Distribusi Spasial Klorofil-a Berdasarkan Musim Distribusi Suhu Permukaan laut Secara Temporal dan Spasial

Pada setiap musim selama periode Januari 2006 hingga Desember 2010, nilai maksimum dan minimum konsentrasi klorofil-a bervariasi. Nilai maksimum dan minimum tersebut disajikan pada Table 3 berikut : Tabel 3. Nilai Maksimum dan Minimum Klorofil-a periode Januari 2006 hingga Desember 2010 diekstrak dari citra satelit Aqua MODIS Musim Maksimum Minimum Barat Desember 2006 0.45 mgm 3 Desember 2010 0.21 mgm 3 B-T Maret 2007 0.38 mgm 3 April 2010 0.18 mgm 3 Timur Agustus 2006 0.28 mgm 3 Agustus 2010 0.15 mgm 3 T-B November 2006 0.34 mgm 3 November 2010 0.18 mgm 3 Pada tahun 2010, secara spasial distribusi konsentrasi klorofil-a menyebar dari pantai hingga lepas pantai, namun di daerah pantai kandungan klorofil-a lebih tinggi di bandingkan di daerah lepas pantai Gambar 4. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gordon dan Morel 1983 dalam IOCCG 2000, bahwa berdasarkan materi pembentuk warna, perairan dibagi menjadi dua kasus case. Pada kasus satu, merupakan daerah perairan lepas pantai, komponen utama yang mempengaruhi sifat optikbiooptik air laut adalah pigmen-pigmen fitoplankton khusunya klorofil-a. Kasus dua, merupakan daerah pesisir, maka sifat optik air laut kemungkinan besar didominasi oleh fitoplankton, bahan sedimen suspended material dan material organik yellow substances.

4.2 Distribusi Spasial Klorofil-a Berdasarkan Musim

Secara keseluruhan distribusi klorofil-a secara spasial terlihat bahwa pada musim barat lebih tinggi dan menyebar dari pesisir pantai hingga lepas pantai dibandingkan musim lain Gambar 5. Gambar 4. Distribusi Klorofil-a rata-rata bulanan tahun 2010 Hal ini dikarenakan pada musim ini adalah musim hujan yang mempengaruhi peningkatan suplai nutrien dari daratan ke perairan laut. Pada tahun 2006 hampir setiap musim barat, B-T, dan timur terlihat sebaran klorofil-a tinggi dan menyebar dari pesisir pantai hingga lepas pantai kecuali pada musim T-B dimana sebaran klorofil-a yang tinggi hanya berada di daerah pantai. Pada tahun 2007 sebaran klorofil-a yang tinggi, menyebar di bagian selatan Aceh yaitu di daerah Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Simeulu dari pantai hingga lepas pantai. Pada tahun 2008, sebaran klorofil-a yang tinggi dan menyebar dari pesisir pantai hingga lepas pantai terdapat pada saat musim barat dan musim B-T. Sementara itu, saat musim timur dan musim T-B sebaran klorofil-a terlihat rendah. Pada tahun 2009 sebaran klorofil-a yang tinggi dan menyebar dari pesisir pantai hingga lepas pantai terdapat pada saat musim barat dan musim timur. Sedangkan saat musim peralihan B-T dan T-B sebaran klorofil-a terlihat rendah. Pada tahun 2010, sebaran klorofil-a tinggi berada pada saat musim barat yang menyebar dari pantai hingga lepas pantai, dan musim lain B-T, timur, dan T-B sebaran klorofil-a terlihat rendah dan hanya di daerah pantai.

4.3 Distribusi Suhu Permukaan laut Secara Temporal dan Spasial

Secara keseluruhan SPL di daerah pantai barat-selatan Aceh, pada periode Januari 2006 sampai Desember 2010 tergolong hangat, dengan suhu antara 28,7 ˚C sampai 31,9 ˚C. Gambar 5 . Distribusi Spasial Klorofil-a berdasarkan Musim Variasi SPL terlihat memiliki pola yang hampir sama setiap tahun dimana mulai meningkatnya suhu pada musim Barat hingga musim B-T dan musim timur, kemudian terjadi penurunan pada musim T-B. Namun pada tahun 2010 mengalami kenaikan dan penurunan SPL yang sinifikan, dan pada tahun 2007 juga mengalami penurunan yang signifikan Gambar 6. Pengelompokan kategori SPL sesuai dengan kutipan dari www.rsgisforum.net dalam Muklis 2008, untuk perairan Indonesia yaitu SPL dingin berada di bawah 27,00 ˚C, SPL hangat berkisar antara 27,00-31,00 ˚C, dan SPL panas berada di atas 31,00 ˚C. Pada musim barat dari tahun 2006 hingga tahun 2010, SPL dikategorikan hangat dengan kisaran antara 29,6-30,3 ˚C. pada musim peralihan B-T Maret, April, Mei SPL berkisar pada 29,9-31,1 ˚C. SPL yang cenderung hangat tersebut diduga karena terjadi perubahan pola pergerakan angin musim yang mendorong massa air permukaan. Sesuai dengan pendapat Nontji 1993 yang menyatakan bahwa pada musim peralihan barat-timur sekitar bulan april, arus ke timur mulai melemah bahkan mulai berbalik arah hingga di beberapa tempat terjadi olakan- olakan eddies. Namun pada bulan mei 2010 SPL mencapai 32,0 ˚C yang dikategorikan SPL panas, hal ini diduga karena pengaruh Dipole Mode yang terjadi pada tahun 2010. Pada musim timur, SPL berkisar antara 30-31,3 ˚C. SPL cenderung hangat pada tahun 2006 hingga 2009 dengan tingkat SPL di bawah 31,00 ˚C. Hal tersebut diduga karena pengaruh musim kemarau yang menyebabkan penutupan awan berkurang sehingga tingkat radiasi matahari akan menjadi semakin tinggi. Sedangkan pada tahun 2010 SPL cenderung panas dengan tingkat SPL di atas 31,00 ˚C, hal ini diduga karena masih adanya pengaruh Dipole Mode yang terjadi pada musim B-T. Sementara itu, pada musim peralihan T-B September, Oktober, November pola sebaran SPL lebih bervariasi yaitu berkisar antara 28,7-31,0 ˚C, namun masih dalam kategori hangat. Pada tahun 2006 tingkat SPL paling rendah terjadi pada musim ini. Pada tahun 2007 SPL mengalami penurunan yang sangat signifikan di awal musim hingga pertengahan musim tetapi mengalami kenaikan lagi di akhir musim. Pada tahun 2008 SPL terlihat menurun namun masih dalam kategori hangat, pada tahun 2009 juga berkategori hangat dan pada tahun 2010 pengalami kenaikan suhu di awal musim kemudian terjadi penurunan yang signifikan pada akhir musim. Distribusi SPL secara spasial pada tahun 2010 terlihat menyebar dari pesisir pantai hingga lepas pantai dengan membentuk pola meningkat pada awal tahun hingga pertengahan kemudian menurun hingga akhir tahun Gambar 7. Pada bulan Januari hingga bulan Mei terlihat SPL meningkat baik di daerah pantai maupun di lepas pantai. Sementara itu, pada bulan Juni sebaran SPL mulai menurun hingga bulan Desember. Hal tersebut diduga karena adanya pengaruh Dipole Mode yang terjadi pada tahun 2010. Dipole Mode negatif pada terjadi bulan Mei 2010 di Indonesia bagian barat. Sementara itu, Elnino terjadi pada musim barat dan musim B-T, sedangkan Lanina terjadi pada musim timur dan musim T-B di Indonesia bagian tengah dan timur BMKG, 2010. 29 Gambar 6. Nilai rata-rata Bulanan SPL di Pantai Barat-Selatan NAD dari Januari 2006 hingga Desember 2010 27 28 29 30 31 32 33 jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov jan mar may jul sep nov Barat B-T Timur T-B Barat B-T Timur T-B Barat B-T Timur T-B Barat B-T Timur T-B Barat B-T Timur T-B Barat 2006 2007 2008 2009 2010 su h u ºC bulan dan tahun SPL 36 Gambar 7. Distribusi SPL rata-rata bulanan secara Spasial tahun 2010

4.4 Variasi CPUE Catch per unit effort CPUE adalah jumlah hasil tangkapan dibagi dengan