.wetlands.or.idPDFAceh_doct_Ind_version_final.pdf Menurut nelayan yang tinggal di kecamatan Bakongan Aceh Selatan, mereka tidak melaut berdasarkan bulan terang purnama atau cahaya bulan yang menerangi bumi lebih banyak karena tidak ada ikan, biasanya terjadi pada pertengahan bulan sekitar tanggal 13-20 setiap, hari besar keagamaan karena dilarang oleh adat setempat, dan pada saat angin badai yang tidak memungkinkan untuk melaut, namun hal ini sangat jarang terjadi sekitar 2-5 hari dalam setahun, sehingga nelayan disana libur bukan berdasarkan musim tetapi menurut kebiasaan dan pengalaman yang telah dilakukan secara turun temurun.

2.3 Faktor-faktor Kesuburan Perairan